"Alvaro, ayo ikut kami" ajak Xavier pada Alvaro saat jam istirahat berlangsung.
"Kemana?" Tanya Alvaro bingung.
"Sudah, kau tak perlu banyak tanya" tanpa aba-aba, Xavier menarik pergelangan tangan Alvaro secara paksa dan membawanya ke sebuah tempat di area sekolah.
SMA Bangsa I, merupakan salah satu sekolah yang bergengsi. Namun, banyaknya murid yang suka membolos tak sedikit, juga adanya sebuah kelompok tersendiri pun bukannya tak mungkin. Dark Moon, merupakan Geng yang di takuti oleh para murid dan guru yang ada di sekolah SMA Bangsa I ini. Xavier merupakan ketua dari geng tersebut, dan Angga adalah wakilnya.
Sebuah tempat yang dituju oleh Xavier dan Alvaro adalah gudang tak terpakai yang ada di bagian belakang sekolah. Walau terdengar kotor dan terkesan jorok, faktanya gudang ini sangatlah bersih dan terawat apalagi saat pintu dibuka dan menampakkan isi dalamnya. Beberapa sofa dan meja juga tv ada disana, dan ada sebuah pintu yang entah mengarah pada ruangan apa.
Tampak kelompok Dark Moon langsung menyambut kedatangan Xavier, di antara mereka juga terkejut karena ketuanya membawa orang luar. Biasanya Xavier akan meminta bawahannya saja tanpa ia harus turun tangan seperti ini.
"Bang, Xav. Kita dimana?" Tanya Alvaro sedikit tak nyaman.
"Alvaro?!" Kejut seseorang dari arah samping. Alvaro sontak menoleh kearahnya dan mereka pun beradu pandang hingga membuat Xavier menghentikan langkah kakinya.
"Kenal?" Tanya Xavier singkat, padat, dan jelas, pada Alvaro.
"Ah. Tino, teman sekelas" jawab Alvaro dengan suara yang ia rendahkan karena sungguh, disini sangatlah tak nyaman. Banyak pasang mata yang melihat mereka.
"Hm" jawab Xavier lanjut berjalan.
"Lho?! Kenapa Alvaro ada disini?" Gumam Tino.
"Bos, maksudnya ini apa?" Tanya Reza penasaran, baru kemarin dia menceritakan tentang Alvaro dan kini orangnya malah dibawa oleh bos nya itu.
"Adikku" jawabnya sekali lagi sangat dan teramat singkat sekali hingga membuat para anggota cengo, tampak bodoh tak tertolong.
"Tunggu Angga" ucapnya lagi yang mengerti akan ketidakmengertian anggotanya.
BRAAKKK!!!!
Pintu markas dibuka dengan cukup keras lalu tampil lah pelakunya. Bagas. Juga ada Angga yang sama berisiknya dengan menendang salah satu pintu markas tersebut.
"Hahaha!!! Bang, gue balik!" Ucap Angga pada Xavier namun malah dijawab tatapan tajam oleh abangnya itu.
"Ugh... Kenapa?" Tanya Angga merasa terancam.
"Eh?!!! Adek!!" Teriaknya dengan senang saat ia melihat adanya Alvaro yang berdiri di depan sedikit kesamping dari Xavier.
"Ugh...!" Ringisnya merasa sakit dibagian kepalanya saat Angga tiba-tiba menariknya kedalam pelukan.
"Oh, maaf... Apakah sakit?..." Tanya Angga khawatir, ia lalu memeriksa setiap sudut kepala Alvaro.
"Minggir!" Titah Xavier menjauhkan Angga dari Alvaro. Ia lalu memeluk Alvaro dengan lebih lembut.
Para anggota Dark Moon melongo tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Angga dan Xavier baru saja... Melakukan sesuatu yang tak biasa. Pasalnya baru kali ini mereka terlihat begitu terobsesi oleh sesuatu yang berupa makhluk hidup apalagi manusia dan rasa tersebut tidak mengarah pada hal yang negatif. Apalagi Xavier, orang yang jarang sekali menunjukkan rasa ketertarikannya.
"Maksudnya ini gimana?" Tanya Bagas tak mengerti.
"Nah, kenalin ya kawan-kawan. Dia Alvaro, wajah baru Dark Moon, adek bungsu kami!!" Ucap Angga memperkenalkan Alvaro.
Bukan hanya anggota Dark Moon saja yang terkejut, tapi Alvaro juga. Oh ayolah kawan, bagaimana tak terkejut. Baru pertama kali ketemu, udah di tempelin seharian dan sekarang malah di klaim sebagai adik mereka pula.
Alvaro menatap horor kearah keduanya, ia lalu gemetar cukup hebat hingga membuat Xavier mulai beralih padanya. Bukannya apa, Alvaro hanya takut, lebay mungkin, ya serah lah. Alvaro takut mengenai hal-hal seperti ini, ia terisolasi dari lingkaran keluarganya sehingga menciptakan sebuah rasa ketidaknyamanan tersendiri dalam artian tersebut.
"Al? Kau baik-baik saja? Alvaro!" Ucap Xavier memanggil namanya. Tapi yang disebut sedang dalam pikirannya sendiri.
Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya, ia tampak panik, juga nafasnya tampak tak teratur. Reza, yang melihat keanehan itu langsung mendekati mereka dan melihat keadaan dari Alvaro.
"Ini... Kita harus membawanya ke UKS!" Ucap Reza segera. Sontak Angga dan Xavier saling beradu pandang.
Xavier langsung menggendong Alvaro dan membawanya pergi. Bel mapel selanjutnya sebentar lagi berbunyi, Xavier sempat ingat Alvaro bilang bahwa Tino adalah teman sekelasnya.
"Izinkan" ucap Xavier singkat namun dapat di pahami oleh Tino.
"Baik" jawab nya.
Xavier, Angga, Reza, dan Bagas pergi dari markas dan menuju UKS. Kemana Hendra? Anak itu tak datang karena ada urusan di eskul nya.
---
"Ini hanya shock ringan saja. Tak usah khawatir, istirahat sebentar dia akan merasa baik" ucap guru perawat tersebut.
"Huft... Aku kira ada apa dengannya" ucap Angga merasa lega dan menghela nafas ringan.
"Ini sudah yang kedua kalinya hari ini dia kemari. Berikan obat ini padanya, sepertinya ada kesalahan pada mentalnya. Bagaimana jika dia diperiksa ke rumah sakit saja, saat pulang sekolah nanti?" Ujar guru perawat tersebut sembari memberikan sebuah obat pada Xavier.
"Kesehatan pada mental? Apa dia mengalami semacam trauma?" Tanya Bagas tak percaya.
"Sepertinya, dan ini sulit karena ibu tak tahu apa itu. Akan lebih mudah dan lebih baik jika kita mengetahuinya" jawabnya
"Tak mungkin... Rasa traumatis pada anak remaja, itu sesuatu yang buruk" ucap Reza pada Xavier.
Xavier diam, dia mengepalkan lengannya begitu juga dengan Angga. Xavier lalu menoleh kearah Alvaro yang tengah tertidur karena obat penenang yang diberikan oleh guru perawat sebelumnya.
"Menurut ibu, jika memang dia memiliki trauma. Apa yang menjadi faktor penyebabnya?" Tanya Angga
"Ada beberapa faktor yang akan menjadi penyebabnya. Misalnya sebuah kekerasan yang dialami secara berlebih, pelecehan seksual, tindak bullying, dan beberapa datang dari keluarga mereka, juga yang lainnya. Banyak faktor mengenai hal tersebut" jawabnya.
"Sepertinya yang masuk akal pada kasus nak Alvaro adalah kekerasan fisik yang berlebihan hingga berakibat pada mental nya. Ibu lihat juga hampir setiap hari dia terluka" lanjutnya dengan lirih.
"Terimakasih, bu. Kami akan menjaganya dari sini" ucap Xavier.
"Baiklah. Panggil saja jika ada apa-apa. Ibu ada perlu sebentar" ucapnya yang lalu pergi dari UKS meninggalkan ke-lima anak murid tersebut.
"Menurut lu, apa itu benar-benar tentang kekerasan?" Tanya Bagas pada teman-temannya itu.
"Bisa jadi. Bisa jadi juga berasal dari keluarganya" ucap Reza.
"Kalo gitu sih keterlaluan banget" ucap Bagas.
Xavier diam, dia menatap lekat wajah Alvaro yang damai dalam tidurnya. Ia lalu berjalan mendekat dan duduk di kursi sebelah ranjang tersebut.
"Selidiki" titah Angga pada kedua temannya itu.
"Siap!" Jawab Bagas dan Reza bersamaan.
"Eh tapi. Emangnya dia jadi adik kalian ya? Atau cuma DK-an aja?" Tanya Reza memastikan.
"Menurut lo? Masa harus setengah-setengah sih, ya harus seluruhnya dong" jawab Angga yang membuat cengo Bagas.
"Hah? Maksudnya?" Tanya Bagas tak mengerti.
"Maksud dia itu gini, Gas. Masa Alvaro cuma jadi DK-an doang, kalo bisa kan sekalian jadi adik angkat. Gitu" jelas Reza.
"Ohh... Emangnya lu berdua dah dapet gitu dokumen peralihan hak asuh nya? Kan dia bukan yatim bukan juga piatu" tanya Bagas pada kedua temannya itu.
"Akan segera" jawab Xavier datar.
"Singkat amat" ucap Bagas tak suka.
"Lagian, banyak tanya. Bukannya segera kerja, mau gue gibek lu?!" Ucap Angga mengancam sembari mengangkat satu lengannya.
"Nggak! Gue pergi dah, yok, Za" ucap Bagas sembari membawa Reza bersamanya.
"Bang... Kita bawa pulang aja hari ini, gimana?" Usul Angga pada Xavier.
"Ya. Jika pun tak mau, kita paksa" ucap Xavier yang lalu Angga mengangguk antusias.
Angga suka abangnya ini, walau dingin tapi dia mengerti semua keinginan Angga. Jujur, bukan hanya Angga yang menginginkan Alvaro menjadi bagian dari Girham. Namun Xavier juga, dia merasa tertarik dengan Alvaro sejak ia melihatnya di kantin sekolah. Ya, kantin sekolah.
---
"Apa?!" Tanya Alvaro terkejut.
"Jangan banyk bicara. Ayo!" Ucap Xavier menarik paksa lengan Alvaro.
"Tapi, bang. Papah bisa marah kalo aku telat pulang" ucap Alvaro yang sudah takut duluan.
"Kalo gitu ya gausah pulang sekalian" ucap Angga santai.
Mereka lalu membawa paksa Alvaro menggunakan mobil yang dikendarai oleh supit pribadi mereka. Sebenarnya Xavier dan Angga membawa motor sport mereka sendiri, tapi khusus hari ini mereka akan pulang dengan mobil saja, soal motor biar ditangani para bawahan.
...✧✧✧✧✧...
Alvaro's Diary
Hari ini sangat aneh, mereka mengajakku kerumah mereka. Ayah pasti akan marah lagi. Tapi aku juga tak bisa melakukan apapun selain pasrah saja. Ku pikir awalnya semua hanya angin lalu, tapi aku menikmati ini... Apakah... Aku boleh mendapatkan seseorang seperti bang Xavier dan bang Angga? Di akui seperti ini adalah hal pertama yang kurasakan.
...✧✧✧✧✧...
...End Of Chapter 6...
...✧✧✧✧✧...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments