bab 19~PPH

Raden sudah berdiri tepat dibelakang Rania. Pria itu tersenyum sambil menunduk, entah mengapa rasanya sebahagia itu.

"Mbah Nah ... Rania," sapa Raden dengan pelan.

Nek Fatonah dan juga Rania menoleh kebelakang. Rania tampak terkejut, mengapa teman kecilnya itu juga berada di pasar yang sama. Namun hal itu tidak berlaku untuk Nek Fatonah. Wanita tua itu sudah hafal. Kalau setiap pagi, Raden memang datang ke pasar untuk kebutuhan rumah makanya.

"Raden ... Kamu kok bisa disini juga?" jawab Rania terheran.

"Bukan hanya hari ini saja, Ran ... Raden memang setiap hari kepasar, untuk belanja kebutuhan rumah makannya!" terang Nek Fatonah menatap cucunya.

"Mbah Nah bisa saja! Rumah makan apane to, Mbah! Lha mung ruko kecil-kecilan biasa," sahut Raden menunduk malu.

Setelah mendapatkan masker wajah, Rania lantas segera memakainya. Dia pamit terlebih dulu, karena memang waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi.

"Aku duluan ya Den! Nanti keburu siang," pamit Rania dengan langsung menuntun tangan Neneknya.

Raden hanya tersenyum lembut, membiarkan sahabat kecil berlalu begitu saja.

"Eh, eh Mas ... Mbak tadi itu benar Model yang baru saja mendapat skandal dengan suaminya, ya?" seru penjaga toko seorang wanita berusia 35 tahun.

"Iya Mbak. Dia memang seorang Model! Tapi untuk masalahnya ... Saya rasa sudah tuntas! Saya beli kertas minyak 1 gulung, Mbak!" ucap Raden mengalihkan pembicaraan penjaga toko tersebut.

.

.

.

Seusai keluar dari kantor Aston. Pandu kini kembali menuju perusahaan milik tuan Mohan, yang berlogo dua naga besar~Dragon Group.

Beberapa karyawanya tampak menatap heran, saat cucu tunggal tuan Mohan itu datang dengan luka diujung sudut bibirnya.

Sementara Pandu, dia terus saja berjalan hingga sampai kedalam ruanganya.

"Pandu, kamu dari mana saj-"

Suara Laura menggantung, saat dia melihat luka diujung bibir kekasihnya. Dan Pandu, dia spontan terkejut dengan adanya sang kekasih, yang kini sudah berada dalam ruangan kerjanya.

"Laura. Ngapain kamu kesini?" ujar Pandu terasa menahan geram melihat sang kekasih sudah ada diruanganya.

Bukanya menjawab, Laura hanya menatap sekilas lalu memfokuskan pandanganya kearah luka sang kekasih, yang kini tampak membiru.

"Siapa yang melakukan ini, Pandu? Kamu dari mana, hingga terluka seperti ini?" celetuk Laura kembali, dengan masih memegang wajah sang kekasih.

Karena masih merasa kesal dengan ucapan Aston, Pandu langsung saja menurunkan tangan Laura, dan mencoba untuk beranjak menuju sofa single.

"Katakan ... Mau apa kamu kesini, Laura? Bukanya aku sudah bilang sama kamu, jika untuk beberapa waktu aku belum dapat menemuimu dulu!" kesal Pandu yang kini tampak menenggak segelas air putih diatas meja.

TAK!

sebelum ikut duduk, Laura sempat melirik sekilas pada gelas kaca, yang kini tergenggam kuat oleh kekasihnya. Namun setelah itu, Laura tampak menjatuhkan tubuhnya tepat disebelah sang kekasih.

"Papah ingin bertemu denganmu, Pandu! Dia meminta kamu untuk segera menikahiku secepatnya! Papah dan Mamah begitu malu melihat video kita yang sudah tersebar hingga ke luar negri!"

Pandu tersentak. Matanya terbuka lebar, dengan tatapan tajam menoleh Laura. Disaat seperti ini, dia malah didesak untuk menikah, sementara perkembangan perusahaanya saja sedang diambang kehancuran.

"Nggak! Aku tidak dapat menikahimu dalam waktu dekat ini!" bantah Pandu sambil bangkit dari duduknya. "Dimana pikiran kamu, Laura! Disaat seperti ini, seharusnya kamu dapat meyakinkan keluargamu, bukanya menerima desakan konyol itu!" lanjut Pandu berjalan kesembarang arah.

"Konyol? Kamu bilang membahas pernikahan dengan kekasih sendiri, kamu sebut itu konyol? Pandu ... Aku tidak terima dengan ucapanmu barusan! Kamu berjanji akan segera menikahiku dalam waktu dekat! Tapi, apa nyatanya-"

"Tapi tidak untuk waktu dekat ini, Laura!" bentak Pandu, sambil membanting guci kecil yang berada diatas meja kerjanya.

PYAR!

Laura tersentak, hingga meringsut ketakutan. Dia tidak menyangka, mantan suami Rania itu memiliki sifat keras trempa mental. Dulu disaat mendekatinya, sikap Pandu begitu lembut. Bahkan, membentak saja Pandu tidak pernah.

"Kenapa Pandu? Apa kamu diam-diam masih mencintai Rania, iya?" tuduh Laura menatap bengis kearah sang kekasih.

Pandu meraup kasar wajahnya. Pikiranya benar-benar terasa bungkal, hingga berpikir jernih saja dia tidak dapat melakukan. Yang ada hanyalah emosi yang kini menguasai tubuhnya.

Tok! Tok!

"Masuk!"

"Maaf Tuan, anda sudah ditunggu diruang rapat!" ucap seorang wanita muda, yang kini menjabat sebagai sekertaris Pandu.

Setelah itu, pintu tertutup kembali. Pandu masih menatap lurus kearah pintu, namun dengan kalimat yang di tujukan untuk Laura.

"Lebih baik kamu pulang saja sekarang! Aku harus meting terlebih dahulu," setelah mengatakan itu, Pandu langsung bergegas keluar, tanpa peduli tatapan tidak terima dari sang kekasih.

.

.

"Cucu saya pasti akan mengembalikan nama perusahaan kembali, Tuan Tuan! Saya hanya meminta keringanan waktu, agar semuanya daoat kembali seperti semula," ujat tuan Mohan, menatap satu persatu para investor tersebut.

Sudak sejak tersebarnya video asusila Pandu dengan Laura merabak, para penanam saham, dan juga investor tampak berbondong-bondong ingin mengakhiri kerja samanya dengan Perusahaan Dragon Group.

Namun baru kali ini, permintaan rapat itu terpenuhi oleh tuan Mohan. Dan hal itu membuat kesehatan pria tua itu sedikit menurun.

"Maaf taun Mohan. Cucu anda masih terlalu muda, jika harus menanggung semua ini. Saya rasa ... Pandu tidak dapat menjalankan perusahaan dengan baik. Dia masih terlalu fanatik pada percintaan, sehingga tidak memikirkan konsekuensi pada akhir perbuatannya!" sahut salah satu rekan bisnis Pandu, yang bernama pak Sani.

"Benar, yang dikatakan pak Sani. Pandu sama sekali tidak memikirkan nasib perusahaan, bagaimana caranya agar dapat maju kedepan. Saya tidak yakin, jika cucu anda dapat mengambil alih kepemimpinan seperti mendiang kakanya~Gabriel!"

Merasa tersudutkan oleh beberapa rekan bisnisnya, Pandu sejak tadi hanya diam, seakan tidak di bolehkan hanya untul bernafas saja.

Dan lagi, Pandu sebenarnya memiliki sang kakak yang sudah tiada, akibat kecelakaan 2 tahun yang lalu. Dulu, disaat kepemimpinan dipegang kendali oleh Gabriel, perusahaan berkembang lebih pesat, dan nama baik Dragoun Group merambah hingga ke manca Negara. Perusahaan yang bergerak di bidang properti itu berjalan dengan semestinya, dan mendapat keuntungan miliyar setiap perbulannya.

"Maaf jika kerjasama diantara kita cukup sampai disini! Saya permisi," ujar pak Sani dengan wajah kecewanya, dan langsung meninggalkan ruang rapat.

Begitu juga rekan-rekan lainnya. Semua investor memutus kerjasamanya, dan hal itu membuat kerugian besar bagi perusahaan.

BRAK!

Tuan Mohan menggebrak kuat meja ruangan meting, sehingga membuat Pandu dan juga Sean tampak terkejut bukan main.

Mendengar ponselnya bergetar, Sean lantas pamit keluar, walaupun tidak diidahkan oleh sang majikan yang kini sedang di kuasai rasa emosi.

"Bagaimana?" seru seseorang disebrang telfon Sean.

"Beres Tuan! Semua berjalan dengan lancar!"

Bisik Sean sambil membekap suaranya. Asisten tuan Mohan itu tersenyum sinis, merasa pekerjaanya berjalan dengan lancar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!