bab 5~PPH

"Jangan lupa pakai maskermu, Rania!" sebelum turun, Daniel mengambil masker yang tersimpan di dasbor mobil depan. Manager Rania itu begitu telaten memasangkan masker tersebut pada wajah sendu Rania.

Hiks! Hiks!

Isakan kecil sesekali masih keluar, walaupun saat ini Rania tengah melawan rasa sakit dalam hatinya.

Sebelum turun, Rania menarik topi hitamnya kebawah. Walaupun sedikit mengganggu pandanganya, dia harus tetap melakukan itu, demi terhindar dari beberapa netizen.

"Aston belum tiba ... Bagimana cara kita masuk?" ucap Daniel mengimbangi jalan modelnya.

"Aku masih menyimpan kartu identitas. Tapi aku tidak tahu, apakah masih berfungsi atau tidak!" timpal Rania.

Sementara di bawah, mobil Aston baru saja tiba di losmen parkir Apartemen miliknya.

Matanya menatap kearah satu mobil yang kini terparkir tepat di sebelah mobilnya. Dapat Aston yakini, jika mobil itu milik manager sang adik~Daniel.

Blam!

Aston sedikit keras membanting pintu mobilnya, karena pikiranya hanya tertuju pada keadaan Rania.

Melihat pintu lift yang terasa lama baginya, Aston memilih menapaki tangga dengan langkah lebarnya.

Nafasnya tersengal, dengan keringat yang sudah membasahi pelipisnya. Dia tidak peduli, karena dalam pikiranya saat ini agar cepat sampai di depan pintu apartement.

Setibanya pada belokan terakhir, langkah Aston terhenti, saat dia menatap dua orang yang tak lain sang adik dengan Managernya, sedang terdiam di depan pintu apartement.

"Kenapa tidak masuk?"

Daniel menoleh, namun tidak dengan Rania. Model cantik itu sejak tadi termenung berfantasi dalam dunianya yang bercorak abu.

Aston mendekat. Satu tanganya dia gunakan untuk merengkuh pundak sang adik, dan satu tanganya lagi di gunakan untuk menempelkan kartu identitasnya.

"Masuklah dulu!"

Daniel mengangguk. Dari belakang, dia dapat melihat gestur tubuh Aston yang begitu siaga pada adiknya saat ini. Perlakuan Aston benar-benar mencerminkan sosok kakak yang begitu menyayangi adiknya begitu tulus. Dan itulah yang Daniel tangkap, dari cara simpati Aston.

Namun, ada satu yang menarik perhatian Daniel saat ini. Benar, sorot mata Aston. Sorot mata itu bukan sorot mata selayaknya kakak untuk adiknya. Namun lebih ke hasrat jiwa, atau lebih tepatnya~Cinta!

'Berpikir apa aku ini! Dia kakak kandung Rania. Tidak mungkin!'

Daniel mencoba mengenyahkan hal itu dalam pikiranya. Melihat Aston masuk kedalam untuk mengambil minuman untuknya, dengan cepat Daniel mendekat duduk di depan Rania.

"Untuk sementara, aku akan stop jadwal yang masuk! Kamu tenangkan dulu mentalmu!" papar Daniel sambil mengusap surai hitam Rania.

Rania mencoba menguatkan hatinya. Perlahan, tatapanya terangkat. Dia menepuk pelan tangan sang meneger tanda terimakasihnya.

"Thank's Daniel!"

Dari minibar dapur, Aston kini tengah menatap kearah sang adik dan juga Daniel. Entah apa yang di rasakan Aston saat ini. Dari tatapan itu tersirat rasa tidak suka, jika sang adik terlalu dekat dengan sang manager.

Setelah mengambil dua Cola dari lemari pendingin, Aston langsung bergerak menuju ruang tamu kembali.

"Eghem!" dehem Aston sambil meletakan dua minuman tadi, "Minumlah dulu, Daniel!" lanjutnya.

Daniel mengangkat kaleng soda tersebut, "Thank's!"

"Aston ...." lirih Rania menatap sang kakak.

Aston mengunci tatapan Rania, dengan wajah antusiasnya.

"Apa mamah dan papah baik-baik saja, setelah tahu berita keji itu?" tanya Rania dengan kedua mata sendu.

Aston menarik kedua ujung bibirnya. Tangnya perlahan terulur mengusap rambut blonde sang adik.

"Mamah dan Papah baik-baik saja! Sekarang biar aku video call Mamah," jawab Aston sambil mengotak atik ponselnya.

Daniel yang merasa orang luar di antara keluarga itu. Lantas dia segera bangkit.

"Rania, aku pamit dulu! Kamu tenangkan dulu pikiranku ...." seru Daniel.

Rania juga bangkit. Dia mengantarkan sang manager hingga keluar pintu.

"Terimakasih Daniel! Hati-hati."

Setelah itu Rania kembali masuk kedalam, setelah menutup pintu Apartemant sang kakak.

"Dimana adikmu, Aston?" ujar Nyonya Lisa dalam panggilan video tersebut.

Rania kembali duduk, dan dia mengambil alih benda pipih tersebut.

"Mamah ... Aku baik-baik saja! Aku sangat merindukan Mamah," sapa Rania. Suara yang biasanya terdengar ceria, kini hanya sebuah lirihan yang begitu menyakitkan.

Nyonya Lisa spontan langsung menangis pilu, saat mendapati wajah sang putri yang terlihat sembab, dengan sedikit cekungan hitam dikedua mata Rania.

"Maafkan Papah, jika belum dapat menemuimu, Nak!" sahut tuan Domanick menatap iba putri bungsunya.

Rania tersenyum nanar, "Memang seharusnya begitu, Pah! Papah jaga Mamah dulu, di rumah!" kata Rania melirik sang kakak sekilas, "Rania sekarang aman bersama Aston!"

Bu Lisa hanya menangis, tidak mampu hanya sekedar mengucapkan satu kalimat pun. Dadanya teramat sesak, mendapat pernyataan yang begitu menyakitkan dari menantunya sendiri.

"Aston ... Jagalah adikmu! Jangan biarkan dia terlalu melamun," seru tuan Domanick mengingatkan putranya.

Aston memajukan setengah badanya pada ponsel yang di pegang Rania, "Papah tenang saja. Aku tahu, apa yang harus aku lakukan!"

Setelah itu panggilan terputus.

*

*

*

*

Ke esokan paginya.

¤Agensi BlackTwins (BT Production)¤

Brak!!!

Daniel yang sedang duduk, sontak tersentak saat Mr. Leonard menggebrak meja kerjanya begitu keras.

"Kau ingin membuat perusahaanku bangkrut, demi masih mempertahankan Modelmu itu?" bentak Mr. Leo menajamkan pandanganya kearah Daniel.

Daniel bangkit. Dia benar-benar tidak tahu, kenapa pria dewasa yang sering di panggil Mr' begitu murka, hanya karena dia masih mempertahankan Rania dalam agensinya.

"Rania hanya vakum, Mr'! Lagian ... Dia juga akan melanjutkan pekerjaanya, jika persidangannya dengan Pandu selesai. Rania masih terpukul dengan berita-berita miring yang menyudutkan dirinya!" sahut Daniel yang merasa tida terima.

"Tidak bisa, Daniel! Rania sudah mencoreng nama baik Agensi kita! Dan lagi ... Karena gugatan itu, banyak perusahaan besar yang membatalkan kerja sama dengan Agensi kita! Kamu tahu itu artinya apa? Perusahaan kita kehilangan keuntungan besar, dari berita murahan itu, Daniel!" sentak Mr. Leo menekan penuh kalimatnya.

Setelah itu, pria berusia 40 tahun itu berjalan ke sembarang arah. Dia berkacak pinggang, menahan emosi, sambil meraup kasar wajahnya.

"Rania terpaksa harus keluar dari Agensi kita! Dan untuk menggantikannya, aku sudah mendapat model terbaik juga."

Mata Daniel membola saking terkejutnya. Bagaimana mungkin dia akan mengatakan pada Rania tentang keputusan Mr. Leo! Daniel segera mendekat, untuk menumpahkan kekecewaannya.

"Bagaimana mungkin Rania tergantikan! Kemajuan Agensi ini saja berkat bersinarnya nama Rania. Memangnya, siapa yang akan berani menggantikan Rania?" Daniel menggeram menahan emosinya.

Ceklek!!!

Pintu terbuka dari luar.

Dengan rasa percaya diri, Laura berjalan masuk dengan senyum puas serta gaya elegantnya.

"Aku yang akan menggantikan modelmu, Daniel! Jadi tolong, mulai sekarang ... Jadilah Manager yang dapat bekerja sama denganku!" ucap Laura begitu lihai memainkan lidahnya.

Daniel memejamkan mata dalam-dalam. Berharap emosinya dapat terkontrol, tanpa menyakiti wanita di depanya.

"Hah ....!" Daniel mendesah kasar. Matanya menatap bias kearah Laura, yang masih berdiri dengan anggunnya, sambil bersedekap dada.

Tanpa kalimat sepatah, Daniel langsung saja melenggang keluar dari ruanganya. Jika dia masih berdiri di hadapan Rania, bisa jadi wajah cantik model itu akan berubah tak terbentuk akibat ulah tanganya.

"Selamat bergabung dalam Agensi kita, Laura! Aku harap, nama kamu akan bersinar juga," ujar Mr' Leo memberi sambutan dengan wajah sumpringah.

"Suatu kehormatan bagi saya, Mr. Leo! Saya harap, Anda juga memberi suatu kehormatan kepada saya, sama seperti yang anda lakukan untuk Rania dulunya," papar Laura sambil berjalan mendekat ke arah Mr' Leo.

"Semua akan kami atur!"

Laura tersenyum penuh bangga. Rupanya, semua rencananya perlahan berjalan dengan lancar.

Setelah kepergiannya tadi dari gedung BT Production

Daniel kini sudah berdiri didepan pintu apartement milik Laront, sambil menggenggam amplop bewarna coklat dengan logo Pengadilan Agama di kotanya.

Ceklek!

"Daniel ... Sejak kapan you ada di depan sini?" kaget Laront, saat membuka pintu depan.

Daniel menghela nafas dalam, sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok. Tanganya terangkat untuk memberikan Laront surat panggilan sidang dari Pengadilan.

Laront memicing. Namun dia segera menerima amplop coklat tersebut.

"Kasihkan ke Rania! Aku tidak sanggup melakukanya, Laront! Rania sebentar lagi akan di keluarkan oleh Agensi. Mr' Leo yang mengatakannya sendiri," gumam Daniel tanpa selera untuk mengatakannya.

Laront spontan membekap mulutnya, "Astaga Daniel ... You tidak bercanda, bukan? Bagaimana ini, Daniel? Aku tidak sanggup melihat Babyku semakin terpukul!" ucap Laront dengan nada cemasnya.

Daniel hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Jika saja dia tidak terikat kontrak dengan Agensi tersebut, maka hari ini juga dia akan keluar, untuk menemani Rania memilih Agensi lainnya.

"Nanti biar aku saja yang menelfon Rania. Kalau begitu aku pamit dulu, Laront!"

Pria gemulai itu hanya mengangguk pasrah, sambil terus menatap amplop coklat tersebut.

....................

....................

'Pandu benar-benar keterlaluan! Aku harus menghubungi Aston!'

Terpopuler

Comments

stela aza

stela aza

lelet bgt bertindak nya ,,, si Laura Nnti semakin semena mena ,,,

2025-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!