Seharian bersekolah, akhirnya bel pulang dan menampakkan si kembar yang tengah berada didalam mobil yang dikendarai supir pribadi mereka.
"Bang! Bilangin dong sama ayah dan bunda. Gue mau dia jadi adek kita!" Ucap Angga merengek pada Xavier.
"Ya" jawab Xavier dengan singkat, dan hal itu langsung dibalas dengan senyuman senang adik kembarnya itu.
Xavier dan Angga memang kembar, tapi tak identik. Wajah, fisik, sikap, bahkan pola pikir mereka berbeda. Xavier, anak yang tegas dan dingin. Tak peduli dengan apapun kecuali keluarganya, baginya keluarga adalah hal yang perlu dijaga dan dilindungi. Dari luar terkesan tak memiliki emosi, namun dari dalam ia adalah orang yang hangat dan pengertian apalagi saat bersama dengan keluarganya, terutama adiknya. Angga, anaknya energik dan periang. Berbeda dengan Xavier, Angga selalu mengekpresikan dirinya secara langsung. Meski begitu, ia sama dengan Xavier, memiliki pendirian yang tegas dan tanggung jawab.
"Dia bukan yatim maupun piatu. Pasti akan sulit untuk mendapatkan hak asuhnya" jelas Xavier pada Angga.
"Iya juga ya... Itu sih kau yang urus, bang" ucap Angga tanpa bersalah.
Xavier hanya bisa diam dan pasrah saja. Mobil mereka pun akhirnya sampai di sebuah Mansion yang sangat amat megah dengan struktur dan nada yang terkesan Elegant.
"Bunda~ anak nya yang tampan sudah pulang lho~" ucap Angga dengan riang saat memasuki mansion tersebut.
"Wah, putra-putra Bunda sudah pada pulang" ucap Bunda Lily Anggreani Gintara.
"Bunda! Aku capek, pengen makan!" Ucap Angga manja.
"Jadi anak manja banget" ucap Ayah Samuel Gintara.
"Apasih, Ayah tuh ga di ajak!" Ucap Angga dengan ketus.
"Salim" ucap Xavier menjulurkan lengannya pada sang ibu, lalu ia mencium punggung tangan Bunda nya kemudian beralih pada ayahnya.
"Tuh, abang mu aja salim dulu! Kamu boro-boro salim, salam aka nggak" ucap Ayah Samuel menasihati putranya yang satunya itu.
"Ya maaf... Khilaf... Lagian, abang juga gak salam kok tadi!" Ucap Angga.
"Udah" ucap Xavier dengan datar dan kaku nya.
"Kapan?!" Tanya Angga meminta penjelasan
"Tadi. Dalam hati" jawab Xavier yang membuat ketiga orang itu menggelengkan kepala mereka.
"Emangnya menurut mu itu baca do'a apa?! Dalam hati segala" ucap Ayah Samuel tak habis pikir dengan kedua putranya itu.
"Hm" deheman Xavier yang menjawab ayahnya yang lalu ia berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Putramu, mas" ucap Lily pada Samuel.
"Putramu juga, sayang" ucap Samuel sembari memijit pelipisnya.
---
Sedangkan disisi Alvaro. Remaja itu kini mendapatkan sebuah luka baru ditubuhnya. Luka sebelumnya juga belum sembuh, ini sudah ditambah lagi. Haduhh... Jadi pelangi tubuhnya ini.
Alvaro memandangi dirinya di kaca jendela, tampak samar wajahnya terpampang disana. Dia lalu terdiam saat melihat banyaknya plaster dan perban di wajahnya itu. Sungguh ironis sekali hidupnya ini. Sungguh, Alvaro tak tahu harus apa lagi dengan ini.
Tapi hari ini ia bersyukur tak mendapat lebih banyak seperti biasanya karena tadi kakak keduanya, Clar, sempat menghentikan ayahnya bertindak lebih jauh.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamarnya diketuk dari luar, sontak Alvaro langsung bergegas membukanya. Tampak Clar disana dengan sebuah ember berisikan air hangat dan handuk yang ia bawa.
"Kak? Masuk" ucap Alvaro pada sang kakak.
"Sudah kau bersihkan?" Tanya Clar saat ia melihat Alvaro ternyata sudah mengobati luka-lukanya.
"Sudah... Pake air dingin..." Jawab Alvaro dengan nada nya yang terdengar kecil.
"Kemari. Kita ulangi!" Titah Clar. Dengan patuh, Alvaro mendekati kakaknya dan dengan telaten Clar mengobati setiap inci luka yang dimiliki oleh Alvaro.
Bahkan Clar sempat meminta Alvaro membuka pakaiannya itu. Awalnya Alvaro menolak tapi Clar malah memaksa dengan nada dingin dan tatapan tajamnya yang mana mau tak mau harus Al turuti.
"Huft... Kabur saja dari sini, Al" ucap Clar pada Alvaro.
Alvaro terus kecut mendengar ucapan kakaknya itu. Kabur? Sudah pernah ia lakukan itu tapi ayahnya menemukannya dan malah membuatnya dalam keadaan yang lebih parah.
"Tak bisa... Ayah akan lebih marah..." Lirihnya dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Seharusnya dulu aku tak membiarkan ayah melakukan hal 'itu'" batin Clarionne dengan merasa geram pada ayahnya itu.
"Tidurlah. Aku akan membawa makan malam mu" titah Clar yang di angguki oleh Alvaro.
---
"Ayah, Bund" panggil Xavier pada kedua orangtuanya itu.
Mereka ber-empat kini tengah berada di ruang keluarga dengan tv yang menyala. Angga yang berposisi baru datang bersama Xavier, hanya memagang tangan abangnya itu, dan hal itu membuat Ayah Samuel dan Bunda Lily saling beradu pandang.
"Ada apa, nak? Sini duduk" pinta Bunda Lily sembari menepuk sofa disampingnya. Tapi si kembar malah duduk di sofa lain membuat Bunda Lily mengubah ekspresinya menjadi masam.
"Aku ingin Ayah dan Bunda mengadopsi seorang anak" ucap Xavier yang mana membuat Ayah Samuel terbatuk-batuk karena dia tengah meminum teh nya tadi.
"Ukhuk! Ukhuk!!"
"Apa maksudmu?!" Tanya Ayah Samuel terkejut mendengar ucapan anaknya itu begitun dengan Bunda Lily.
"Ya adopsi, yah! Angga pengen punya adek!" Ucap Angga sembari masih terus memegang lengan Xavier dengan cukup kuat hingga membuat yang dipegang merasa jengah.
"Jangan kuat-kuat!" Ucap Xavier.
"Eh?! Hehe.. maaf bang" ucapnya sembari cengengesan yang lalu ia melonggarkan pegangannya.
"Siapa yang kalian maksud?" Tanya Bunda Lily.
"Alvaro. Alvaro Ardiwinata" jawab kedua nya serempak.
Sebelum pulang, Xavier dan Angga sempat menyelediki tentang mengenai Alvaro. Saat mereka tertarik pada sesuatu, inilah yang terjadi. Cari informasinya, lalu dapatkan!
"Ardiwinata?! Mereka adalah salah satu klien Ayah" ucap Ayah Samuel.
"Tapi. Soal apakah Alvaro Ardiwinata ini termasuk kedalam Ardiwinata yang Ayah kenal? Soalnya Ayah gak pernah dengar tentangnya. Apalagi keluarga Ardiwinata itu, tak memiliki putra yang bernama Alvaro" ucap Samuel cukup terkejut dengan hal itu.
"Tapi kenapa kalian ingin mengadopsi nya, hm?" Tanya Bunda Lily
"Pengen, Bund... Lagian kasian. Setiap kesekolah, dia pasti luka-luka. Wajahnya sama tangannya penuh sama plaster" ucap Angga yang di angguki oleh Xavier.
"Ya ampun?! Apa dia nakal atau bagaimana? Ikut tawuran?! Jika begitu maka jawaban kami 'Tidak'!!" Ucap Bunda Lily dengan tegas.
"Bukan, Bund. Dia mendapat kekerasan dari seseorang, belum pasti tapi menurut informasi yang kita dapat dia anak yang pendiam, tak pernah bergaul dalam lingkaran sosial dan bahkan jarang keluar rumah. Kami bahkan curiga, mungkin itu perlakuan dari keluarga rumah nya" jelas Xavier.
"Benarkah? Jika pun benar, mereka tega sekali!" Ucap Bunda Lily sembari mengepalkan kedua lengannya kuat.
"Akan Ayah pikirkan. Sebelum itu, Ayah akan menyelidikinya secara keseluruhan" ucap Ayah Samuel yang lalu hal itu membuat Angga bahagia tak karuan.
"Yeayy!!! Punya adek! Hahaha!" Pekiknya dengan lantang dan penuh kebahagiaan.
Kenapa mereka tak meminta nya kepada kedua orang tua nya saja? Itu karena Nyonya Gintara, yakni Lily sendiri tak dapat lagi memberikan keturunan karena sebuah kecelakaan yang menimpanya di masa lalu. Meskipun begitu, Tuan Gintara menyayanginya dan mencintai nya dengan tulus, adanya Xavier dan Angga saja sudah membuatnya bersyukur, ditambah sekarang akan ada anggota baru, mereka juga akan semakin bersyukur jika pun memang dimungkinkan.
...✧✧✧✧✧...
Alvaro's Diary
Kak Clarionne menyuruhku kabur hari ini. Tapi itu tak bisa kulakukan. Jika pun bisa, apakah aku masih harus terjebak disini?... Harapan... Aku menginginkan itu... Seseorang... Keluarkan aku dari lingkaran ini... Tali yang begitu erat tanpa dapat dilepas, hanya pisau tajam yang dapat melepasnya... Aku harap pisau itu segera datang. Tak apa meski aku terluka oleh pisau tersebut, asalkan aku tak disini lagi...
...✧✧✧✧✧...
...End Of Chapter 4...
...✧✧✧✧✧...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments