Chapter 16

Di kota sebelah, tepatnya kota J. Terdapat seorang gadis cantik dengan mata tajam setajam elangnya. Gadis itu tampak tengah berjalan melewati orang-orang disekitarnya. Pakaian gamis hitamnya dengan kerudung berwarna senada, ia berjalan santai ditengah kerumunan orang.

Tampak seorang pria ber-jas hitam dengan tubuhnya yang gagah, membukakan pintu mobil untuknya.

“Nona, soal surat pindah Anda. Kami sudah menyelesaikannya. Anda dapat pindah kesana besok dan bersekolah tiga hari lagi” ucap pria itu yang bernama Farel.

“Benarkah? Bagus. Kau akan mendapat bonus untuk ini” ucap gadis itu yang tak lain bernama Zeany Ashtary.

“Terimakasih, Nona” ucap Farel tulus.

Mereka pergi dengan menggunakan mobil mewah hitam tersebut. Dengan tujuan akhir sebuah Villa di kota X.

—-

“Nah, kita akan pulang sekarang. Apakah kau senang, Baby?“ Tanya Bunda Lily sembari tangannya memainkan surai hitam Alvaro.

“Tentu saja senang. Disini sangat pengap, dan bau obat ada dimana-mana” jawab Alvaro dengan senyuman manisnya.

“Kalau begitu ayo kita segera ke mobil” ucap sang ayah yang datang bersama Xavier.

“Bang Angga mana?“ Tanya Alvaro karena dia tak melihat sosok Angga.

“Dia ada kerkom” jawab Xavier.

Xavier mendekati Bunda dan adiknya itu lalu ia mengambil alih Alvaro. Membawa sang empu ke dalam gendongannya. Ia menggendong Alvaro ala koala. Ringan sekali menurutnya, dia bisa menggendongnya dengan mudah. Alvaro tak menghiraukan hal itu, ia hanya fokus pada satu anting yang tergantung di telinga kanan Xavier.

“Bang, kenapa antingnya cuma sebelah? Ayah sama Bunda juga bang Angga kok pake nya cuma sebelah?“ Tanya Alvaro penasaran.

Ya, selama ini yang ia lihat. Keluarga barunya itu selalu menggunakan anting di telinga kanan mereka namun hanya sebelah saja. Anting yang polos dengan bintang kecil diujungnya. Jika di ingat kembali, Alvaro juga memilikinya, namun tak ia pakai.

“Ini tanda keluarga kita Baby. Gintara menjadikan anting ini sebagai simbol keluarga Gintara. Hanya sebelah karena memang seperti ini jenisnya“ Jawab Xavier lembut.

“Aku juga punya, tapi motifnya bulan sabit. Tapi tak ku pakai, karena hanya sebelah” ucap Alvaro yang sontak hal tersebut membuat Ayah Samuel dan Bunda Lily menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Baby juga punya? Kalau begitu pakailah. Antingmu disebelah kanan dan anting Gintara disebelah kiri” ucap Ayah Samuel.

“Kenapa antingku sebelah kanan dan anting kalian sebelah kiri?“ Tanya Alvaro bingung. Pasalnya yang ia lihat keluarga Gintara menggunakannya disebelah kanan bukan kiri.

“Yah, Ayah juga penasaran” jawab Ayah Samuel yang malah semakin membuat bingung Alvaro.

“Bulan sabit ya… apakah itu 'mereka'?“ Batin Ayah Samuel sesaat ia menatap Alvaro yang terus bertanya perihal anting pada Xavier.

—-

Kini mereka telah sampai dikediaman Gintara. Alvaro memandang mansion itu kagum karena rasa elegan yang mengiringi mansion tersebut. Ia tak pernah lelah berdecak kagum karena memang sebagus dan semewah itu.

Xavier menurunkan Alvaro di ranjang dalam kamar yang sepertinya akan segera menjadi kamar Alvaro. Xavier tampak sibuk mengelap kaki Alvaro sedang sang empu malah sibuk melihat sana sini. Setelah selesai, Xavier lalu berdiri dan menyimpan baskom air juga handuk kecil tersebut.

“Baby, ini kamarmu. Apa kau suka desain-nya?“ Tanya Xavier sembari ia memeluk erat tubuh ramping Alvaro dari belakang.

Ya, Alvaro memang terlihat lebih ramping dan lebih manis dari remaja lainnya. Bahkan tingginya saja hanya sampai di dagu Xavier saja.

Xavier memeluk Alvaro posesif, dan sesekali bahkan dia mencium tengkuk leher adik angkatnya itu. Terkesan aneh, tapi Xavier menyukai hal aneh tersebut. Alvaro sendiri tak merasa terusik dengan itu.

“Ini bagus. Aku menyukainya. Terimakasih” ucap Alvaro tulus dengan senyuman manisnya dan lalu Xavier mencium pipi adiknya itu dengan kasih sayang.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar diketuk dari luar, Xavier lalu melepas pelukannya dan berjalan untuk membuka pintu. Tampak Bunda Lily disana dengan sebuah nampan berisi kue dan jus buah.

“Xav, dimana Baby?“ Tanya Bunda Lily kala ia melihat putra sulungnya yang membuka pintu.

“Di dalam. Bunda masuklah” jawab Xavier yang lalu ia mempersilahkan Bunda nya untuk masuk

“Bunda? Ada apa?“ Tanya Alvaro.

“Bunda bawa kue untukmu, Baby. Ayo makan” ucap sang Bunda yang lalu ia mendekat dan menyimpan nampan itu diatas nakas dekat ranjang.

Bunda Lily lalu menyuapi Alvaro dengan kue yang ia buat beberapa waktu lalu itu. Alvaro tampak menikmatinya, rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Lagi dan lagi ini adalah kali pertama untuknya.

“Ini enak” ucapnya spontan dengan mata yang berbinar-binar.

“Kau bisa memakan semuanya, Baby” ucap Bunda Lily sembari ia mengelus surai hitam Alvaro.

“Em” jawab Alvaro dengan anggukan kecil dan senyum manisnya.

—-

Di kediaman Ardiwinata, tampak Violet tengah menonton TV dengan sang Mama. Mereka tampak santai tanpa memikirkan apapun setelah kejadian dimana Alvaro dibawa pergi oleh keluarga Gintara.

Bhram pulang tanpa salam dan langsung berjalan kearah ruangannya tanpa menoleh ataupun mengajak bicara sang istri. Violet yang melihat hal tersebut, ia merasa bingung. Pasalnya, Bhram tak pernah memperhatikannya sedemikian sejak kejadian Alvaro.

“Mah, Papa kenapa sih?“ Tanya Violet pada sang Mama yang matanya masih tertuju pada TV tanpa menoleh sedikitpun.

“Tidak tahu” jawab Santi singkat.

“Ish, Mama kok gitu jawabnya?!“ Tampak Violet dengan ekspresi merajuknya ia bangkit dari duduknya dan meninggalkan Santi sendirian.

“Huft…” Santi menghela nafasnya ringan sembari ia menatap punggung sang anak yang sudah cukup jauh pergi darinya.

Walau diluar tampak santai tanpa beban, namun Santi tetap saja kepikiran dengan perubahan suaminya. Padahal suaminya itu yang selalu menyiksa Alvaro kejam, tapi kenapa sejak Alvaro pergi, Bhram malah terlihat tak bernyawa.

Sedang di lain sisi, di ruang kerjanya, Bhram tengah meremas sebuah dokumen. Ia dengan ekspresi kesalnya melempar dokumen tersebut dan lalu mengusap wajahnya kasar.

“Sialan!“ Umpatnya kesal.

“Jika dia tak ada, habislah aku dengan orang-orang itu yang akan mencoba mengorek informasi tentangnya. Seharusnya kubunuh saja dia saat itu!!“ Gerutuan yang tak jelas terus ia lontarkan diruangan besar yang terdapat banyak berkas berserakan.

Bhram menatap tajam kearah laptop nya, ia merasa geram dan jengkel dengan semua hal yang terjadi. Semuanya tak sesuai dengan apa yang sudah ia rencanakan. Rencana yang dimana ia membuat Alvaro terkekang dan menuruti semua perintahnya. Bhram benar-benar geram dan kesal dengan Gintara yang ikut campur.

“Awas saja. Walau kau keluarga hebat. Akan kubuat kau tak kenal mati!“ Gumamnya.

—-

“Hoam~” gadis cantik itu menguap karena lelah dan mengantuk dengan banyaknya komputer didepannya.

Ia sekarang berada di ruangan nya. Dimana semua sisi terdapat komputer dan berkas tentang banyaknya informasi seseorang. Gadis itu lalu mengetik sesuatu di komputernya dan setelahnya ia menyeringai seolah sesuatu yang ia kerjakan sudah sesuai rencana.

“Ardiwinata. Kalian akan mendapatkan semuanya, termasuk dariku” ucapnya dengan seringaian menyeramkan.

—-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!