Langkah kaki Nadia mengikuti suara tersebut, yang rupanya berada dalam kamar mandi.
"Oh yeah baby ... Cepat lakukan terus! Kau benar membuatku gila ...."
"Eugh ... Aku tidak dapat menahan semua ini dari dirimu, baby!"
"Ahh ...."
"Lakukan terus sayang ... Aku hampir sampai ...."
Nadia semakin di buat penasaran dengan racauan-racauan laknat Aston, yang tertahan didalam kamar mandi. Perlahan, Nadia memberanikan diri untuk membuka kamar mandi, karena memang Aston lupa menguncinya.
'Apa Tuan membawa wanita kedalam kamarnya, ya?"
Dan betapa terkejutnya Nadia, saat mendapati foto seorang wanita yang tengah tersenyum sambil menopang kedua tanganya, kini tengah berdiri tegak bersandar di atas wastafel, dengan posisi menghadap kearahnya.
Spontan Nadia langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan.
'Nggak ... Nggak mungkin! Aku pasti salah lihat!'
Karena posisi Aston yang membelakangi tubuhnya, jadi pria dingin itu belum menyadari jika ada seseorang yang tengah melihat kebiasan anehnya berfantasi.
"Oughh!"
Teriakan Aston, saat hasratnya sudah sampai batas nirwana, dengan wajah mendongak sambil terpejam kuat.
Lega. Disaat Aston sudah berhasil mengeluarkan benih-benihnya, yang kini memuncrat diatas lantai kemana-mana.
Nadia menggelengkan kepalanya, mencoba menepis semua yang dia lihat saat ini.
Setelah itu, Nadia langsung beranjak dari sana sambil menutup kembali pintu tersebut. Antara terkejut, dan juga gugup. Nadia sedikit keras membanting pintu kamar mandi, hingga membuat sang empu di dalamnya, spontan tersadar.
DER!
Mata nyalang Aston membola, kala mendengar sesuatu dari pergerakan pintu kamar mandinya.
Pria itu langsung menaikan kembali celana kolornya, yang tadi dia biarkan terbuka sedikit diarea depannya.
'Apa tadi ada seseorang?'
Aston kemudian membuka pintu tersebut, sambil mengedarkan pandangan keluar.
'Nggak ada siapa-siapa?'
Aston belum menyadari jika ada sebuah nampan berisi makanan diatas nakas sebrang tempatnya. Dia lalu kembali kedalam kamar mandi, dan langsung mengambil foto wanitanya, untuk dia simpan kembali didalam laci nakas.
Degh!
Jantung Aston berpacu, kala dia melihat nampan makanan yang telah ditinggalkan Nadia didepanya saat ini. Perasaan cemas mulai menyergap hatinya, takut jika perbuatanya sudah di ketahui oleh seseorang.
'Jadi benar? Tadi ada orang yang masuk kesini? Nggak ... Aku harus tahu siapa yang tadi masuk kesini!'
Dengan cepat, Aston langsung mengenakan kaos putih oblongnya, dan segera turun untuk menemui sang mamah. Karena hanya ibunya lah yang pasti menyuruh pelayan untuk masuk kedalam kamar pribadinya.
Sementara di dalam kamar, Rania sudah bersiap untuk tidur dengan mematikan lampu tidur di sebelahnya. Namun belum sampai, fokusnya teralihkan saat mendengar suara ponsel berdering, namun tertahan karena berada dalam tas kerjanya.
Rania bangkit, dan turun kembali untuk mengambil ponselnya.
"Daniel? Ngapain telfon malam-malam begini?"
Setelah itu, Rania menggeser tombol hijau tanpa berpikir kembali.
"Ada apa, Daniel?"
"Syukurlah Rania, kamu belum tidur! Karena ada kabar gembira yang harus kamu dengar!" seru Daniel yang kini suaranya terdengar sangat bahagia.
"Katakan Daniel ... Kabar gembira, apa?"
"Mr' Rayon baru saja menghubungiku Rania. Dia mengeluarkan prodak terbarunya ... Dan meminta kamu yang menjadi Brand Ambasador nya! Bagaimana?" papar Daniel antusias.
Rania hanya menghela nafas dalam. Wajahnya sama sekali tidak tersirat rasa bahagia disana. Dia sudah lelah bergelut dalam dunia akting saat ini.
"Daniel ... I'am sorry! Tapi aku sudah memutuskan lusa untuk ke Semarang! Aku ingin vakum terlebih dahulu. Jadi aku sudah tidak tertarik apapun itu, jika menyangkut dunia perModelan!"
Wajah Daniel menahan kecewa. Namun dia sudah berjanji, akan mendukung apapun itu yang di lakukan Modelnya.
"Kau yakin?"
"Tentu! Keputusanku sudah bulat. Dan aku sudah menyiapkan semuanya untuk perjalananku esok! Kalau bisa, carikan saja Model lainnya."
"Mr' hanya tertarik denganmu Rania! Baiklah ... Apapun itu aku pasti akan mendukungmu! Hati-hati dalam perjalananmu. Kabari aku jika kau sudah sampai disana."
Setelah itu, Rania langsung mematikan panggilan telfonnya, setelah sedikit bercengkrama dengan mantan Managernya dulu.
TOK! TOK!
"Mah ... Buka dulu, ada yang ingin Aston tanyakan?"
Nyonya Lisa yang baru juga akan tidur, sontak bangun kembali saat pintu kamarnya di buka oleh sang putra saat ini.
"Anak itu mengganggu saja! Apa iya dia ingin tidur disini, kaya dulu-"
Tuan Domanick yang masih sibuk dengan laptop kerjanya hanya tertawa, saat sang istri menggerutu karena bayi besarnya itu.
"Mungkin iya, Mah ... Sudah sana bukain!"
"Iya Aston, ini Mamah jalan!" teriak nyonya Lisa sambil mendekat kearah pintu.
KLEK!
"Mah ... Siapa yang sudah menaruh makanan di dal-"
"Nadia! Mamah yang sudah menyuruh dia. Kenapa memangnya? Kamu mau marah-marah lagi sama dia? Iya?" sahut nyonya Lisa sambil menajamkan matanya.
Aston spontan menunduk, menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Nggak! Aku cuma mau tanya. Ya sudah ... Aku naik lagi!" kata Aston yang langsung menciut, saat melihat mata nyalang sang ibu. Setelah itu dia menghela nafas kasar, "Night, Mah!" Aston mengecup kening sang mama.
Melihat hal itu, tuan Domanick terkekeh sambil berteriak, "Mana kiss night buat papah, Aston!"
Aston menoleh sekilas, menekuk wajahnya menahan kesal dan malu, setiap sang papah meledeknya seolah dia putra kecil mereka dulu.
Tawa nyonya Lisa seketika pecah, dan langsung masuk kembali kedalam kamarnya.
...............
...............
'Kurang ajar! Bagaimana aku bisa lupa mengunci kamarku. Apa pelayan itu sudah mendengar? Atau bisa jadi dia melihat aktivitasku? Suara pintu itu ... Mungkin pelayan itu yang menutupnya setelah dia membuka! Nggak ... Aku tidak akan diam!'
Nadia langsung mengunci pintu kamarnya. Dia menenggelamkan tubuhnya didalam selimut, berharap apa yang tadi dia lihat, hanyalah angin berlalu.
'Apa pria dewasa yang belum memiliki pasangan, akan melakukan hal seperti itu?'
"Ya ALLAH ... Sadar, Nad!"
Nadia mengusap kasar wajahnya, untuk menyadarkan pikiranya tentang kejadian tadi.
"Nggak mungkin! Pasti ada sesuatu yang salah. Nggak ...."
Nadia terus saja bergumam sendiri, mencoba menepis kembali atas hal yang baru saja dia lihat.
Dan lama kelamaan, pelayan muda itu tertidur dengan rasa penasaran yang mengganggu pikiranya.
*
*
*
*
*
*
Mobil Laront sudah terpakir didepan, karena Rania melarang anggota keluarganya untuk mengantarkan ke Bandara.
"Hati-hati, Sayang! Kabari Mamah jika sampai!" Nyonya Lisa mendekap kuat tubuh putrinya.
"Wanita kuat! Nggak masalah dihantam beberapa masalah. Dan itu hanya kecil saja," tuan Domanick menghentikan jari kelingkingnya, memberi semangat untuk sang putri.
"Have fun putri kecil Papah!" dan sekarang gilirannya untuk memeluk sang putri.
Nadia hanya menatap dari jarak jauh, melihat bagaimana sikap keluarga Rania yang begitu menyejukan. Namun bukan hal itu tujuannya. Entah mengapa setelah kejadian tadi malam, dia seolah ingin mengetahui lebih dalam, siapa keluarga besar Ramos yang sesungguhnya.
"Kabari aku setelah sampai!" ujar Aston mengusap rambut blonde sang adik.
Rania mengangkat kedua jempolnya, lalu segera masuk kedalam mobil bersama Laront.
"Kamu tidak ingin pulang kampung juga, My sweet girl?"
"Baby ... Sejujurnya, yes I do! Tapi banyak kerjaan yang harus aku selesaikan!" jawab Laront dengan nada kecewa.
Rania hanya terkekeh. Dia tahu jika nenek sang asisten dari pihak ibu, asli dari kota Banyumas, yang artinya masih satu wilayah jawa dengan rumah neneknya.
.................
.................
Terimakasih atas dukunganya kak.
jangan lupa klik permintaan update, jika suka ceritanya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Kusii Yaati
kenapa kamu kepo sekali sih nad, cari penyakit sama Aston aja😩
2025-03-22
0