Chapter 9

Hari sudah berganti dan kini Alvaro masih berada di kediaman Gintara. Saat ia izin pulang, orang disana melarangnya. Sebenarnya ia juga merasa nyaman disana dan merasa tenang, tapi tetap saja jika semakin lama maka akan semakin membuatnya menderita saat pulang nanti.

"Ayo, Bunda masak banyak lagi lho~" ucap Bunda Lily pada Alvaro.

"Em... Tapi ini semua tak akan habis" ucap Alvaro saat ia melihat banyaknya makanan yang berada di atas meja.

"Eyy... Apa yang kau katakan? Ini sedikit lho. Kita harus terus seperti ini untuk membuat setidaknya berat badanmu naik" ucap Bunda Lily dengan nada dramatis nya.

"Biarlah dia, ayo makan" ucap Ayah Samuel sembari menghela nafasnya ringan.

"Ini, kau harus memakannya" ucap Xavier yang mulai mengambilkan beberapa lauk untuk dimakan Alvaro.

"Ayo ayo. Ini enak lho, rasanya pedes tapi gak bikin sakit" ucap Angga yang juga ikutan mengambil daging ayam yang sudah dibumbui.

"Tidak, hentikan! Ini sudah cukup...," ucap Alvaro. Piringnya kini sudah penuh dengan banyak makanan dan ia bingung bagaimana harus menghabiskannya.

"Kenapa? Ini semua harus habis!" Tegas Xavier

" Ya, ini harus habis," ucap Angga ikutan.

"Ugh. Aku merasa tertekan," batin Alvaro

Sedangkan Ayah Samuel dan Bunda Lily hanya melihat dan terkekeh saja. Mereka senang putra mereka akur dan tampak perhatian pada Alvaro. Juga, ini adalah hal yang jarang terjadi apalagi pada Xavier karena anak itu sangatlah datar.

---

Saat ini Xavier, Angga, dan Alvaro sudah ada disekolah. Bahkan Xavier memegang tangan Alvaro saat mereka baru sampai. Tak lama, Reza dan Hendra datang menyusul mereka dari arah parkiran.

"Selamat pagi, bos~" sapa Reza

"Hm" jawab Xavier datar.

"Pagi! Wih, gaya rambut baru," ucap Angga saat ia melihat sebuah perbedaan pada gaya rambut Reza.

"Wo iya dong," ucap Reza songong

"Cih. Dipuji dikit, songong," ucap Angga yang entah dia tiba-tiba merasa jengkel.

Netra mata Hendra lalu mengarah pada Alvaro yang tengah digandeng Xavier.

"Siapa dia?," tanya nya penasaran.

"Adik," jawab Xavier singkat, padat, dan jelas. Namun tak dapat dimengerti oleh Hendra.

"Hah?" Hendra tampak bodoh dibuatnya.

"Dia adik bungsu kita" ucap Angga penuh kebanggaan.

"What?! Lu adopsi anak orang?!," tanya Hendra tak percaya.

"Iyalah~ dia manis kan? Cuma ketutup ama plaster aja," ucap Angga sembari menangkup kedua sisi wajah Alvaro gemas.

"Manis? Aku kan cowok...," batin Alvaro entah mengapa ia merasa tak suka.

Alvaro menatap tajam Angga yang mana mata sayu nya itu malah membuat Xavier terkekeh. Sontak hal itu membuat Reza juga Hendra saling pandang dan merasa merinding saat bos mereka seperti itu.

"Sst, bos masih waras, kan?," tanya Reza sembari berbisik pada Hendra.

"Lu tanya siapa?!" Bukannya menjawab, Hendra malah bertanya balik dengan ketus.

"Biasa aja kali!," ketus Reza.

"Kelas" ucap Xavier singkat yang mana ia langsung berjalan pergi menuju kelas. Namun sebelum ke kelasnya, Xavier menyempatkan mengantar Alvaro terlebih dahulu ke kelas Alvaro sendiri.

---

Bel istirahat sudah berbunyi dan saat Alvaro hendak berdiri dari duduknya. Violet datang menghampirinya dengan kedua temannya.

"Abang~" sapa nya dengan nada dibuat-buat.

Alvaro tak langsung menjawab, dia malah terlihat waspada. Apalagi yang mau adiknya ini lakukan.

"Jangan menghindar dong. Kemarin kemana aja? Papa sama Mama khawatir, lho," ucap Violet yang berhasil membuat Alvaro terkejut.

"Mereka khawatir?...," batin Alvaro, jika benar ia akan merasa sangat senang.

"Kemarin abang main sampe larut ya? Jangan-jangan, abang main sama cewek, lagi" ucapnya begitu lantang ditempat yang banyak orang ini.

Sontak semua murid langsung menaruh perhatian mereka pada Alvaro dan Violet juga temannya.

"Siapa sih dia? Kenalin ke kita dong~ siapa tahu bisa temenan," ucap Angela

"Apa maksud kalian? Cewek apa? Gada," ucap Alvaro karena dia memang tidak bermain dengan seorang wanita apalagi sampai membuatnya tak pulang kerumah.

"Tapi kan ini bukan pertama kali nya. Abang bahkan pernah bawa cewek kerumah. Sekarang karena ga di bolehin, jadi abang yang kesana terus gak pulang, ya" ucap Violet dengan ekspresi yang ia buat begitu menyedihkan.

"Apa katanya? Bawa cewek kerumah? Wihh gila," ucap murid lain yang mulai bergosip.

"Gue kira dia pendiam cok. Ternyata pemain, parah sih"

"Sampe ga pulang katanya. Ngapain aja dia"

"Bertani lah. Hahaha"

"Hahaha!!"

"Emang bener ya? Aku kok gak percaya"

"Iya. Dia kan baik-baik, kok bisa sih?"

"Curiga, ini fitnah"

Ada yang percaya dan ada yang tidak. Beberapa menertawakan Alvaro dan beberapa menatapnya kecewa juga ada yang menatapnya dengan tatapan iba.

"Cukup, Violet! Aku tak pernah melakukan hal kotor seperti itu!," ucap Alvaro mulai jengah, masa bodoh dengan rasa takutnya.

" 'hal kotor' ? Aku gak bilang itu hal kotor kok. Apa jangan-jangan abang memang lakuin hal tersebut ya?" Tanya Violet sok polos.

Deg!-

Habis sudah, ini permainan kata! Alvaro telah terjebak. Ia melihat diam-diam Violet dan kedua temannya tersenyum menyeringai. Tamatlah sudah, Alvaro sudah tak punya argumen untuk membantahnya.

"Ieuwwwhhh, jijik banget kalo gitu" ucap Gina yang sedari tadi diam.

"Tidak...," ucap Alvaro lirih. Ia tak melakukan semua hal itu. Lagi pula memangnya masuk akal. Setiap hari saja dia terluka dan terkurung di Mansion Ardiwinata, bagaimana caranya mendapatkan wanita diluar sana.

"Eh, apa jangan-jangan luka-luka ini juga lu dapet dari hasil ketahuan sama bokap, ya? Wah terjawab sudah ini mah" ucap Gina.

"Tidak... Kenapa mereka melakukan ini...?....," batin Alvaro sembari ia mengepalkan kedua lengannya.

Banyak orang yang melihat mereka, Violet merasa senang dibuatnya. Ia tahu Alvaro itu penakut dan itu menguntungkannya.

"Huh. Siapa suruh lu bikin kak Clar perhatian sama lo. Ini pembalasan gue.," batin Violet puas.

---

Saat ini di jam istirahat kedua. Alvaro di panggil oleh guru untuk ke ruang BK. Dan inilah dirinya yang tengah berada di hadapan guru BK dengan tatapan guru tersebut yang sangat tajam.

"Apa benar tentang semua hal itu, Alvaro Ardiwinata?!," tanya nya seperti menahan amarah.

"Tidak bu. Saya tak pernah melakukannya!," elak Alvaro. Karena memang itu semua tak benar.

"Alvaro. Ibu minta kau jangan terlalu membuat masalah. Bahkan ibu awalnya tak mempercayai hal tersebut, tapi saat ibu bertanya pada Violet sendiri. Dia memberikan ibu bukti.," ucap guru BK sembari menunjukkan beberapa lembar foto.

Foto tersebut tak terlalu jelas dalam menampakkan wajah si pria, tapi dalam foto itu tampak satu pria dan dua wanita tengah bermesraan di sebuah Clube.

"Wajahnya tak jelas. Jadi untuk saat ini ibu tak akan mengeluarkan surat untukmu. Tapi Alvaro, kau tetap harus menjalani hukuman!," tegas nya

"Apa-apaan?... Semuanya bohong, bukannya menyelidiki, dia malah langsung percaya satu sisi begitu saja" batin Alvaro merasa kecewa dan kesal pada guru BK tersebut.

"Baik...," jawabnya pada akhirnya.

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

Hari ini sungguh tak bisa ku lewati dengan baik. Violet... Sebenarnya apa yang salah? Kenapa kita tidak akur saja?... Sebenarnya apa yang membuatmu harus melakukan ini?....

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 9...

...✧✧✧✧✧...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!