04. Penolakan Sendu

Mentari mulai mengintip dari balik jendela, cahayanya mengusik kelopak mata yang mengatup, mencoba menembus ruang retina.

Perlahan tapi pasti, mata indah dengan choco chips pemanis dibawahnya terbuka. Menunjukkan bola hitam jernih didalamnya.

Pria bertubuh tinggi cukup kekar, terduduk dari posisi baringnya. Sedikit menghela napas berat, berusaha untuk siap menjalani hari.

Dengan langkah yang terseret, kakinya bergerak menuju kamar mandi yang sudah menyatu dengan kamarnya. Membasuh wajah, membersihkan gigi, juga menyisir asal rambutnya yang tebal dan berantakan, agar tetap terlihat berantakan. Ia bahkan menutupi choco chips dibawah matanya, dengan poni.

Cukup lama ia meratapi pendaran dirinya dari dalam cermin, sorot matanya dipenuhi kesenduan. Mungkin ia lupa caranya untuk tersenyum.

Setelah dirasa puas, pria itu kembali melangkah ke kamarnya. Menatap kosong pada deretan poster yang terpajang di dinding, poster yang menunjukan sosok musisi berambut tebal namun rapi, tegah bernyanyi riang bersama para rekan band-nya.

Lagi, pria itu menghela napas berat lalu bergumam. “Aku merindukan masa itu.”

Namun sesaat setelah mengatakannya, ia segera menggelengkan kepala. “Tidak! Aku sudah menikmati kehidupanku yang sekarang!” ucapnya, menepis rasa rindu.

Ia kembali melanjutkan aktivitasnya. Memasak dengan tenang, sarapan seorang diri sembari menonton televisi, meminum cokelat hangat buatannya, lalu bersiap untuk berangkat ke tempat kerja. Jangan lupa dengan masker hitam yang selalu ia kenakan.

“Begini lebih baik, kan? Bebas dalam kesendirian, tanpa harus peduli tuntutan orang sekitar?” pikirnya sembari melangkah ringan menuju tempatnya bekerja.

Sesampainya pada tujuan, ia dikejutkan oleh dua orang yang sudah berada didepan toko penggadaian tempatnya bekerja.

Pertama adalah seorang pria berambut gondrong yang sepertinya terjaga semalaman, dan yang kedua adalah gadis yang semalam ia tinggalkan. Gadis tersebut terlelap di pangkuan pria gondrong.

Pria gondrong itu menatap pria yang baru saja sampai dihadapan mereka, dengan sorot mata tajam. “Kau yang bekerja di toko ini?” tanyanya dingin.

Pria yang ditanya, hanya menganggukkan kepalanya singkat. Hal itu membuat si petanya menghela napas kesal.

Ia memindahkan posisi gadis yang terlelap dipangkuannya secara perlahan, menjadi posisi duduk bersandar pada rolling door toko tersebut. Lalu berdiri dengan tenang.

“Dia sangat mengharapkan posisi pekerjaan di tokomu!” ucapnya dingin sembari melangkah mendekati pria bermasker hitam.

“Jadi jangan buat dia harus bermalam lagi di sini, dalam keadaan tubuhnya yang membeku!” lanjutnya, sembari menepuk bahu pria tersebut, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Kembali pada kedai tempatnya bekerja.

Pria bermasker hitam, hanya memperhatikan pria gondrong yang tadi bersikap dingin terhadapnya hingga memasuki kedai di seberang toko, lalu sedikit bergumam kesal.

“Dasar! Dia tak mengerti apapun! Jika ini hanya terkait masalah pekerjaan, apa susahnya untuk melamar di kedaimu!?”

Tak lama setelah itu, ia mengalihkan atensi pada gadis yang masih terlelap. Lalu menghela napas kasar sebelum bergumam lagi. “Merepotkan saja!”

Ia berjongkok agar bisa menelisik wajah gadis itu, sedikit mencari cara untuk melenyapkannya dari kehidupannya. Jujur saja, ia merasa pekerjaannya terganggu dengan kehadiran Airi.

“Heh! Bangun!” sentaknya mencoba membangunkan, namun tak ada pergerakan dari gadis yang sedang ia bangunkan.

“Kau tidak mati sungguhan karena kedinginan semalam, kan?” lanjutnya, mulai khawatir bila ucapan kejamnya tadi malam menjadi nyata.

Masih tak mendapatkan respon, ia mencoba membangunkannya lagi. “Aku ingin buka toko, jadi cepatlah bangun dan enyah dari sini!”

Namun nihil, gadis itu sepertinya teramat lelah untuk dibangunkan. Pria yang mulai dipuncak rasa kesal pun, akhirnya menggunakan cara yang lebih keras dengan menarik kasar tangannya agar terbangun.

Alih-alih bangun, Airi justru terjatuh lemas pada pangkuannya. Hal itu jelas membuatnya sedikit terkejut bercampur kesal. Ia menghela napas kasar lagi, mulai merasa frustasi.

“Ya Tuhan! Apa yang harus ku lakukan sekarang!?” adunya pada langit.

Tanpa sadar, kembali melirik gadis yang terlelap di pangkuannya.

Mata gadis dalam retinanya, tampak bengkak, merah, juga basah. Pria yang sedang memandangnya, bisa menyadari bahwa perempuan yang masih terlelap itu pasti menangis semalaman.

Tidak berhenti di situ, pandangnya menjalar ke area wajah dan tubuh Airi yang lain. Sedikit berpikir dan mencoba mengingat sesuatu.

Wajah damai gadis yang sedang terlelap, terasa begitu familiar baginya. Rambut sebahu, choco chips dibawah bibir, gaya berpakaiannya yang kasual. Mirip seperti perempuan yang pernah ia lihat entah kapan dan dimana.

Ia menyentuh dagu Airi, untuk memperhatikan detail choco chips dibawah bibirnya. Terus menatapnya dengan lekat, berusaha mengingat dimana ia pernah menemukan choco chips seperti ini. Karena hanya itulah ciri paling khas yang bisa ia ingat.

Lambat laun, atensinya mulai teralihkan pada area bibir. Cukup manis. Ia akui dalam hati, bahwa ia tergoda melihat bibir indah itu. Namun ia segera menepisnya.

“Apa yang kau pikirkan, Yakuma!? Kau tidak seharusnya tertarik pada wanita! Setidaknya, tidak untuk yang kedua kalinya! Cukup wanita itu saja yang menghancurkan hidupku. Aku tidak mau hancur lagi!” pikirnya, penuh trauma dan tekad yang kuat.

Tak lama setelahnya, Airi terbangun. Melihat sosok pria bermasker, yang sedang terpaku menatap bibirnya. Sontak ia terduduk dari posisi baring, hingga kepalanya terbentur kepala pria yang berada tepat dihadapannya.

“Apa yang kau lakukan disini!?” tanya Airi yang masih terkejut, menunjukkan ekspresi panik.

“Hah!?”

Yang ditanya justru balik bertanya, sembari memegangi keningnya yang sakit. Ia bahkan heran, mengapa gadis itu tidak merasakan sakit yang sama.

“Se-sedang.. sedang apa kau disini! Apa yang tadi akan kau lakukan padaku!?” Airi mengulangi lagi pertanyaannya.

“Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu! Sedang apa kau didepan toko ku!?”

“Eh?” Airi belum menyadari fakta yang baru saja ia dengar.

Pria itu menghela napas kasar, entah sudah yang keberapa kalinya pagi ini.

“Dengar ya, nona malang.. Saya tahu, anda tak memiliki rumah.” pria penjaga toko gadai, sedikit melembut.

“Tapi jika hanya butuh tempat untuk istirahat, tak perlu di depan toko ku seperti ini! Kau tak malu, tidur di pinggir jalan!?” lalu ia mengeraskan lagi suaranya.

“Tak bisa kah mencari minimarket yang ada bangku nyamannya untuk tidur!?” lanjutnya, memberikan solusi.

Airi sempat menatap kosong sesaat, mencoba mencerna untaian kata yang terlontar dari mulut tajam pria dihadapannya. Setelah beberapa detik, barulah ia tersadar.

“A-ah!? Jadi anda pria yang semalam!?” tanya Airi sedikit gugup dan terkejut.

“Lambat sekali kau menyadarinya!” ketus pria penjaga toko penggadaian.

Airi segera mengambil sikap duduk bersimpuh, sembari membungkuk sopan.

“Maaf! Tapi, saya mohon..! Izinkanlah saya menggadaikan diri di sini!” pintanya, memohon dengan sungguh-sungguh.

“Anda tak mengerti, nona. Penggadaian manusia itu, adalah hal yang melanggar hukum!” tegas si penjaga toko penggadaian.

“Saya tak ingin hidup yang sudah hancur ini, bertambah busuk di penjara.” disusul alasannya yang begitu kuat.

“Jika anda bisa memahami kondisinya, pergilah dari sini. Cari tempat berteduh dan pekerjaan lain!” ia mengakhiri ucapannya dengan permohonan, berharap gadis tuna wisma itu mengerti.

“Karena ini atas permintaan saya, saya berani berjanji tidak akan melapor polisi!” bujuk Airi dengan tawaran dangkal yang terbesit di benaknya.

“Bagaimana jika ada orang lain yang melapor!?” tanya pria penjaga toko, sedikit geram dengan jalan pikiran gadis dihadapannya yang dangkal.

“Ya, jangan sampai ada orang yang tahu!” usul singkat Airi, membuat pria yang mendengarnya semakin jengkel.

“Kau mau mengajakku bermain peran!?” tanyanya mencoba menyimpulkan.

Airi hanya mengangguk polos. Pria itu menepuk keningnya sendiri, sebelum kembali berucap.

“Jangan bercanda! Hidup ini sudah rumit tanpa harus menambah drama seperti itu!”

“Saya tahu! Saya juga paham akan hal itu! Tapi, saya tidak memiliki cara lain untuk bertahan hidup!”

Airi terus memohon dengan begitu pilunya. Seolah hanya ditempat inilah harapan hidupnya.

“Mengapa kau tidak mencoba melamar kerja di kedai seberang sana, nona?”

“Aku tak ingin merepotkan mereka lebih dari ini.”

“Dan kau ingin merepotkan ku!?”

“Maaf, tapi aku sudah terlanjur menolak tawaran mereka semalam.”

Jawaban itu jelas membuat siapapun yang mendengarnya merasa jengkel, begitupun dengan pria penjaga toko gadai. Ia menatap kecewa pada gadis menyebalkan ini.

“Maaf, tapi aku juga sudah terlanjur menolakmu semalam. Dan aku tidak akan berubah pikiran. Jadi pergilah dari sini, dan cari pekerjaan lain.” tegasnya, berharap perempuan polos itu akan memahami kondisinya.

Episodes
1 001. Bintang Penentu Arah
2 02. Rule The Fate
3 03 Perjuangan Malam
4 04. Penolakan Sendu
5 05. Kata Tanpa Suara
6 06. Batas Terhempas
7 07. Hujan Dibalik Hutan
8 08. I Beg You
9 09. Melelehkan Musim
10 10. The Puzzle
11 11. Bisikan Angin Senja
12 12. Pasar Malam
13 13. Tenggelam Dalam Melodi
14 14. Rasa Dalam Canda
15 15. Ligth’s of Hope
16 16. Makna Tato Pelindung
17 17. Topeng Pelindung Jiwa
18 18. From Dusk
19 19. Till Dawn
20 20. Mahkota Bunga Usang
21 21. Sepatu Sobek Cinderella
22 22. Maaf Dari Tragedi
23 23. Berhenti Berlari, Ampunilah!
24 24. Kening Penyembuh
25 25. Melukis Lirik
26 26. Hujan Penghantar Pujian
27 27. Irama Pereda Kelabu
28 28. Anjing Pengantar Rasa
29 29. Bleeding Ice Cream
30 30. Bledding Boy
31 31. Hanya Ingin Berterimakasih
32 32. Fakta Pahit
33 33. Kedai Persinggahan Hujan
34 34. Rumah Pembelenggu Rasa
35 35. Es Pembeku Luka
36 36. Dibalik Asap Rokok
37 37. Kopi Lychee Hati
38 38. L (Love/Loss/Lie/Life)
39 39. Use My Voice
40 40. Keberanian untuk Perlindungan
41 41. Tajam Tak Kejam
42 42. Bunga Musim Salju
43 43. Elegi Simfoni Membeku
44 44. Habisnya Energi
45 45. Pangeran Es dan Embun
46 46. Between Us
47 47. Dekapan Rindu Keramaian
48 48. Tourniquet
49 49. Model Tanpa Penggemar
50 50. Kebebasan Terjerat Bayangan
51 51. Laut Beku Rapuh
52 52. Panci Kuah Merah
53 53. Overtaking Everything
Episodes

Updated 53 Episodes

1
001. Bintang Penentu Arah
2
02. Rule The Fate
3
03 Perjuangan Malam
4
04. Penolakan Sendu
5
05. Kata Tanpa Suara
6
06. Batas Terhempas
7
07. Hujan Dibalik Hutan
8
08. I Beg You
9
09. Melelehkan Musim
10
10. The Puzzle
11
11. Bisikan Angin Senja
12
12. Pasar Malam
13
13. Tenggelam Dalam Melodi
14
14. Rasa Dalam Canda
15
15. Ligth’s of Hope
16
16. Makna Tato Pelindung
17
17. Topeng Pelindung Jiwa
18
18. From Dusk
19
19. Till Dawn
20
20. Mahkota Bunga Usang
21
21. Sepatu Sobek Cinderella
22
22. Maaf Dari Tragedi
23
23. Berhenti Berlari, Ampunilah!
24
24. Kening Penyembuh
25
25. Melukis Lirik
26
26. Hujan Penghantar Pujian
27
27. Irama Pereda Kelabu
28
28. Anjing Pengantar Rasa
29
29. Bleeding Ice Cream
30
30. Bledding Boy
31
31. Hanya Ingin Berterimakasih
32
32. Fakta Pahit
33
33. Kedai Persinggahan Hujan
34
34. Rumah Pembelenggu Rasa
35
35. Es Pembeku Luka
36
36. Dibalik Asap Rokok
37
37. Kopi Lychee Hati
38
38. L (Love/Loss/Lie/Life)
39
39. Use My Voice
40
40. Keberanian untuk Perlindungan
41
41. Tajam Tak Kejam
42
42. Bunga Musim Salju
43
43. Elegi Simfoni Membeku
44
44. Habisnya Energi
45
45. Pangeran Es dan Embun
46
46. Between Us
47
47. Dekapan Rindu Keramaian
48
48. Tourniquet
49
49. Model Tanpa Penggemar
50
50. Kebebasan Terjerat Bayangan
51
51. Laut Beku Rapuh
52
52. Panci Kuah Merah
53
53. Overtaking Everything

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!