bab 17~PPH

Dan tepat pukul 11 malam.

Aston baru saja membuka pintu depan, sambil sesekali menggelengkan kepalanya, karena terlalu banyak mereka minum tadi.

Dan untung saja, dia masih menjaga kestabilan tubuhnya, sehingga dapat menyetir hingga sampai di rumah dengan selamat.

Setelah dia masuk, dia sempat menghentikan langkahnya diruang tengah. Karena tiba-tiba perutnya mendadak mual, Aston urungkan niatnya keatas, dan langsung bergegas menuju wastafel dekat dapur.

Huek! Huek!

Ditengahnya malam, suara Aston berhasil membuat fokus Nadia yang kebetulan kamarnya berada paling depan, dekat wastafel tersebut.

'Ya ALLAH ... Apa itu suara Aston? Tapi kenapa sampai muntah-muntah seperti itu?'

Nadia merasa resah, ingin melihat keluar tapi dia takut, jika putra sulung majikannya akan marah. Namun, jika dia hanya diam, sama saja dia tidak dapat tidur dengan suara berisik itu.

Huek! Huek!

Berkali kali, Aston mencuci mulutnya serta membasuh wajahnya, agar dapat menetralkan rasa mual yang kini semakin menyeruat dalam perutnya.

Karena merasa kasihan, Perlahan Nadia keluar.

"Tuan ... Apa anda baik-baik saja?" tegur Nadia dari samping, seolah sangay berhati-hati menjabarkan kalimatnya.

Kepala Aston yang masih menunduk di wastafel, sontak memaling kearah sumber suara. Matanya terlihat merah khas orang mabuk, dengan deru nafas tak beraturan.

Nadia sudah meringsut ketakutan, hingga memejamkan mata dalam-dalam, berharap hidupnya akan selamat untuk kali ini.

Aston semakin mendekat, dengan tatapan mengintimidasi seperti semula.

"Aku sangat benci sikap polosmu, Pelayan! Kau sudah melihat semuanya, bukan? Aku harap, kau dapat melupakan semua yang kau lihat, tanpa mulutmu itu bersuara!" gumam Aston sambil menyeringai tipis.

Degh!

Nadia semakin meringsut metakutan, saat pria didepanya itu semakin berjalan mendekat kearahnya. Kedua kaki Nadia terasa kelu, hingga berlari saja tidak dapat dia lakukan.

"Tuan ... Saya tidak mengerti dengan ucapan anda! Saya tidak pernah melihat apa-apa," dalih Nadia mencoba membela diri.

"Munafik! Aku tahu jika kau sudah tahu semuanya, dariku! Aku juga tahu ... Kau begitu menikmati, saat aku menjalankan permainanku 'bukan?" kata Aston yang kini sudah berhenti, tepat didepan tubuh Nadia.

Tangan Nadia mencoba merai handle pintu, namun Aston lebih dulu menggaetnya dan menutup dengan kencang.

"Tuan ... Anda sedang mabuk! Saya tidak mengerti ucapan Anda," jawab Nadia yang kini tubuhnya sudah membentur tembok.

Aston mengikis jarak diantara keduanya. Kedua tanganya mengunci gerak Nadia, dengan menempel pada kedua sisi dinding. Nadia dapat mencium bau alkohol dari deru nafas pria didepanya, yang semakin mendekatkan wajah kearahnya.

Semakin mendekat, entah mengapa wajah Nadia seketika berubah menjadi seseorang yang dicintainya. Aston mencoba menepis semua rasa, yang kini semakin kuat menghantam hati dan pikiranya.

"Baby ... Kenapa kamu ada disini?" racau Aston, yang kini sudah dikuasai minuman haram tersebut.

"Tuan, sadar! Saya Nadia!" Nadia mencoba menjauhkan wajah Aston, yang kini semakin mendekat.

"Baby ... Kamu tahu, sudah lama aku menantikan kedekatan ini, yang beberapa tahun sungguh menyiksaku!" racau Aston semakin tak terkendali.

Merasakan sesuatu dalam tubuhnya ingin segera di tuntaskan. Aston langsung saja mengangkat tubuh Nadia, yang dia yakini sebagai seseorang yang sangat dia cintai.

"Tuan, tolong lepaskan saya! Saya bukan Non-"

"Diamlah baby ... Sudah lama aku menantikan kebersamaan ini. Jadi jangan menolaku!" sahut Aston sambil menapaki anak tangga menuju kamarnya.

Nadia terisak, sambil memukul-mukulkan tanganya pada dada bidang Aston. Dia tidak mau, jika terjadi sesuatu yang menyudut kearah harga dirinya.

Mengingat sekarang pukul 12 malam, jadi para pelayan lainnya sudah terlelap, apalagi posisi kamar mereka berada di belakang paling ujung. Teriakan Nadia seakan hanya mengambang, tanpa uluran tangan yang membantunya.

BRAK!

Aston menutup pintunya, dengan sekali tendangan Kaki jenjangnya.

Aw!

Teriak Aston, saat Nadia berhasil menggigit bahunya. Dengab cepat, Nadia turun, saat pria itu memegang bahunya yang terasa nyeri.

Sreet!

Tangan Nadia berhasil di gapai Aston kembali, saat pelayan cantik itu mencoba ingin melepaskan diri.

"Aston! Tolong sadarlah-"

bentak Nadia tepat dihadapan wajah Aston. Air matanya sudah mengering, hingga meninggalkan bekas pada wajah cantiknya.

"Empht ...." mata Nadia membola, saat bibirnya sudah di sumpal oleh bibir Aston saat ini juga.

"Emp ... Empt," suara Nadia tertahan oleh ciuman Aston, saat mencoba memberontak sambil memukul kembali badan Aston.

Bukanya melepaskan, Aston semakin menyesap kuat bibir Nadia, hingga oksigen dalam tubuh Nadia terasa habis terkuras.

Aston memegang kedua tangan Nadia, mendorong perlahan, hingga tubuh keduanya ambruk dalan ranjang empuk miliknya.

Disaat kaki Nadia memberontak, dia tanpa sengaja menyenggol sesuatu dibalik celana Aston, yang kini sudah tampak mengeres seperti batu.

Degh!

Tubuh Nadia spontan merasa lemas, hingga melawan pun tenaganya sudah terkuras.

"Baby ... Kau tahu, aku sangat mencintaimu! Kamulah wanita idamanku yang tak pernah jauh dari hidupku! Tapi mengapa, baru kini kita dapat berdua seperti ini," racau Aston mengukung tubuh Nadia.

'Tidak! Aston tidak seharusnya menyimpan rasa terhadap-'

Srek!

Mata Nadia mebola kembali, saat baju tidurnya ditarik kuat oleh Aston, hingga beberapa kancing disisi pakaiannya terlepas entah kemana.

Bugh!

Dengan terpaksa, Nadia langsung menendang area bawah Aston, hingga membuat pria itu merintih kesakitan.

"Baby ... Kenapa kamu melakukan ini!" teriak Aston sambil memegangi kepemilikannya.

Nadia berlari, keluar dari dalam kamar Aston dengan jantung yang sudah berdegup kuat. Kedua tanganya mengencangkan sisi pakaiannya, yang kini terbuka akibat ulah pria dewasa tadi.

"Baby ... Where are you? Ayolah sayang, tidak adalagi dirumah ini selain kita! Baby ...."

Di tengah pusing yang menghantam kepalanya, Aston masih berusaha mengejar Nadia turun kebawah.

Sementara Nadia, dia langsung berlari sekuat tenaga menuju kamarnya. Sesakali pelayan itu menatap belakang, agar Aston tidak dapat mengetahui keberadaanya.

Blam!

Setelah berhasil masuk dalam kamarnya, Nadia langsung mengunci pintu tersebut dengan deru nafas tak beraturan.

"Baby ... kamu dimana?"

Nadia masih mendengar suara Aston yang kini berada disekitar dekat dapur. Nadia mengeratkan selimutnya, dengan tubuh yang sangat bergetar hebat.

.

.

.

.

Keesokan harinya, perusahaan tuan Domanick digemparkan dengan kedatangan mantan menantunya, yakni Pandu. Pria muda itu berjalan memasuki kantor, tanpa peduli tatapan para karyawan, yang seakan jijik melihat tubuhnya.

"Saya ingin bertemu dengan Bos anda!" seru Pandu setelah berhenti didepan ruangan sekertaris.

Wanita cantik berambut sebahu itu langsung bangkit, "Maaf pak Pandu ... Tapi tuan Aston belum datang pagi ini. Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"

"Tidak! Tapi saya akan tunggu hingga dia datang. Cepat telfon dia sekarang!" ujar Pandu dengan wajah datarnya.

Wanita bernama Angela itu hanya terdiam, dengan tatapan kurang nyaman. Namun setelah itu, dia langsung menekan nomor bosnya, untuk memberitahu kedatangan mantan suami Rania itu.

............................

Bersambung.

Terpopuler

Comments

stela aza

stela aza

sebel sama Nadia sok peduli,,, Utung kamu g di perkosa

2025-03-17

0

Zheyreen

Zheyreen

ga suka sama si nadia, sebel sumpah 😠

2025-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!