DAAP 16

Beberapa hari berlalu, dan kini Sofia semakin sibuk dengan dunianya sendiri. Rutinitasnya kini dipenuhi dengan mendesain pakaian, menjahit, dan berusaha memahami tren fashion yang terus berkembang. Ia juga mulai bergabung dengan komunitas desainer, di mana ia banyak belajar tentang dunia industri mode yang sebenarnya.

Sofia menyadari bahwa tantangan terbesarnya bukan hanya soal menjahit dengan rapi, tetapi juga memahami selera pasar dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Namun, alih-alih merasa terbebani, ia justru semakin bersemangat. Ini adalah dunia yang selalu ia impikan, dan kini, ia mulai menapakinya sedikit demi sedikit.

Hari ini, Sofia tengah sibuk menjahit di ruang tamunya yang sudah penuh dengan gulungan kain, sketsa desain, serta benang-benang yang berserakan di lantai. Saat ia tengah serius menyelesaikan sebuah dress baru, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu apartemennya.

"Sebentar!" seru Sofia sambil meletakkan jarumnya dengan hati-hati.

Sofia berjalan ke pintu dan membukanya, mendapati Rena berdiri di sana dengan senyum lebar.

"Hai, Sof! Aku bawa kabar baik!" kata Rena bersemangat sambil melangkah masuk.

Sofia tersenyum, tetapi segera merasa sedikit tidak enak hati saat melihat ruang tamunya yang berantakan. "Maaf, Ren. Tempatnya agak kacau … aku terlalu sibuk dengan jahitan ini."

Namun, Rena hanya tertawa. "Sofia, kau lupa? Aku pernah melihat kamarmu saat masih sekolah dulu. Ini belum seberapa dibandingkan waktu kau stres menjahit baju untuk kompetisi desain di universitas!"

Mereka berdua tertawa kecil, sebelum akhirnya duduk di sofa yang penuh dengan sketsa dan potongan kain.

"Jadi, kabar baik apa?" tanya Sofia penasaran.

Rena mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan menyerahkannya pada Sofia. "Sidang mediasi telah berlalu, Sof. Robin tidak datang, dan aku sudah menyerahkan semua bukti perselingkuhannya dengan Vanessa. Sidang putusan akan segera dijadwalkan. Kau tidak perlu khawatir, cerai ini akan berjalan mulus."

Sofia membuka map itu, melihat beberapa dokumen dan foto yang menjadi bukti perselingkuhan Robin. Perasaannya bercampur aduk, bukan karena sedih, tetapi karena merasa akhirnya mendapatkan keadilan.

"Terima kasih, Rena. Aku benar-benar beruntung memiliki sahabat sepertimu," ucap Sofia dengan tulus.

Namun, Rena belum selesai. Dengan senyum penuh kebanggaan, ia berkata, "Oh, satu lagi! Dress buatanmu yang aku beli beberapa hari yang lalu … ternyata banyak teman-temanku yang menyukainya! Mereka bahkan bertanya apakah bisa memesan juga."

Sofia menatap Rena dengan mata membesar. "Serius?"

"Tentu saja! Mereka bilang desainmu elegan, bahannya nyaman, dan harganya juga masuk akal. Aku sudah mencatat beberapa pesanan untukmu," kata Rena sambil menunjukkan catatan di ponselnya.

Sofia terdiam sejenak, perasaan haru memenuhi dadanya. "Aku tidak menyangka … aku pikir ini hanya sekadar hobi, tapi ternyata orang-orang benar-benar menyukainya."

Rena tersenyum dan menepuk pundak Sofia. "Sofia, kau selalu berbakat. Hanya saja selama ini kau terlalu sibuk mengurus keluarga yang tidak menghargaimu. Sekarang, ini saatnya kau bersinar."

Sofia mengangguk, matanya berkilat penuh semangat. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa dihargai bukan sebagai istri atau ibu, tetapi sebagai dirinya sendiri.

Ini bukan lagi tentang membuktikan diri pada orang lain. Ini adalah tentang dirinya, impiannya, dan masa depannya.

******

Kenangan yang Hilang

Siang itu, apartemen Sofia dipenuhi kehangatan. Aroma sup ayam jahe dan ayam panggang madu menguar di udara, menciptakan suasana nyaman. Sofia sudah memasak banyak hidangan untuk makan siang bersama Rena, sahabat sekaligus pengacaranya.

"Aku rindu masakanmu, Sof!" kata Rena sambil mencicipi sup. "Dulu setiap kali aku mampir ke rumahmu, pasti selalu ada makanan enak."

Sofia tersenyum, meski dalam hatinya ada sedikit kepedihan. "Aku sudah terbiasa memasak untuk keluarga. Tapi sekarang… setidaknya aku bisa menikmati hasil masakanku sendiri tanpa harus mendengar keluhan mereka."

Keduanya pun makan sambil berbincang, mengenang masa-masa sekolah mereka.

"Ingat nggak, dulu kita selalu duduk di bangku paling belakang supaya bisa ngobrol bebas?" kata Rena sambil tertawa.

Sofia mengangguk. "Dan kita selalu jadi biang kerok yang bikin guru pusing!"

Percakapan mereka mengalir, hingga Rena tiba-tiba menyebut sesuatu yang membuat Sofia terdiam.

"Ngomong-ngomong, kau ingat nggak waktu kita baru lulus mengambil gelar magister? Kita kan mau merayakan kelulusan bersama-sama, tapi kau tiba-tiba meninggalkan kita karena ingin menghampiri Robin di seberang jalan."

Sofia mengerutkan kening. "Lalu … apa yang terjadi setelah itu?"

Rena menatap Sofia sejenak, lalu tersenyum kecil. "Tidak apa-apa kalau kau tidak ingat. Saat itu kau mengalami kecelakaan dan koma cukup lama. Akhirnya kita tidak jadi merayakannya."

Sofia tertegun. "Kecelakaan?"

Rena mengangguk. "Iya. Kau tertabrak mobil. Setelah itu, kau koma selama beberapa bulan."

Sofia meletakkan sendoknya, mencoba menggali ingatan yang hilang. Namun, kepalanya terasa kosong. Ia benar-benar tidak ingat kecelakaan itu.

"Kenapa aku tidak pernah bertanya tentang ini sebelumnya? Bahkan Robin, Nyonya Saskia, atau orang tuaku juga tidak pernah menyebutkannya."

Rena menghela napas. "Mungkin mereka tidak ingin kau mengingatnya lagi. Setelah koma, kau memang mengalami sedikit amnesia parsial. Waktu itu, semua orang lebih fokus pada kesembuhanmu daripada membahas apa yang terjadi sebelumnya."

Sofia merasa ada sesuatu yang janggal. Ia tidak pernah merasa ada bagian dari hidupnya yang hilang, tapi mengapa kejadian sepenting ini sama sekali tidak tersisa dalam ingatannya?

"Saat itu, aku ingin menemui Robin?" Sofia menggumam, lebih kepada dirinya sendiri.

Rena mengangguk. "Ya, kau ingin menghampirinya. Tapi sesudah itu … kecelakaan terjadi."

Sofia mencoba mengingat wajah Robin saat itu, atau di mana tepatnya ia berada. Tapi yang ada hanyalah kekosongan.

Memang saat Sofia mengambil gelar magister-nya, dia telah menikah dengan Robin karena perjodohan itu. Tapi waktu itu, Robin belum pernah menyentuhnya.

Melihat Sofia yang mulai berpikir keras, Rena menepuk tangannya dengan lembut. "Sudahlah, Sofia. Tak perlu kau pikirkan. Yang penting sekarang kau sudah punya kehidupan baru. Aku tidak ingin melihatmu terjebak di masa lalu lagi."

Sofia menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Mungkin kau benar. Yang penting sekarang, aku fokus ke depan."

Rena tersenyum lega dan mengangkat gelasnya. "Untuk Sofia yang baru dan lebih kuat!"

Sofia ikut mengangkat gelasnya. "Untuk masa depan yang lebih baik!"

Namun, di dalam hatinya, Sofia merasa gelisah. Seolah ada sesuatu yang ingin diingatnya—sesuatu yang penting—tapi terkunci rapat dalam sudut ingatannya yang hilang.

Setelah menghabiskan waktu bersama, Rena akhirnya bersiap untuk pulang. Ia mengambil tasnya dan berdiri di depan pintu apartemen Sofia.

"Sofia, jangan lupa ya, dua minggu lagi sidang putusan perceraianmu. Kali ini kau harus datang sendiri," kata Rena sambil menatap Sofia serius.

Sofia mengangguk pelan. "Aku mengerti. Ini adalah langkah terakhir agar aku benar-benar bebas dari Robin dan keluarganya."

Rena tersenyum dan menepuk bahu sahabatnya. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Aku bangga padamu, Sofia."

Sofia tersenyum kecil. "Terima kasih, Rena. Kalau bukan karena dukunganmu, mungkin aku masih terjebak di rumah itu dan terus bertahan dalam kebohongan."

Terpopuler

Comments

Zea Rahmat

Zea Rahmat

duhh bingung.... kenapa Sofia bisa punya anak kembar sm si pria misterius itu ya

2025-03-08

2

🍒⃞⃟🦅Rivana84

🍒⃞⃟🦅Rivana84

jgn2 yg mau di samperin sama Sofia bukan Robin Melainkan pria itu yaaa
ku rasa Rena juga tau crta nya Sofia deh..

2025-03-08

1

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

mualai terkuak sedikit demi sedikit lanjut kk

2025-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!