Bab 2: Teman

Oliver tidak menjelaskan apapun kepadaku, entah apa yang ingin dia lakukan atau dia ingin berbicara sesuatu kepadaku?

Oliver benar-benar sulit ditebak! Batinku dengan murung.

Tapi, sejujurnya aku masih bingung mengapa Oliver membantuku tadi, padahal kami tidak memiliki hubungan yang dekat dan tidak ada ikatan budi apa pun. Yang bisa aku tebak, mungkin dia membutuhkan bantuan dalam urusan lain, dan dengan membantuku, dia bisa menghindari perasaan berhutang budi.

Hmm..... Aku tidak bisa memikirkan apa-apa!.

  Oliver kemudian berhenti membuatku kaget hampir menabraknya karena aku ada dibelakangnya.

“Disinilah tempatnya,” Oliver mengatakannya sambil berjalan menyamping menuju tempat duduk di depannya.

Ternyata dia ingin membawaku kesini... Ia membawaku ke taman anak kecil, bahkan terdapat air mancur hias yang indah dengan lampu kelap-kelip menyala di sekitarnya, itu sangat indah untuk dilihat. Tetapi bukan berarti kita disini untuk bermain seperti anak kecil, kurasa dia memiliki sesuatu yang ingin ia bicarakan kepadaku.

Kemudian aku berjalan dan duduk disebelahnya.

  Awalnya kami hanya saling diam, karena ini pertama kalinya kami berbicara serius. Akhirnya Oliver angkat berbicara,

“Kenapa kau hanya diam saja saat kau dibully tadi?” Aku cukup terkejut, ternyata inilah topik yang ingin dibahas oleh Oliver. Ternyata dia lebih peduli daripada yang kukira.

“Memangnya apa gunanya melawan? Lagipula, hidup ini sudah tak berarti,” ujarku.

“Hidup dengan senang, sedih, sengsara, marah, sendiri... itu semua karena kita adalah mainan bagi takdir,” tambahku dengan yakin.

  “Lalu apa kau harus diam saja saat kau dipermainkan?!!!” Oliver membalasnya sambil berdiri menghadap diriku.

“T-tidak ada guna—”

  "Akankah kau terus terjebak dalam pikiran seperti itu? Mungkin memang benar bahwa hidup tidak memiliki makna yang sudah ditentukan... tapi bukankah itu berarti kau memiliki kesempatan untuk menciptakan makna hidupmu sendiri?" Kata-kata Oliver langsung menampar diriku.

  Aku selalu menyerah pada takdir, yakin bahwa aku tak bisa apa-apa tanpa mau pernah mencoba untuk lepas dari belenggu itu.

  “Aku juga sama sepertimu dulu.... hidup sendirian, selalu dibully karena kesendirianku, menyerah pada takdir ..tetapi kemudian aku menciptakan makna hidupku sendiri, aku memilih takdirku sendiri!”

  Saat ini, aku hanya terdiam, merenungkan kata-katanya dalam hati.

Kata-kata Oliver memang benar, jika hidup tidak memiliki makna yang sudah ditentukan, maka aku harus menciptakannya sendiri. Namun, entah mengapa keraguan masih menghantui hatiku. Apa yang membuatku ragu? Aku terus merenungi hal tersebut, tetapi entah mengapa, hatiku seperti takut untuk bergerak.

  “Pada dasarnya kita memang tak dapat menghancurkan takdir itu, ataupun lepas terhadap belenggu takdir... Tetapi kita dapat memilih takdir kita sendiri!”

  "Kita selalu dihadapkan pada pilihan, antara jalan kanan atau kiri, baik dan buruk, benar dan salah, maju atau mundur, menang atau kalah. Bahkan dalam keputusan hidup, seperti memilih bekerja langsung setelah lulus atau melanjutkan pendidikan, kita memiliki opsi masing-masing. Maka, mengapa takdir tidak bisa dipilih juga?" Kata-kata Oliver benar, aku tak dapat menyangkalnya sama sekali.

  Benar untuk apa aku takut, aku tak ingin terus seperti ini! Aku harus bisa memilih takdirku sendiri!! Kemudian aku berdiri,

"Benar katamu, Oliver. Aku memang takut untuk melangkah, tapi aku tidak ingin terus terpuruk dalam keadaan seperti ini. Terima kasih, Oliver." Ucapku dengan semangat sambil mengacungkan jempol.

  Oliver tersenyum tipis mendengar jawabanku, dan aku membalasnya dengan senyum lebar. Ternyata, hanya dia yang bisa memahami ku. Meskipun dia tampak cuek dan penyendiri, namun dia memiliki kepedulian yang mendalam terhadap orang lain.

...----------------...

  Setelah kejadian itu sekarang aku sudah tahu apa yang harus ku perbuat.

Aku tak akan menyerah pada takdir lagi, aku akan memilih jalan takdirku sendiri!! Begitulah kira-kira.

Setelah mandi, aku memasak telur untuk sarapan pagi. Sejujurnya, aku tidak pandai memasak dan tidak punya minat untuk belajar, jadi telur rebus menjadi pilihan yang sederhana.

Hari ini terasa seperti hari biasa, dengan sarapan untuk mengisi tenaga dan pergi ke sekolah untuk belajar. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Biasanya aku pergi ke sekolah sendirian, tapi hari ini aku ditemani oleh Oliver. Sepertinya, setelah kejadian kemarin, kami telah menjadi teman. Dan karena aku masih berhutang budi kepadanya, aku tidak akan melupakan kebaikannya.

  Saat ini, aku berjalan ke sekolah bersama Oliver. Meskipun masih terasa sedikit canggung, kami sudah bisa berbicara dengan akrab. Sejak kami mulai berbicara berdua beberapa waktu lalu, hubungan kami berkembang cukup pesat. Kami bercanda dan bergurau layaknya teman sejati. Namun, yang paling kentara adalah perubahan pada Oliver. Wajahnya sekarang tampak lebih cerah dan bersemangat, seolah-olah dia merasa bahagia.

  Lagipula inilah yang kurasakan juga, jadi memang benar aku dan Oliver itu tak ada bedanya, kami sama-sama penyendiri tetapi kami akan bahagia jika ada yang mendekati kami.

Sampai di sekolah, kami tidak langsung menuju kelas. Kami berdua memilih untuk nongkrong di halaman sekolah yang memiliki tempat duduk. Masuk ke kelas saat itu berarti harus bertemu dengan kelompok pembuat onar kemarin, dan kami tidak ingin masalah berulang. Maka, menghindari mereka tampaknya adalah pilihan terbaik.

  "Namun, aku masih merasa khawatir. Masalah ini tidak mungkin selesai sampai di situ saja. Pembuat onar kemarin pasti akan mencari bantuan untuk membalas dendam. Aku pernah mendengar bahwa mereka biasa bergaul dengan preman jalanan yang suka minum-minum." ucapku.

  “Kalau begitu kita hanya perlu melawannya, apakah kau lupa dengan ucapanku kemarin Hazel?” Oliver menjawabnya dengan mudah seakan-akan itu adalah hal yang biasa.

  “Apa kau tak khawatir sama sekali?!!!”

Aku sangat terkejut melihat Oliver yang begitu tenang. Aku benar-benar tidak bisa memahami apa yang ada di pikirannya. Situasi ini bisa membuatnya menjadi target balas dendam, dan sulit bagi aku untuk memahami bagaimana dia bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini.

Aku jadi dapat menyimpulkan bahwa Oliver ini orang yang unik!!

  “Lalu mau bagaimana lagi, memang itulah konsekuensinya. Lagipula mereka hanyalah manusia, manusia itu cukup mudah untuk dihancurkan,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

  Sombong bangett woyyy!!

  “ya kan—”

“Ahhh terserah dirimu saja!” Aku mempercayai keputusan Oliver dan pasrah dengan apa yang dikatakannya. Aku yakin bahwa jika ada masalah, dia pasti bisa menghadapinya. Namun, aku tetap merasa khawatir dan peduli dengan keselamatannya.

Yaa... Aku berharap tidak akan terjadi apa-apa

  “Apakah kau nanti luang, Hazel?” Oliver bertanya padaku.

  “Yaa, kurasa... Biasanya aku selalu tidur kalau luang, tapi memangnya kenapa, Oliver?”

  “Kerjaanmu tidur teruss yaa....” Oliver mengeluh sambil memegangi kepalanya, menunjukkan betapa lelahnya dia dengan kemalasanku yang jarang bergerak.

“Tidur itu enak lohh Oliver” Aku tersenyum pahit menanggapi balasan Oliver.

  “Kau akan lemah dalam stamina jika seperti itu!! Kalau begitu apakah kau akan ikut denganku saat Minggu pagi?!” Ucap Oliver sambil berdiri dan menyalurkan tangannya kepadaku.

  “Jogging....??” Aku menanggapi dengan ekspresi wajah yang malas dan tidak tertarik, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang sedang dibicarakan.

  “Tentu saja!!”

  “Eehhkkk seharusnya Minggu itu dibuat untuk istirahat.. bukan untuk Jogging....”

  "Setiap hari kamu sudah banyak beristirahat, 'kan, Hazel?" Oliver membalas dengan tersenyum pahit.

“Uuughh...”

  "Terus, bagaimana dengan pertanyaanmu tadi?" Tanyaku dengan penasaran.

“Ikutlah denganku sepulang sekolah Hazel, anggap saja ini adalah awal dari pertemanan kita!”

  “Baikklahh!”

Kami bersalaman sambil saling tersenyum tipis. Ini menandai awal dari babak baru dalam hidupku, dan aku tidak pernah menyangka bahwa kehidupan sunyiku akan berubah sedrastis ini.

  Oliver adalah orang yang merubah semuanya, dia datang tanpa diundang dan mengeluarkanku dari belenggu takdir. Aku tidak akan bisa seperti ini jika bukan karena Oliver.

Jadi aku tidak akan melupakan kebaikannya, sampai kapan pun.

Terpopuler

Comments

Roby Syahputra

Roby Syahputra

curiga Oliver gak manusia

2025-04-19

1

Rahman Fauzi

Rahman Fauzi

bagus👍👍👍👍👍

2025-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!