Chapter 5

PRANGGG!!!!

Sebuah piring dilempar dan menyebabkan nya pecah, suara pecahan yang begitu nyaring menggelegar di ruang makan tersebut. Menu sarapan yang ada pada piring tesebut berserakan kemana-mana. Juga, tangan Alvaro yang tak sengaja menyentuh beling mulai mengeluarkan darah segar.

Pelaku yang membanting piring tersebut adalah Bhram. Pria paruh baya itu marah besar, terlihat jelas karena wajahnya sudah memerah.

"Maaf..." Lirih Alvaro meminta maaf.

Apa yang terjadi sebenarnya?! Tak ada!! Semuanya biasa saja awalnya hingga Clar ikut bergabung dalam acara sarapan mereka. Clar yang memperhatikan Alvaro sedemikian rupa membuat marah Bhram juga Santi, sedang Violet hanya diam tersenyum diam-diam.

"Diam kau anak sialan!!!" Sentak nya pada Alvaro hingga membuat sang empu terlonjak kaget dan semakin menunduk.

Clar, mengangkat kepala Alvaro hingga menatap lurus kedepan. Ia tak akan membiarkan Alvaro menundukkan kepalanya lagi, sudahlah bersikap netral. Semuanya kacau!

"Hentikan! Kau berisik" ucap Clar pada Bhram.

"Clarionne, sudah cukup dengan itu. Kau tahu sekarang apa yang telah kau lakukan?! Kau memberontak!!!" Ucapnya membentak putrinya itu.

"Ya. Kau diamlah, aku sedang makan" ucap Clarionne santai sembari melanjutkan sarapannya. Ia juga menyuapi Alvaro yang membuat remaja itu tak nyaman.

"Clar! Kau ini bagaimana, kenapa mengurusi parasit itu, uruslah adikmu ini!" Ucap Santi tak tahan dengan putri pertama nya itu.

"Ahhh berisik~ kenapa ya... Disini banyak sekali nyamuk yang berdengung~ Padahal aku tak memiliki darah!" Ucap Clar yang penuh akan penekanan dan intimidasi di kalimat akhirnya.

"Clar..." Santi sungguh merasa geram dengan hal itu tapi saat ditatap tajam oleh Clar, ia tak bisa berkutik.

"Parasit, ya. Lalu kenapa kau melahirkan parasit itu, Ma?" Tanya Clarionne dengan nada dinginnya.

"Clarionne! Jangan keterlaluan kau!" Ucap Bhram sembari menunjuk-nunjuk putrinya itu.

"Pah, cukup! Ini masih pagi" ujar Violet pura-pura menghentikan sang ayah agar tak terlalu jauh.

"Duduk diamlah Violet, Papah sedang berbicara dengan kakakmu ini" ucap Bhram merendahkan suaranya pada putri bungsunya.

"Cih" Clar tampak berdecih dan hal itu terdengar jelas oleh kedua orang tua nya.

"Pah. Jangan menatapku seperti itu. Kau ingin aku melakukan sesuatu, ya?!" Tanya Clar dengan nada nya yang mengancamnya yang lalu membuat terdiam Bhram dan Santi. Sedang Violet menatap bingung pada orangtuanya itu.

Sedari dulu, Bhram dan Santi tak pernah kelewatan saat memarahi Clarionne. Entah kenapa, tapi seolah-olah Clarionne adalah anak emas mereka, bahkan kakak pertamanya saja tak diperlakukan sedemikian rupa.

Kakak pertamanya yang bekerja sebagai dokter, ia dibangga-banggakan oleh kedua orangtua nya namun tak ditakuti. Entah kenapa Clarionne sebagai anak kedua, di takuti oleh kedua orangtuanya nya ini. Bhram dan Santi selalu berbicara se halus mungkin di depannya, padahal Clar selalu diam tak berekspresi. Namun Bhram dan Santi akan marah jika Clarionne tampak dekat dengan Alvaro sama seperti situasi saat ini.

"Bagaimana ini?... Kak Clar..." Batin Alvaro mulai merasa cemas sembari sesekali melirik kearah Clar.

"Huft... Clarionne, bersikaplah sewajarnya!" Ucap Bhram

"Ayo, Al. Kita berangkat" ajak Clar yang tak memedulikan ucapan Bhram. Ia langsung pergi dengan Alvaro meninggalkan mereka di ruang makan tersebut.

---

"Terimakasih, kak" ucap Alvaro pada Clar tulus.

"Ya. Belajarlah yang benar" ucap Clar yang lalu ia mengendarai mobilnya dan pergi dari pekarangan sekolah Alvaro.

"Aw!" Ringis Alvaro merasa sakit di tangannya. Ah iya, tangannya terkena beling jadi mengeluarkan darah dan itu sudah kering sekarang.

Alvaro lalu mengeluarkan tissue di tasnya dan mengelap lengannya yang terluka itu. Meski sakit, ia tahan.

"Hey" panggil seseorang dari arah parkiran.

Alvaro menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya, itu adalah Angga. Tapi Alvaro tak mengenalnya, ia tampak celingak-celingukan, karena siapa tahu bukan dia yang dipanggil.

Angga tampak berlari kecil menghampirinya. Awalnya Alvaro ingin pergi saja karena takut dia salah mengira tapi siapa sangka, Angga justru malah menyebut namanya.

"Alvaro" panggilnya dengan nada yang bersahabat.

"Eh? Iya?" Jawab Alvaro mulai menghentikan diri untuk mengelap darah pada luka nya.

Angga langsung menaruh perhatian di tangan kanan Alvaro yang tampak terluka dan mengeluarkan banyak darah. Ada darah yang sudah kering dan ada juga yang masih segar.

"Lho? Kau terluka?!" Tanya nya dengan wajah yang khawatir.

Saat Angga hendak menyentuh Alvaro, remaja itu langsung menghindarinya dan mundur kebelakang satu langkah.

"Maaf, tapi kau siapa?" Tanya Alvaro.

Ah iya! Alvaro tak mengenali Angga. Betapa bodohnya Angga karena sudah tampak sok akrab dengannya. Sontak Angga langsung cengengesan tak karuan sembari menggaruk tengkuknya yang bahkan tak terasa gatal.

"Aku Angga dari kelas XII MIPA II" ucapnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.

"Hm... Maaf, tanganku ada darahnya, jadi tak bisa. Kau mengenalku, aku Alvaro" ucap Alvaro menolak dengan halus uluran tangan Angga.

Angga tersenyum melihat reaksi itu. Sungguh, Alvaro ini orangnya waspadaan, tapi tak mengapa bagi Angga karena itu adalah reaksi yang wajar.

"Kau tak apa?" Tanya Angga dengan khawatir.

"Ya, bang. Aku baik-baik saja" jawab Alvaro, meski dia tengah menahan banyak rasa sakit.

"Kayaknya nggak deh. Yok ikut abang, kita ke UKS" ajak Angga, meski mengajak tapi dia menarik paksa Alvaro.

Sesampainya di UKS, guru perawat pun langsung mengobati luka di tangan Alvano dengan telaten.

"Nak, bagaimana kau bisa penuh luka seperti ini?" Tanya guru perawat tersebut merasa prihatin dengan kondisi Alvaro. Bukan hanya satu atau dua luka yang ada ditubuh remaja itu, tapi... Sudah tak terhitung jumlahnya.

"Ah, ini bukan apa-apa" jawab Alvaro mengelak.

"Angga" panggil Xavier. Ia tak melihat Angga di parkiran tadi, dan saat dia bertanya pada anak-anak disekitar, mereka menjawab Angga menuju arah UKS. Awalnya Xavier mengira Angga yang sakit sampai ia disini, ia melihat Alvaro yang tengah di obati oleh guru perawat disekolahnya ini.

"Sudah selesai. Kalau begitu ibu keluar dulu ya, sebelum masuk kelas istirahat saja dulu disini" ucap guru perawat tersebut yang lalu ia pergi meninggalkan ketiga anak murid itu di ruang UKS.

"Bang, liat deh! Aku nemu adek kita!" Ucap Angga dengan bangganya mengklaim Alvaro sebagai Adik mereka.

"Kau tak apa?" Tanya Xavier lembut. Bukannya menjawab, Alvaro hanya diam saja dan itu membuat kedua nya heran. Sampai pada akhirnya Alvaro malah... Terbaring tak sadarkan diri.

"Al! Kau kenapa?! Al!" Panggil Angga panik

"Bang..." Lirihnya beralih pada Xavier.

"Aku akan memanggil guru perawat" ucap Xavier yang lalu ia segera pergi.

Angga membenarkan posisi telentang Alvaro dengan hati-hati. Ia juga melepas tas nya dan meletakkannya disamping bawah ranjang. Angga juga tak lupa melonggarkan sabuk pinggang Alvaro dan membuka kancing baju bagian atas nya satu agar Alvaro tak kesulitan bernafas.

"Alvaro..." panggilnya lirih.

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

Aku bertemu seseorang yang aneh, itu adalah bang Xavier dan bang Angga. Mereka kakak kelasku. Tapi aneh, kenapa mereka selalu memanggilku dengan kata 'Dek' atau 'Adek' ??

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 5...

...✧✧✧✧✧...

Terpopuler

Comments

Hebe

Hebe

Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!

2025-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!