bab 10~PPH

"Dan kebetulan disini ada para media. Jadi aku tidak perlu megundang kalian, untuk mengungkap semuanya." kata Rania yang kini sudah memfokuskan matanya menatap depan. "Aku juga tidak masalah, jika kalian akan menggantikan posisi modelku di Agensi RECEHAN ini-!"

Mr' Leonard semakin menggeram sambil mengepalkan kedua tanganya. Dia tidak menyangka, rupanya Rania dapat bangkit secepat ini saat semua masalah menerjangnya dengan bebas.

"Asal kalian tahu! Dia ...." Rania menatap lurus, namun tanganya menunjuk kearah Laura. "Apa kalian pikir, Laura adalah wanita berkelas baik-baik? Oh ... tentu tidak! Dia tidak hanya pandai berbuat cara kotor mengambil alih pekerjaaku. Tadi dia begitu pandai saat meliak liukan tubuh hinanya diatas tubuh Pandu, saat status kami masih suami istri!"

Deg!

Beberapa wartawan terkejut bukan main dengan pernyataan model cantik didepanya saat ini.

Tak halnya juga Mr' Leonard. Matanya seketika membola sempurna, tidak menyangka wanita yang baru dia kenal belakangan minggu ini, ternyata tidak sikron dengan penampilanya yang terlihat berkelas dan baik-baik.

"Stop! Itu semua tidak benar!" teriak Laura sambil menutup kedua telinganya. Wajahnya begitu ketakutan, karena para wartawa sibuk memotret wajahnya.

"Ini ...." Rania mengangkat ponselnya kedepan. Memeperlihatkan rekaman video Laura dan juga Pandu saat tengah memadu kasih. "Tolong rekam dengan jelas! Biar seluruh masyarakat tahu, bagaiamana BUSUKNYA perbuatan mereka berdua! Saya tidak masalah jika keluar dari Agensi ini. Setidaknya saya keluar dengan lega, karena telah digantikan dengan model sampah seperti, Laura!"

Setelah puas, Rania menurunkan ponselnya dan dimasukan kembali kedalam tasnya.

"Dan satu lagi ... Saya disini sudah resmi bercerai dengan Pandu! Jadi jangan sangkutkan apapun itu dengan dia lagi. Masalah Pandu sekarang ada pada wanita GILA itu," tunjuknya pada Laura.

Rania kembali menatap Mr' Leonard.

"Saya ucapkan selamat, buat anda Mr' Leo! Selamat atas bergabunganya wanita SAMPAH itu dalam Agensi anda!" tawa puas Rania.

Setelah itu, dia memakai kembali kacamatanya, dan langsung melenggang keluar dari sana.

Hah!

"Ikuti saya, Laura!" dingin Mr' Leo. Dia juga melenggang keluar, tanpa peduli dengan beberapa wartawan yang masih sibuk memotret dirinya.

Laura memucat, karena aibnya dengan Pandu sudah tersebar seantero masyarakat.

"Saya mohon maaf, saya bubarkan konferensi ini," seru Daniel kepada para wartawan.

Setelah itu, Daniel juga ikut kelur dari ruangan. Niat hati ingin mengejar Rania, namun si Model lebih dulu masuk mobil dan langsung melenggang pergi.

"Bagaimana?"

"Aku lebih lega, dari sebelumnya, Aston! Lebih baik kita pulang saja. Aku sedikit lelah," kata Rania sambil merenggangkan otot tanganya.

Aston hanya mengangguk. Dia juga sedikit lelah, karena setelah acara persidangan, dia langsung mengantar Rania ke Agensinya untuk memberantas kejahatan pihak Agensi.

....................

....................

Mr' Leonard menggebrak meja kuat, melontarkan emosinya yang sudah memuncak. Mungkin dapat dia perkirakan. Setelah berita miring Laura tersebar, reputasi Agensinya akan anjlok tak bersisa.

Brak!

Laura tersentak kaget. Tubuhnya membeku melihat pria didepanya menatapnya begitu tajam, bagai hunusan pedang.

"Rupanya kamu lebih murahan, Laura!" teriak Mr' Leo, hingga urat di lehernya menonjol. "Saya keliru sudah merekut model murahan seperti kamu!" kata Mr' Leo sambil menunjuk wajah Laura.

"Sekarang ... Angkat kakimu dari Agensi saya! Dan jangan pernah injakan kakiku kesini lagi! Kontrak kerja saya batalkan!" bentak Mr' Leo menekan kalimatnya.

Nafas Laura memburu kuat, menahan tangis. Dia tidak menyangka, hal yang dia idam-idamkan selama ini harus kandas hanya dalam hitungan detik saja.

*

*

*

*

Mobil sport Aston tiba di kediaman mewah sang ayah.

"Aston, aku masuk dulu! Sudah kebelet-" Rania langsung ngacir terlebih dulu, sambil memegangi perutnya.

Melihat itu, Aston hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lalu dia juga ikut turun.

Baru saja dia menapak teras depan rumahnya, namun wajahnya seketika langsung berubah masam, saat melihat Nadia baru saja kelaur dari pintu samping sambil membawa ember dan juga pel-pelan.

'Ya ALLAH gusti ... Salah apa aku ya? Kenapa Tuan menatap saya kayak benci banget'

Nadia sempat menghentikan langkahnya sejenak, saat mata elang Aston menatapnya begitu sengit.

Dia yang tadinya ingin mengepel teras depan, seketika mengurungkan niatnya sejenak, dengan kembali masuk kedalam. Nadia bersembunyi dibalik pintu samping, sambil menyembulkan kepala kearah teras, berharap putra majikannya itu sudah masuk.

"Alhamdulillah ... Orangnya sudah masuk-"

"Siapa, Nad?" tegur Rania yang kini sudah berada dibelakang tubuh sang pelayan, juga memajukan sedikit kepalanya melihat keluar.

Nadia seketika tersentak kaget, "Ya ALLAH Non ... Sampe kaget saya!" ucapnya sambil mengusap dada.

"Oh ya Nad ... Tolong bikinin nasi goreng 1 ya. Nanti taruh di ruang tengah!" ucap Rania.

Nadia mengangguk, "Baik, Non!"

'Kuat banget ya, jadi Non Rania. Sudah di gugat cerai, di selingkuhi, di khianati temanya sendiri, dan yang terakhir ... Di keluarkan dari Agensinya hanya karena fitnahan tuan Pandu!'

Puas bergumam dengan batinnya, Nadia lantas segera masuk kembali menuju dapur. Dia urungkan niatnya mengepel teras.

....................

....................

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Sayang?" ucap nyonya Lisa mengusap surai blonde putrinya.

Nadia yang kini membawa nampan berisikan sepiring nasi goreng dan juga segelas jua tomat, tampak gemetar saat mendapati Aston juga duduk di sana.

Denga pelan, Nadia menunduk sambil mengangkat sepiring nasi goreng tadi keatas meja.

"Ini, Non-"

"Terimakasih Nadia," jawab Rania tersenyum.

Nadia hanya menunduk kaku, saat kini dia berada tepat di sebelah putra majikannya~Aston. Karena satu tangan Nadia dia buat mengulurkan nasi goreng tadi, sehingga satu tanganya lagi tampak bergetar karena tidak memiliki keseimbangan.

Dan seketika ....

Pyar

Aston membolakan mata, dan spontan berdiri saat segelas jus tadi terjatuh di kakinya, sehingga celana kain yang dia pakai menjadi basah oleh jus tomat.

"KAMU! BERANI-BERANINYA-" suara Aston memberat, karena emosinya tertahan di hadapan kedua orang tuanya.

"Ya ALLAH ... maafkan saya Tuan! Saya tidak sengaja," gumam Nadia dengan gerak reflek langsung mengelap celana Aston dengan ujung pakaian bawahnya.

Tubuh Nadia menegang, antara takut bercampur cemas. Tanganya bergetar kuat, saat mengelap celana Aston saat ini.

"Aston!" tegur nyonya Lisa menajamkan matanya kearah sang putra.

Rania yang ada disana hanya menghela nafas dalam, karena lagi-lagi kakaknya itu terlalu berlebihan.

"Sudah Nadia ... Kamu tidak perlu mengelap celana putra saya! Kembalilah ke belakang. Jangan hiraukan tatapanya," imbuh nyonya Lisa mengusap pundak Nadia.

Rania membantu pelayan muda itu bangkit, setelah Nadia menyelesaikan semua kekacauan akibat ulah cerobohnya.

Hanya Aston yang melihat saat jemari Nadia tergores pecahan kaca, saat pelayan itu memungutinya. Namun Aston tidak peduli, dan membiarkan Nadia berlalu sambil menyembunyikan lukanya.

"Pelayan itu selalau membuat kesalahan terus, Mah! Kemarin dia masuk kedalam kamarku-"

"Mamah yang menyuruhnya, Aston!" sela nyonya Lisa menajamkan matanya.

"Aishh ... Sudahlah, aku mau keatas dulu. Gara-gara pelayan tidak becus itu ... Celanaku jadi basah begini," gerutunya sambil naik keatas tangga.

Tuan Domanick hanya bergeleng-geleng, menyungging senyum malas.

"Lusa aku akan ke Semarang, Mah ... Pah!" kata Rania sambil memasukan nasi goreng tadi ke mulutnya.

"Sayang ... Kamu yakin? Disana hanya sebuah desa. Mamah nggak yakin, kamu dapat beradaptasi dengan nenekmu," jawab sang ibu sambil menggeser duduknya kearah sang putri.

Rania hanya mengendikan bahu acuh. "Aku sudah yakin, Mah! Aku ingin vakum dari dunia permodelan untuk beberapa waktu. Atau mungkin bulan ... Bahkan, bisa jadi hingga tahun!"

"Sudah, biarkan saja! Papah malah mendukung jika Rania ada di sana. Siapa tahu ... Dia dapat mas-mas Jawa! Bukan begitu, Rania ...." sahut tuan Domanick memecah suasana.

Rania tertawa lepas.

"Papah nggak masalah?"

Tuan Domanick menggelengkan kepala, "Tentu tidak! Papah akan dukung seratus persen. Papah sudah tidak ingin memiliki memantu yang bergelut, didunia pebisnisan apapun itu."

Lagi-lagi Rania tertawa. Tuan Domanick sengaja berbicara seperti itu, agar sang putri dapat melupakan semua masalahnya.

.................

.................

Bersambung~

Terpopuler

Comments

Nadira ST

Nadira ST

keren Rania,karma bayar ces

2025-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!