Chapter 7

Di kediaman Gintara, anak kembar mereka membawa pulang seorang remaja. Bunda Lily langsung saja mempersilahkan nya masuk dan ia merasa senang karena sudah lama putra nya tak membawa tamu apalagi seorang teman.

"Jadi kamu ini nak Alvaro? Xavier sama Angga cerita banyak soal kamu, lho~" ucap Bunda Lily dengan perasaan bahagia nya.

"Bund. Laper" ucap Angga blak-blakan saat bunda nya tengah asik bersama Alvaro.

"Oh iya lupa! Ayok, Bunda sudah masak banyak untuk kalian" ujar Bunda Lily bersemangat, lebih semangat dari hari-hari biasanya.

"Ayo" ajak Xavier pada Alvaro.

"Lho? Aku juga?" Tanya Alvaro tampak bodoh namun matanya yang sayu itu malah membuat Xavier ingin mencubitnya, karena merasa gemas.

"Ya iya dong! Ayok ah sini" bukannya Xavier yang menjawab, melainkan Angga. Mereka lalu membawa Alvaro duduk di meja makan bersama mereka.

Meja makan yang penuh dengan makanan yang tampaknya terasa sangat lezat. Namun Alvaro merasa enggan untuk memakannya ketika ia teringat bahwa Papa juga Mama nya tak mengizinkan. Apa yang ia makan setiap hari? Hanya nasi ditambah dengan saus kecap dan sedikit lauk saja saat makan siang dan makan malam, untuk sarapan ia diberi satu potong roti tanpa selai, itu pun saat Clar tak ada.

"Bentar, ya. Tunggu Ayah kalian pulang" ucap Bunda Lily meminta ketiga anak itu tak menyentuh makanannya terlebih dahulu.

"Oke" jawab Angga.

"Assalamualaikum. Ayah pulang!" Ucap Ayah Samuel memberi salam yang lalu berjalan mendekati mereka yang tengah berada di meja makan.

"Pada kumpul disini" ucapnya

"Iya, mas. Anak-anak dah pada laper. Kita juga punya tamu" ucap Bunda Lily dengan perasaan yang masih terasa berbunga-bunga.

"Oh ya? Siapa?" Tanya Ayah Samuel sampai matanya melihat keberadaan Alvaro.

"Halo, paman" ucapnya sopan sembari membungkukkan sedikit tubuhnya. Ayah Samuel yang melihat hal itu tersenyum puas pada kedua putra nya.

Ternyata orang yang ingin di adopsinya itu tahu mengenai sopan santun dan itu saja sudah cukup untuknya.

"Ya. Ayo, makanlah" ucapnya sembari duduk di kursinya yang berada didekat Xavier dan Bunda Lily.

"Gimana cara makannya?" Batin Alvaro bertanya-tanya saat ia melihat hidangan nya itu.

Steak yang merupakan makanan dengan bahan utama, daging sapi. Tampak sederhana dan elegan di luar, namun ia memiliki ciri khasnya tersendiri dalam cara makannya. Tak boleh sembarangan.

"Al. Kemapa?" Tanya Xavier yang sedari tadi memperhatikannya.

"Ah tidak..." Jawab Alvaro sembari memberi senyum sebisanya.

"Tinggal makan, kan? Tapi..." Alvaro tampak melirik kearah Xavier dan Angga. Keduanya makan dengan gaya yang elegan sungguh sesuatu yang membuat Al tertekan.

"Ugh... Mending makan nasi kecap aja..." Batinnya, sungguh, bagi seseorang yang tak tahu tentang etiket memakan steak memang akan berfikir ini sulit.

"Nak, kok gak dimakan? Apa nak Al punya alergi?! Oh ya ampun... Harus di ganti..." Ucap Bunda Lily yang sudah panik duluan.

"Ahh tidak... Saya gak punya alergi sama daging kok" ucap Alvaro menghentikan Bunda Lily.

"Terus kenapa? Apa tidak sesuai selera? Mau Bunda bikin yang lain?" Tanya nya bertubi-tubi, membuat Alvaro semakin tertekan bahkan rasa sakit dikepalanya datang.

"Ugh..." Batinnya menahan rasa sakit itu.

Xavier dan Angga menatapnya dengan lekat, lalu Xavier mengambil piring Alvaro yang mana hal itu menarik perhatian Ayah Samuel dan Bunda Lily.

Xavier lalu memotong daging tersebut menjadi ukuran yang lebih kecil dan mudah untuk dimakan. Dengan telaten dia potong semuanya, lalu ia racik lagi dengan saus dan bumbu secukupnya. Setelah itu ia sodorkan kembali pada Alvaro.

"Huh?" Alvaro tampak bingung dengan hal itu.

"Makanlah. Sudah bisa, sekarang" ucap Xavier yang lalu ia memberi garpu pada Alvaro.

Alvaro menerimanya dengan senang hati, lalu ia mulai melahap makannya. Satu suap dapat membuat binar matanya bersinar, hal itu membuat Bunda Lily tersenyum senang.

"Hehehe... Ternyata begitu" gumam ya terkekeh geli begitu juga dengan Ayah Samuel yang tersenyum tipis.

Bukan mengejek, mereka hanya merasa lucu dengan tingkah anak-anak itu. Tampak Angga juga mulai memberikan air putih untuk diminum Alvaro, bukan jus atau teh, karena Alvaro tak terbiasa minum minuman tersebut pada saat memakan makanan yang seperti ini.

---

Setelah acara makan selesai. Mereka semua berkumpul di ruang keluarga dengan Alvaro sekalian. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 16:43, yang mana ini sudah sangat sore dan waktunya ia harus pulang.

"Al. Menginap saja" ucap Xavier tiba-tiba.

"Apa?! Tapi Papa..." ucap Alvaro terhenti ketika ia merasa denyut nyeri di kepalanya.

"Ugh..." Ringisnya pelan, sangat pelan sampai hampir tak terdengar. Namun pendengaran keluarga Gintara sangatlah sensitif.

"Kau tak apa, boy?" Tanya Ayah Samuel dengan kekhawatirannya.

"Ya..." Jawab Alvaro lemah.

"Nak. Ayo, lebih baik mandi dulu saja" ucap Bunda Lily yang menuntun Alvaro ke kamar mandi.

"Tapi..."

"Sssuuttt... Mandi dulu" ucap wanita paruh baya itu yang tak ingin di tentang.

Alvaro dengan patuh masuk ke kamar mandi tersebut setelah diberi jubah mandi oleh Bunda Lily.

"Kalian sudah mandi?" Tanya Ayah Samuel pada Xavier dan Angga.

"Ya/Sudah" jawab mereka

"Xav. Ibu menyukainya, kita ambil saja dia!" Ucap Bunda Lily penuh ketertarikan.

"Ayah" panggil Xavier menatap ayahnya itu.

"Huft... Ayah akan menjadikannya bagian dari kita" ucap Ayah Samuel menghela nafas nya ringan.

"Yeahh! Aku punya adik!" Ucap Angga senang.

Setelah selesai mandi, Alvaro keluar dengan seluruh tubuhnya yang basah. Matanya yang tampak sayu dan pupilnya yang terlihat kosong, penampilannya saat ini sungguh menawan. Tapi tidak dengan semua luka yang terpampang jelas di tubuhnya.

Saat ini Alvaro berada di kamar yang disiapkan untuknya. Dari kemarin-kemarin, keluarga Gintara sudah menyiapkan semua keperluan untuk Alvaro, namun Alvaro sendiri tak mengetahui tentang niat mereka itu.

Alvaro menatap kosong dirinya yang terpantul di cermin. Dia lalu menunduk dan membuat tetesan yang ada di rambutnya jatuh satu persatu ke lantai. Diperlakukan layaknya manusia di rumah orang lain rasanya tak nyaman. Ia ingin menangis saat melihat betapa bahagianya Xavier dan Angga diperlakukan demikian oleh Nyonya dan Tuan Gintara. Jujur saja, ia merasa iri tapi ia sadar diri. Jadi Alvaro tak berbuat jauh, lagi pula dia juga diperlakukan baik disini.

Ceklek-

Saat tengah memakai pakaiannya atasnya, pintu terbuka dan membuat keterkejutan dirinya. Alvaro sontak melihat kearah pintu dan disana ada Bunda Lily juga Xavier yang melihatnya dengan keterkejutan juga.

"Tante... Bang Xav, ada apa?" Tanya Alvaro berusaha tenang.

Ya, Alvaro sudah selesai mengenakan bawahan, namun saat ingin memakai bajunya, Bunda Lily dan Xavier tiba-tiba membuka pintu membuatnya terkejut.

Bunda Lily menatap shock Alvaro. Bagaimana tidak?! Tubuh anak itu penuh dengan luka dan lebam, bahkan ada bekas luka cambukan yang masih segar di tubuhnya itu.

"Al..." Panggil nya lirih.

"Ah. Maaf!" Alvaro sontak langsung mengenakan pakaiannya itu dan memalingkan wajahnya dari Bunda Lily dan Xavier.

"Mereka pasti akan merasa jijik..." Batin Alvaro lirih.

"Bagaimana bisa ada luka sebanyak itu?!" Batin Xavier saat ia melihat bagaimana luka-luka itu berara di tubuh Alvaro.

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

Hari ini aku sungguh merasa senang. Nyonya dan Tuan Gintara memperlakukanku dengan baik. Apakah hal ini adalah hal baik yang bisa kudapatkan? Tapi mendapatkan dari orang lain dan bukan dari keluarga sendiri itu rasanya... Sungguh tak bisa ku ucapkan...

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 7...

...✧✧✧✧✧...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!