DAAP 9

Namun, gadis itu tiba-tiba tersadar dan segera melepaskan pelukannya. "Maaf … aku … aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu."

Sofia menghela napas, mencoba mengabaikan kegelisahan dalam hatinya. "Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja?"

Gadis itu mengangguk, meski matanya masih berkaca-kaca.

Sofia lalu melirik ke arah mobil gadis itu yang terparkir tidak jauh dari sana. Ban mobilnya kempes.

"Itu ulah mereka, kan?" Sofia menebak.

Gadis itu mengangguk. "Iya … sepertinya begitu."

Sofia menghela napas. "Aku antar kamu pulang."

Gadis itu tersenyum kecil. "Boleh, tante? Aku nggak mau jalan kaki sendirian setelah ini."

Sofia mengangguk, dan keduanya masuk ke dalam mobil.

Saat mobil melaju, Sofia diam-diam bertanya dalam hati. Kenapa gadis ini terasa begitu familiar?

****

Di dalam mobil, gadis itu duduk di kursi penumpang dengan diam, tetapi matanya tak henti-hentinya menatap Sofia.

Ada sesuatu dalam tatapan gadis itu—bukan sekadar rasa hormat atau kagum, melainkan seolah-olah ia sedang melihat seseorang yang sangat disayanginya.

Sofia melirik sekilas dan tersenyum tipis. "Jangan menatap seperti itu. Kenapa?"

Gadis itu tersentak dari lamunannya, wajahnya sedikit memerah. "Ah, maaf … aku tidak bermaksud lancang."

Sofia menggeleng pelan. "Tempat itu memang rawan begal, apalagi kalau sudah malam. Seharusnya kamu lebih berhati-hati."

Gadis itu mengangguk. "Aku tidak tahu … aku baru seminggu di negara ini."

Sofia menoleh sekilas, sedikit terkejut. "Baru seminggu? Kamu datang dari mana?"

"Aku dari luar negeri, dari Amrik. Aku baru saja menyelesaikan pendaftaranku di universitas ternama di sini," jawabnya dengan senyum kecil.

Sofia mengangguk. "Oh, jadi kamu mahasiswa baru. Tapi bahasa Indonesiamu sangat fasih."

Gadis itu tertawa kecil. "Iya, bisa dibilang begitu. Daddy ku orang dari negara ini, di rumah kami sering berbahasa Indonesia jadi aku cukup fasih."

Sejenak, suasana di dalam mobil terasa lebih hangat.

Lalu, gadis itu menunduk, suaranya melemah. "Maaf … tentang tadi, aku tahu aku lancang memeluk Tante. Tapi … aku benar-benar merindukan ibuku."

Seketika hati Sofia terasa terenyuh. Ada perasaan aneh yang menyeruak dalam dadanya, seolah ada bagian dalam dirinya yang tersentuh.

Sofia menoleh dan menatap gadis itu lebih dalam. "Siapa namamu?"

Gadis itu tersenyum. "Namaku Elleanor."

Sofia mengulang nama itu dalam benaknya. Elleanor…

"Aku Sofia," ujar Sofia akhirnya.

Elleanor tersenyum lebih lebar. "Senang bertemu denganmu, Tante Sofia."

Dalam waktu singkat, keduanya merasa akrab. Itu adalah hal yang jarang terjadi bagi Sofia, yang biasanya sulit membuka diri terhadap orang baru. Namun, dengan Elleanor, entah kenapa ada rasa nyaman yang tidak bisa ia jelaskan.

Mereka terus berbincang sepanjang perjalanan, membicarakan berbagai hal ringan. Seolah mereka bukan dua orang asing yang baru saja bertemu, melainkan dua orang yang sudah lama saling mengenal.

Hingga akhirnya, mereka sampai di sebuah kawasan perumahan elit.

Ketika Sofia hendak memasuki gerbang, seorang satpam langsung menghentikan mobilnya. "Maaf, Bu, hanya penghuni dan tamu yang sudah terdaftar yang boleh masuk."

Sofia hendak menjelaskan, tetapi sebelum sempat berkata apa-apa, Elleanor menurunkan kaca jendela dan tersenyum. "Aku tinggal di sini."

Satpam itu langsung mengenali wajah Elleanor dan segera mengangguk. "Maaf, Nona. Silakan masuk."

Sofia melajukan mobilnya perlahan, melewati rumah-rumah besar dengan desain arsitektur yang mewah. Dan saat tiba di depan salah satu rumah yang lebih megah dari yang lain, Elleanor berkata, "Ini rumahku."

Sofia menepikan mobilnya dan memandang rumah itu sejenak. "Tempat yang bagus."

Elleanor tersenyum. "Tante tidak mau masuk dulu? Aku bisa buatkan teh."

Sofia menggeleng. "Lain kali saja. Aku sedang malas bersosialisasi."

Elleanor tertawa kecil. "Baiklah, aku tidak akan memaksa."

Elleanor turun dari mobil, tetapi sebelum menutup pintu, ia menatap Sofia dalam-dalam. "Tante Sofia… terima kasih. Aku benar-benar senang bisa bertemu denganmu."

Sofia hanya tersenyum kecil. "Hati-hati, jangan sampai keluar malam-malam sendirian lagi."

Elleanor mengangguk. "Aku janji."

Sofia melajukan mobilnya, tetapi dari kaca spion, ia bisa melihat Elleanor masih berdiri di sana, menatap kepergiannya.

Namun, momen itu terputus ketika sebuah suara berat memanggil, "Elleanor?"

Elleanor tersentak dan menoleh.

Di depan pintu rumah, seorang pria paruh baya berdiri dengan tubuh tegap. Wajahnya masih tampan meski usianya sudah tidak muda lagi. Dengan setelan jas yang rapi, auranya sangat berwibawa.

"Siapa yang baru saja mengantarmu?" tanyanya dengan suara yang dalam dan tajam.

Elleanor menelan ludah. "Aku … hanya bertemu seseorang yang baik hati, Daddy."

Pria itu menatap ke arah jalan, tetapi mobil Sofia sudah menghilang dari pandangan.

Sementara itu, di dalam mobilnya, Sofia entah kenapa masih merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Elleanor … perasaan ini… kenapa aku merasa begitu dekat dengannya?

🍃🍃🍃🍃

Sofia akhirnya tiba di rumah setelah hari yang begitu panjang dan melelahkan. Begitu ia masuk ke dalam, tatapan tajam dari suami, mertua, dan kedua anaknya langsung menyambutnya.

Robin, dengan wajah dingin seperti biasanya, segera membuka suara. “Dari mana saja kamu keluyuran sampai malam begini?”

Sofia tidak menjawab. Ia terlalu lelah untuk berdebat. Dengan langkah tenang, ia melewati mereka semua, berniat langsung masuk ke kamarnya.

Namun, Robin tidak membiarkannya begitu saja. Dengan gerakan kasar, ia menarik lengan Sofia, mencoba menghentikannya.

“Jangan mengabaikanku, Sofia! Kau pikir kau siapa?!” bentaknya.

Tanpa pikir panjang, Sofia dengan gesit melepaskan diri dan langsung menghantam pergelangan tangan Robin dengan pukulan cepat. Lelaki itu terkejut dan refleks melepaskan cengkramannya.

Bug!

Semua orang membelalakkan mata. Robin memegang tangannya yang nyeri, sementara Saskia, ibu mertuanya, langsung berdiri dan menunjuk Sofia dengan wajah merah padam.

“Kurang ajar! Kau sudah berani memukul suamimu sendiri?! Kau ini istri, menantu, tapi tidak punya etika! Apa yang kau pikirkan, hah?!” bentaknya.

Mikaila dan Reno yang melihat kejadian itu pun ikut berbicara dengan nada sinis.

“Mama makin parah saja sekarang! Apa Mama pikir Mama siapa sampai bisa seenaknya memukul Papa?!” kata Reno dengan nada merendahkan.

Mikaila menambahkan, “Sudahlah, Ren. Mama cuma cari perhatian karena kami semua lebih dekat dengan Tante Vanessa.”

Mereka tertawa kecil, menganggapnya sebagai lelucon.

Sofia merasakan sesuatu menghantam hatinya. Ada nyeri yang begitu dalam. Ini bukan pertama kalinya mereka bersikap seperti ini padanya, tapi tetap saja… rasanya menyakitkan.

Namun, Sofia menahan perasaannya. Ia tidak akan menangis di depan mereka. Ia sudah terlalu lelah untuk membela diri, terlalu lelah untuk peduli.

Sebelum masuk ke kamarnya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya—selembar kertas hasil pemeriksaan medis. Dengan ekspresi datar, ia melemparkannya ke meja di hadapan mereka semua.

“Kalian ingin tahu kenapa aku berubah? Lihat saja sendiri,” katanya dengan suara tenang, tapi mengandung sesuatu yang dingin.

Setelah berkata begitu, Sofia langsung berjalan menuju kamarnya tanpa melihat reaksi mereka lagi.

Robin mengambil surat itu dengan kening berkerut, membacanya dengan saksama.

Diagnosis: Mioma Uteri. Operasi disarankan.

Mata Robin membesar. Saskia yang ikut membaca juga terkejut. Mikaila dan Reno yang awalnya ingin mengejek kini terdiam.

Keheningan memenuhi ruangan.

Untuk pertama kalinya, mereka semua benar-benar kehilangan kata-kata.

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Sofia daripada hidupmu merasa tersiksa dan diabaikan Sama suamimu Robin apalagi anakmu yg harusnya lebih sayang dan cinta sama Sofia sebagai ibunya tapi malah lebih berpihak pada Vanesa selingkuhannya Robin lebih baik tinggalkan rumah itu pasti mereka akan menyesal setelah Sofia pergi dan cari kebahagiaanmu Sofia dan raih cita2mu semoga Sofia sukses dgn karirnya.

2025-03-05

2

Bonny Liberty

Bonny Liberty

emang bener kalau bibitnya jelek,suka selingkuh,pengecut, anaknya pasti kaga punya akhlak, ini nih contoh anak lahir lupa di azanin 😈

2025-03-05

3

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

wahhh ini pada kemana ya otak dan hati nya apa bner itu bukan anak sofia kok kek nya g ada tuh perasaan yg gimana gtu ke sofia.. aduhh penuh teka teki. deh yaa benar ku bilang ada udang di balik bakwan yg mengoyang lidah

2025-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!