"Jiro, apa yang kamu lakukan sayang. Lihatkan miss Angel jadi mengundurkan diri."
Nyonya Merry nampak frustrasi menghadapi cucunya tersebut, entah apa yang harus ia lakukan agar bocah itu bisa bersikap normal layaknya anak-anak pada umumnya. Ia sangat menyayangi satu-satunya cucunya tersebut namun terkadang kesabarannya juga ada batasnya, usianya tak lagi muda dan harusnya ia bisa hidup tenang di usia tuanya tapi setiap hari ada saja ulah dan tingkah bocah itu yang membuat seisi rumah kewalahan.
Jiro nampak terdiam, jika ia mengatakan gurunya telah menghina ibunya apa neneknya itu akan percaya? Ia rasa tidak dan di rumah ini hanya ia seorang yang menyayangi sang ibu, kini bocah itu pun mengerti kenapa ibunya pergi karena tidak ada yang menyayanginya.
Malam harinya nyonya Merry pun mengadukan semuanya kepada Gerard atas semua perilaku cucunya yang membuat guru privatnya kembali mengundurkan diri, entah guru yang ke berapa puluh ia pun tak ingat karena saking banyaknya.
"Kita harus membawanya ke psikiater Ge, sikap anakmu sudah tidak normal lagi seperti anak-anak pada umumnya." Terang wanita itu.
"Padahal saat kamu seumurannya dulu tidak seperti itu, kamu anak baik dan juga penurut. Ku rasa anakmu benar-benar mengikuti sifat ibunya yang liar, mau jadi apa nanti besar jika menjaga emosinya sendiri saja tidak mampu. Benar-benar tidak mencerminkan keluarga Adrian yang terhormat." Imbuh wanita itu lagi.
Gerard nampak terdiam, ia menyadari sifat putranya memang keterlaluan tapi ia tidak bisa berbuat sesuatu mengingat putranya itu masih anak-anak.
Benarkah ia harus membawanya ke psikiater?
Beberapa saat kemudian pria yang masih mengenakan pakaian kerjanya itu pun nampak masuk ke dalam kamar putranya, di lihatnya bocah itu telah tertidur pulas di atas ranjangnya. Hari ini ia ada kerjaan hingga malam jadi tak bisa menemaninya makan malam dan membacakan dongeng sebelum tidur.
Entah sudah berapa lama ia tak melakukan itu mengingat kerjaannya yang akhir-akhir ini sangat padat. "Maafkan papa ya sayang," ucapnya seraya mengecup kening bocah tersebut lalu memperbaiki selimutnya agar tidak kedinginan.
Setelah itu pria itu pun segera berlalu pergi namun ketika melewati meja belajar putranya ia tak sengaja melihat sebuah coretan di sana, nampak sebuah gambar tangan yang jika ia perhatikan sangat mirip dengan seseorang.
Deg!!
Apa putranya itu pernah melihat ibunya? Bahkan selama ini ia tak pernah memberitahukan bagaimana rupanya pada bocah itu. Anaknya memang memiliki bakat menggambar namun ia rasa itu hanya sebuah hobby yang tak harus di banggakan, karena saat besar nanti putranya harus menjadi pebisnis yang lebih hebat darinya.
Gerard pun mengambil gambar tersebut, wajah, hidung dan bibirnya pun benar-benar mirip dengan Andrea. Apa diam-diam wanita itu telah menemui putranya?
"Tidak, aku harus mencari tahu. Dia sudah meninggalkan anaknya dan dia tak berhak mengambilnya bahkan memilikinya," geramnya lantas mencengkeram kertas di tangannya tersebut hingga tak berbentuk.
Keesokan harinya.....
Pagi itu Jiro yang baru bangun nampak mencari gambarnya di setiap sudut kamarnya, ia masih mengingat jika semalam meletakkannya di atas meja belajarnya sebelum pergi tidur.
"Bibi, apa Bibi melihat gambar Jiro?" Teriaknya saat keluar dari kamarnya.
"Bibi !!" Panggilnya lagi.
"Nak, kamu sudah bangun ayo sarapan bersama." Ucap Gerard yang baru menuruni anak tangga dan melihat putranya nampak berdiri di ujung tangga.
Jiro pun langsung melangkah turun dan menyambut tangan ayahnya tersebut lalu mereka bersama-sama pergi ke meja makan.
"Selamat pagi sayang," sapa nyonya Merry ketika melihat anak dan cucunya yang baru datang.
"Selamat pagi oma dan opa," balas Jiro seraya menarik kursinya lantas segera duduk.
"Selamat pagi jagoan opa," tukas tuan Adrian sembari terkekeh menatap cucunya tersebut.
"Oh ya apa oma melihat gambarku?" Tanya Jiro kemudian, biasanya neneknya itu yang suka masuk ke dalam kamarnya dan menyuruh para pelayan untuk membersihkan barang-barangnya yang tak di gunakan.
"Gambar? Gambar apa sayang?" Nyonya Merry pun nampak tak mengerti.
"Itu oma, gambar Jiro di atas meja belajar." Sahut Jiro menjelaskan.
"Oma tidak tahu sayang," sahut sang nenek.
"Memang gambar apa?" Kali ini Gerard yang bertanya, ia juga penasaran putranya itu pernah melihat atau bertemu dengan ibunya di mana.
"Gambar Bibi dokter," sahut Jiro dengan polos.
"Bibi dokter?" Ucap nyonya Merry bingung.
"Hm, Bibi dokter. Bibi dokter yang cantik." Tukas Jiro kemudian di sela kunyahannya.
"Bibi dokter?" Gerard pun nampak tak mengerti lalu menatap kedua orang tuanya bergantian yang juga nampak bingung.
"Bibi dokter yang di hotel waktu itu bersama paman dokter." Terang Jiro dan Gerard pun mulai paham.
Sepertinya waktu itu putranya sempat bertemu dengan beberapa dokter yang seminar di hotelnya, ia pikir wanita itu benar-benar ibunya rupanya hanya mirip saja pikirnya. Sebelumnya ia memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tak memperhatikan tamu yang datang seminar di hotelnya kala itu.
"Apa papa boleh tahu kenapa Jiro menggambarnya?" Tanyanya ingin tahu, bukankah waktu itu banyak dokter yang datang tapi kenapa hanya wanita yang mirip dengan ibunya saja yang di ingat.
"Cantik," sahut bocah itu jujur dan kedua kakek neneknya langsung terkekeh mendengarnya. Terkadang sikap polos bocah itu yang membuat mereka terhibur meskipun terkadang juga membuatnya stres jika sudah tantrum.
Gerard hanya menggeleng kecil, kemudian kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda karena sejak tadi berbicara dengan putranya tersebut.
Beberapa saat kemudian Gerard pun tiba di kantornya dan langsung di sambut oleh sang asisten. "Hen, kapan bangunan rumah sakit di kota X akan di mulai?" Tanya pria itu seraya melangkah menuju ruangannya.
"Sedang dalam perencanaan tuan, apa ada sesuatu?" Henry nampak mengernyit mendengarnya.
"Bagaimana suasana di yayasan milik dokter Steve?" Tanya Gerard ingin tahu, bukankah pria itu memiliki klinik sekaligus yayasan khusus anak-anak berkebutuhan khusus.
"Sangat ramai tuan dan banyak di kunjungi anak-anak yang sedang melakukan terapi, dari keterangan warga banyak anak-anak yang sembuh atau lebih baik setelah menjalani terapi di sana." Terang Henry, sebenarnya ia juga mencari tahu tentang yayasan milik dokter Steve dan banyak hal yang ia temui tentang kebaikan-kebaikan dan kesuksesan pria itu membantu warga setempat atau dari kota lain untuk menyembuhkan anak-anak mereka.
Gerard nampak mengangguk. "Saat pembangunan di mulai, kita bawa Jiro ikut serta kesana." Ucapnya memutuskan dan tentu saja itu membuat Henry nampak senang mendengarnya, sepertinya bosnya itu telah menyerah menghadapi putranya di mana sebelumnya telah membuat guru privatnya kembali mengundurkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Niͷg_Nσͷg
Akhirnya luluh juga kamu ge? sebenarnya Jiro anak yang pintar, dia anak hebat. cuma orang2 dewasa di sekitarnya saja yang tidak bisa memahami apa yang sebenarnya jiro mau dan inginkan. apalagi mereka juga sering mengatakan hal2 yang jiro benci dengan mentakan ibunya jahat. namanya anak2 mereka masih sangat polos, mereka tidak faham apa arti membenci. apalagi buat membenci ibunya sendiri, malah yang ada dalam pikiran jiro..pantas saja ibunya pergi karena semua orang tidak menyukai ibunya dan akhirnya membuat ibunya memilih pergi.
sejauh apapun kamu pergi meninggalkan anakmu, ikatan batin itu ada dre? nyatanya meski kalian tak pernah jumpa..dalam hati jiro sudah memiliki perasaan sayang padamu, dan perasaan itu bisa langsung jiro tuangkan dalam sebuah lukisan wajahmu. Jiro Cuma Rindu, bukan nackal? jiro Rindu ibunya, Rindu dekap hangat ibunya ...sabarr yaa Ro? bentar lagi kamu pasti ketemu ibu.
2025-03-13
19
Radya Arynda
kalian lah yang jahat ...takut miskin ,sampai andrea ber korban demi kalian,andrea rela jauh dari anak nya demi manusia2 angkuh dan sombong,,,,,semogah andrea ber temu pajiro....💪💪💪💪
2025-03-13
6
վօօղíҽ̀࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Sudahkan Anda memberikan cara pola asuh yang benar untuk tumbuh kembangnya Jiro, Nyonya 🤔...
Bagaimana parenting Anda selama ini untuk Jiro..
Jangan hanya mengandalkan materi tanpa memperhatikan aspek yang lain..
Karena Jiro juga butuh dimengerti, bukan hanya sebatas memberikan dan mencukupi kebutuhan finansialnya saja..
Selama ini kalian orang2 dewasa disekitarnya Jiro sudah membungkam haknya dia sebagai seorang anak..
Dengan menutup segala sesuatu yang berhubungan dengan Andrea...
Bahkan hanya sekedar foto ibunya pun Jiro tidak mengetahuinya...
Dan sepertinya Andrea akan selalu salah dimata orang yang tidak menyukainya..
Sedari awal Anda memang tidak menginginkan dia kan Nyonya..
Bahkan saat dia sudah pergi pun sifat Jiro masih dikaitkan dengan Andrea yang terkesan buruk di masa lalu..
Tidak kah Anda ingat jika Jiro adalah benih Gerard, sangat tidak adil kalau Andrea yang selalu disalahkan...
Andrea memang bukan seorang ibu yang sempurna, tapi kepergian Andrea ada hubungannya dengan ulah kalian yang bersikap tidak adil..
Ada hukum sebab akibat...
2025-03-13
0