bab 2~PPH

Tanpa banyak orang tahu, Aston sebenarnya adalah komplotan Mafia yang kini sedang memantau jalannya musuh, yang sedang singgah di Negaranya saat ini.

Aston sering kali bolak balik ke luar negri, demi menjalankan bisnis gelapnya, yang di lakukan secara ilegal. Tidak hanya sekali, pria berpawakan tinggi kekar itu sering kali menyuap beberapa aparat, demi kelancaran bisnisnya.

Tuan Domanick sudah seringkali mengingatkan putranya, agar segera terlepas dari pekatnya dunia hitam. Namun Aston masih kekeh dalam pendiriannya, jika misinya melumpuhkan musuh belum terselesaikan.

Pria itu langsung masuk kedalam kamarnya. Dengan cepat, dia megenakan jaket hitamnya, serta menyambar kunci mobil dan langsung melenggang keluar.

Laront berjalan mendekat ke arah Nona mudanya, "Baby ... Aston mencarimu? Dia benar-benar belum tahu tentang perbuatan Pandu," kata Laront menatap iba kearah Rania.

Rania masih terdiam. Pandanganya masih kosong menatap lurus. Ucapan Laront barusan di anggapnya bagaikan angin berlalu.

"Huh ...." desahnya pelan, "Hubungi Daniel! Katakan padanya, aku akan pulang lusa. Aku sudah tidak kuat, Laront ...." lirih Rania. Air matanya perlahan luruh membasahi pipi putihnya.

"Aku lelah berpura-pura kuat, Laront! Semua tuduhan Pandu, tidak benar adanya. Aku juga wanita biasa pada umumnya ... Aku juga ingin memiliki seorang anak! Aku juga ingin menghabiskan waktuku berada di rumah, yang selalu siap menyambutnya disaat dia pulang. Tapi aku sudah terlanjur menandatangani kontrak itu jauh sebelum kita menikah! Dan dari hasil kerja kerasku itu ... Aku dapat membantu perusahaanya dari ambang kebangkrutan. Tapi mengapa balasanya seperti ini, Laront ...." isak Rania menundukan wajahnya.

'Pandu benar-benar tidak tahu malu! Awas saja, aku akan membuat perhitungan dengannya!'

Puas menggeram dalam batinya, Laront langsung saja mendekati Rania. Dia membawa model cantik itu masuk dalam pelukanya.

Entah apa yang terjadi pada diri Laront. Pria jadi-jadian itu seakan memiliki rasa empati yang berlebih terhadap Nona mudanya~Rania.

"Baby ... Menangislah! Setelah itu kamu harus bangkit! Kamu cantik, berbakat, baik hati. Banyak pria di luaran sana yang begitu mengharapkanmu ...." lirih Laront sambi mengusap kepala Rania.

Rania masih terisak. Dia tidak tahu lagi akan kemana membawa semua luka dalam batinnya, jika pulang nanti.

"Tapi semua itu ternyata kurang bagi Pandu, Laront!" kata Rania yang masih terisak.

Laront sesakali menunduk, menatap iba pada Nonanya. Satu tanganya terkepal kuat, ingin saja dia layangkan pada wajah polos Pandu saat ini.

Sementara di Indonesia.

Aston kini sedang berada di markas yang biasa dia gunakan untuk melumpuhkan musuh-musuhnya.

Kakak angkat Rania itu mengpulkan dua anak buah, yang nantinya akan dia tugaskan untuk menyelidiki permasalahan yang terjadi pada rumah tangga sang adik.

"Baik Tuan! Saya dan Deril akan menjalankannya malam ini!" ujar Mike.

Aston menajamkan matanya, hingga membuat kedua anak buahnya terintimidasi.

"Aku tidak hanya mebuat dia hancur! Tapi perusahaan tua bangka itu juga. Pandu bernaung di bawah ketiak tua bangka, Mohan! Dia itu tidak lebih dari seorang pecundang!" kata Aston sambil menyeringai. Dia kemudian bangkit dari duduknya, lalu berjalan kesembarang arah.

"Sekarang, cepat kalian berdua pergi dari sini, dan jalankan perintahku!" ucap Aston kembali menaikan nada suaranya.

Setelah urusannya selesai. Aston juga ikut bergegas menuju kediaman orang tuanya.

Mobil sport itu melaju kencang membelah keheningan malam yang tercipta. Aston mencengkram kuat setir mobilnya, dengan mata penuh kobaran api dendam.

Dan tepat pukul 12 malam, Aston baru saja pulang kerumah.

Pintu terbuka secara otomatis, karena menggunakan Smart Door Lock. Dan hanya pemilik rumah khusus yang dapat membukanya secara otomatis.

"Papah belum tidur?" tegur Aston saat melihat tuan Domanick masih melihat siaran televisi.

Tuan Domanick lantas segera bangkit sambil mematikan siaran tv tadi.

"Duduklah! Kamu baru tiba?"

Aston mengangguk. Dia lantas menjatuhkan tubuhnya pada sofa.

"Papah merasa gagal, sudah menyerahkan Rania pada pria bajingan itu ....." ujar tuan Domanick sambil membuka kacamata kerjanya. Kedua mata lelah itu menyirat rasa sesal yang bercampur kebencian yang mendalam.

Setelah itu, tuan Domanick menatap Aton sambil berseru kembali, "Kamu sudah tahu, berita tentang gugatan adikmu?"

Aston mengangguk, "Laront yang memberi tahuku! Ponsel Rania sudah dua hari tidak aktif."

"Adikmu pasti terpukul dengan gugatan itu. Mungkin dengan cara menutup semua media, dia sedikit tenang dari serangan awak media," timpal tuan Domanick dengan sorot mata sendu.

"Mamah dimana?" Aston sontak bangkit.

"Di kamar! Sejak berita itu menggemparkan jagad raya, mamahmu terus saja menangis menghawatirkan mental adikmu." jawab tuan Domanick.

Tanpa babibu, Aston langsung menuju lantai dua untuk melihat keadaan sang mamah.

Ceklek!!

Aston terhenyak, saat melihat seorang gadis seusia adiknya, baru saja keluar dari kamar mamahnya.

"Siapa kamu?" tegur Aston mengintimidasi.

Gadis itu menunduk sambil mengeratkan kedua jemarinya, "Saya pelayan baru, Tuan! Nyonya baru saja tidur. Maaf ... Saya permisi dulu!"

Aston adalah tipe pria yang tidak dapat beradaptasi dengan orang baru. Banyak pelayan di rumah itu yang tidak betah karena sikap dingin putra majikannya itu. Dan jika berbicara, Aston paling tidak bisa berbasa-basi. Mulutnya bak racun yang dapat membunuh lawan bicaranya, tanpa menyentuh.

"Pergilah! Saya tidak suka ada orang baru!"

Gadis itu sempat menghentikan langkahnya sejenak. Namun dia enyahkan dan langsung turun kembali tanpa berpikir apapun.

Klek!

Aston masuk kedalam. Wajah yang semula menahan geram, langsung saja mencair jika menatap wajah damai sang ibunda.

"Selamat tidur, Mah! Semua akan baik-baik saja," ujar Aston meninggalkan kecupan hangat di kening sang ibu.

Setelah itu, dia keluar kembali sambil menutup pintu secara perlahan.

Aston masuk kedalam kamarnya yang berada di depan.

Blam!

Setelah pintu tertutup, pria itu berjalan perlahan, dan berhenti di depan nakas besar. Tanganya perlahan terulur membuka laci. Disana, Aston mengambil selembar kertas lebar, yang didalamnya terdapat sebuah sketsa lukisan hasil dari tanganya sendiri.

Wanita cantik itu tengah tersenyum manis, sambil menopang dagu dengan kedua tanganya.

Dengan cepat, Aston membawa sketsa lukisan itu untuk masuk kedalam kamar mandi bersama.

"Ouh baby ... Lakukan terus!"

"Ahh ... Faster baby ... Eughhh!"

"Kau sangat mempesona, baby ....!"

Entah apa yang di lakukan pria berdarah dingin itu. Namun yang terjadi, Aston seringkali mengeluarkan lenguhan, bahkan desahan dari mulut laknatnya.

Itulah hal aneh yang sudah menjadi kebiasaan bagi kakak angkat Rania itu. Aston sering kali berfantasi liar, hanya memandang foto wajah seorang wanita, yang saat ini tengah merajai hatinya.

Banyak sekali para jalang yang menawarkan tubuhnya pada Aston, namun pria dingin itu enggan melihat apalagi sampai meyentuhnya. Dan hanya satu yang Aston yakini, bahwa suatu saat dia akan mendapatkan cinta waita itu, walaupun harus bertentangan dengan Takdir hidupnya.

.........................

Bersambung~

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

kamu kuat Rania,kamu harus bisa bangkit,kamu cantik, berbakat dan masih muda... jangan hanya karena di gugat pandu kamu jadi hancur.yang ada pandu malah tertawa kemenangan 😤

2025-03-22

0

stela aza

stela aza

udh bisa ketebak Aston suka sama Rania,,,

2025-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!