Awal Mula Virus (Revisi)

Setelah berjam-jam menangani operasi darurat yang menguras tenaga, Linlin akhirnya melepas sarung tangannya dan menghela napas panjang. Seluruh tim bedah di ruang operasi tampak kelelahan, tetapi mereka puas karena berhasil menyelamatkan pasien.

Linlin melepas masker dan menoleh ke rekan-rekannya. "Kerja bagus, semuanya. Pasien dalam kondisi stabil."

Zhao Wei, yang juga berada di tim operasi, meregangkan tubuhnya sambil menggerutu. "Ya ampun, ini operasi keberapa kita hari ini? Rasanya seperti seharian penuh di dalam ruang operasi."

Perawat Xu Mei terkekeh sambil merapikan alat-alat medis. "Kau memang seharian di sini, Dr. Zhao. Aku sampai lupa kapan terakhir kali melihatmu di luar ruang operasi."

Linlin menyeringai tipis. "Kau mungkin harus mempertimbangkan untuk tinggal di sini saja, Zhao Wei. Aku bisa minta bagian admin menyiapkan kasur kecil untukmu."

Zhao Wei mendelik ke arah Linlin, lalu mendesah panjang. "Serius, aku butuh liburan. Tapi sayangnya, rumah sakit ini tidak bisa hidup tanpaku."

Perawat Xu Mei berdeham. "Rumah sakit ini juga tidak bisa hidup tanpa kami, dokter."

"Iya, iya. Kalian juga hebat," Zhao Wei mengangkat tangannya, menyerah dalam debat kecil mereka.

Linlin melirik jam dinding. Hari sudah sore. Ia benar-benar butuh istirahat.

"Kalau begitu, aku pamit dulu, ya. Sampai besok." Linlin berkata sambil melepas jubah operasinya.

Zhao Wei langsung menoleh cepat. "Apa? Kau mau pulang? Tidak mau ikut makan malam dulu?"

Linlin menggeleng sambil mengambil tasnya. "Tidak, aku sudah terlalu lelah. Aku hanya ingin mandi dan langsung tidur."

Perawat Xu Mei tersenyum. "Istirahat yang cukup, Dok. Jangan lupa makan juga, ya."

Linlin melambaikan tangan sambil berjalan keluar. "Iya, iya. Kalian juga jangan terlalu lama di rumah sakit. Sampai besok!"

Begitu melangkah keluar dari gedung rumah sakit, udara sore yang sejuk menyambutnya. Ia menghela napas panjang sebelum masuk ke mobilnya.

Saat ia menyalakan mesin mobil dan menekan tombol radio, suara penyiar langsung terdengar.

"Berita terbaru hari ini, pemerintah telah mengisolasi sebuah desa terpencil di provinsi Henan sejak tadi pagi. Namun, hingga saat ini belum ada keterangan resmi mengenai alasan di balik isolasi tersebut. Penduduk sekitar melaporkan bahwa ada aktivitas militer yang tidak biasa di area tersebut, termasuk kendaraan khusus yang masuk dan keluar dari desa. Pejabat setempat menolak memberikan komentar lebih lanjut, hanya menyatakan bahwa situasi sedang dalam penanganan."

Linlin mengerutkan kening. "Isolasi desa? Kenapa begitu mendadak?" gumamnya pelan.

Suara penyiar radio kembali terdengar, kali ini dalam nada yang lebih serius.

"Beberapa warga yang sempat menghubungi kerabat mereka di dalam desa mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh terjadi. Namun, semua komunikasi terputus beberapa jam setelah isolasi diberlakukan. Tentara dikerahkan untuk menjaga perbatasan desa, dan akses masuk sepenuhnya ditutup. Masyarakat diminta untuk tidak berspekulasi sebelum ada pernyataan resmi dari pemerintah."

Linlin merasa bulu kuduknya meremang. "Pemerintah benar-benar menutupi sesuatu..." pikirnya.

Sebagai seorang dokter dan peneliti, Linlin tahu bahwa isolasi mendadak seperti ini biasanya hanya dilakukan jika ada ancaman kesehatan serius—wabah penyakit, kontaminasi biologis, atau sesuatu yang lebih buruk.

"Apa ini virus baru? Atau kecelakaan laboratorium?" pikirnya sambil mencoba menghubungkan informasi yang didengarnya dengan berbagai kemungkinan medis yang ia ketahui.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Nama yang tertera di layar membuatnya segera mengangkatnya.

"Dr. Liang Wei?"

"Linlin, kau sudah lihat berita soal desa yang diisolasi?" suara Dr. Liang Wei terdengar tegang di seberang telepon.

Linlin menelan ludah. "Sudah. Aku dengar di radio saat perjalanan tadi. Tapi pemerintah tidak memberikan penjelasan resmi."

"Aku punya teman di salah satu rumah sakit di dekat desa itu," Liang Wei berkata cepat. "Dia bilang ada pasien dengan gejala yang... aneh."

Linlin duduk lebih tegak di dalam mobil. "Aneh bagaimana?"

"Pasien-pasien itu agresif, tubuh mereka kaku, dan..." Liang Wei ragu sejenak sebelum melanjutkan, "mereka menggigit orang lain."

Linlin berhenti sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat. "Menggigit?"

"Ya. Awalnya hanya satu orang, tapi sekarang jumlahnya bertambah. Yang lebih aneh, pasien yang digigit mulai menunjukkan gejala yang sama dalam waktu singkat."

Linlin menggigit bibirnya. "Seperti rabies?"

"Mungkin. Tapi yang aneh, rabies butuh waktu inkubasi, sedangkan ini... terlalu cepat."

Linlin menarik napas dalam. "Kau pikir ini wabah baru?"

"Bisa jadi. Aku sedang mencoba mencari lebih banyak informasi. Kalau ada update, aku kabari."

Linlin menutup telepon, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan.

Begitu sampai di restoran favoritnya, ia mencoba fokus pada makan malamnya. Namun, pikirannya masih berputar-putar memikirkan desa yang diisolasi itu.

Ketika ia baru saja menyendokkan sup ayam herbal ke mulutnya, ponselnya kembali berbunyi.

"Dr. Liang?"

"Dokter Linlin, aku baru saja dapat informasi baru." Liang Wei terdengar semakin gelisah.

"Apa?"

"Beberapa dokter di rumah sakit dekat desa itu mulai jatuh sakit setelah menangani pasien pertama. Gejala awalnya ringan, tapi berkembang cepat. Demam tinggi, tubuh kaku, lalu... mereka juga mulai menunjukkan agresivitas."

Linlin menegakkan punggungnya. "Ini lebih buruk dari yang kupikirkan."

"Ya. Dan kau tahu apa yang lebih menakutkan?"

Linlin menahan napas. "Apa?"

"Pasien yang meninggal… bangkit lagi."

Linlin merasa jantungnya hampir berhenti. "Apa maksudmu?"

"Aku tidak bercanda, Linlin. Temanku melihatnya sendiri. Pasien yang sebelumnya dinyatakan meninggal... tiba-tiba membuka matanya dan mulai menyerang perawat yang ada di ruangan."

Linlin merasa darahnya membeku. "Ini tidak mungkin..."

"Aku juga ingin berpikir begitu, tapi faktanya, sekarang rumah sakit itu sudah dalam status darurat penuh. Tentara mulai mengamankan area rumah sakit. Mereka bilang ini hanya tindakan pencegahan, tapi aku tidak percaya."

Linlin meremas ponselnya. "Kita harus mencari tahu lebih banyak. Jika ini wabah baru, kita tidak bisa membiarkannya menyebar lebih jauh."

Liang Wei menghela napas. "Aku tahu. Aku akan terus menggali informasi. Tapi Linlin, hati-hati. Jika ini benar-benar wabah baru... kita mungkin akan segera menghadapi sesuatu yang lebih buruk dari yang pernah kita bayangkan."

Linlin menatap supnya yang sudah mulai dingin. Nafsu makannya menghilang. Ia segera pulang ke apartemen nya.

Linlin akhirnya tiba di apartemennya. Ia membuka pintu dengan sedikit malas, melepaskan sepatunya, dan langsung melangkah masuk.

"Aku pulang," gumamnya sambil menghela napas panjang.

Seorang wanita paruh baya, berpakaian rapi dengan celemek, keluar dari dapur dengan senyum ramah.

"Selamat datang, Dokter Linlin. Saya sudah menyiapkan makan malam. Anda pasti lelah."

Linlin tersenyum kecil. "Terima kasih, Bibi Wang. Tapi aku sudah makan di luar. Aku hanya ingin mandi dan langsung tidur."

Bibi Wang, yang sudah bekerja sebagai pembantu Linlin selama hampir dua tahun, mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau begitu saya akan membuatkan teh herbal untuk membantu Anda tidur lebih nyenyak."

Linlin mengangguk sebelum melangkah menuju kamar tidurnya. Ia melepas jas dan menggantungnya, lalu berjalan ke kamar mandi. Ia menyalakan keran bathup dan menambahkan beberapa tetes minyak esensial lavender ke dalam air hangat. Aroma menenangkan segera memenuhi ruangan.

Begitu air memenuhi bathup, Linlin perlahan masuk ke dalamnya, merasakan kehangatan yang langsung meresap ke dalam otot-ototnya yang tegang.

“Hhh… akhirnya.”

Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan dirinya menikmati ketenangan.

Tiba-tiba, suara ketukan di pintu kamar mandi mengejutkannya.

Tok! Tok! Tok!

"Dokter Linlin?" suara Bibi Wang terdengar dari balik pintu.

Linlin menghela napas. "Ya, Bibi Wang?"

"Saya sudah menyiapkan teh herbal di meja. Anda mau saya bawakan ke kamar?"

Linlin tersenyum tipis. "Tidak perlu, Bibi. Aku akan keluar sebentar lagi."

"Baik, Dokter. Saya akan segera pulang setelah membereskan dapur."

"Oke, hati-hati di jalan," ujar Linlin sebelum kembali menyandarkan tubuhnya di bathup.

Namun, pikirannya terus saja melayang ke berita tentang desa yang diisolasi. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?

Setelah merasa cukup rileks, Linlin akhirnya keluar dari bathup, mengeringkan tubuhnya, lalu mengenakan pakaian tidur. Ia berjalan keluar kamar dan melihat secangkir teh herbal di meja, mengepul hangat.

"Bibi Wang memang selalu perhatian," gumamnya sambil duduk dan menyeruput teh itu perlahan.

Setelah selesai menghabiskan teh nya, dokter Linlin sudah bersiap untuk tidur. Ia memejamkan matanya dan menyelamatkan kedalam mimpi.

Terpopuler

Comments

🦆 Wega kwek kwek 🦆

🦆 Wega kwek kwek 🦆

kalo difilmkan pasti seru,,,,, seperti film resident evils 😮

2025-03-04

0

EsTehPanas SENJA

EsTehPanas SENJA

wei jian beban nih 😳😌

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Dr. Linlin Ahli Bedah Jenius
2 Pasien Darurat (Revisi)
3 Gosip Si Pagi Hari (Revisi)
4 Awal Mula Virus (Revisi)
5 Kekacauan Rumah Sakit (Revisi)
6 Kiamat Zombie (Revisi)
7 Melintasi Waktu (Revisi)
8 Jadi, Siapa Namamu? (Revisi)
9 Kombinasi Yang Aneh (Revisi)
10 Yi Hang Membawa Istri (Revisi)
11 Imbalan Untuk Linlin Tinggal (Revisi)
12 Suara Perut Linlin (Revisi)
13 Tiba-Tiba Punya Sistem (Revisi)
14 Cara Lain Membuka Fitur (Revisi)
15 Hanya Penasaran (Revisi)
16 Data Tidak Ditemukan (Revisi)
17 Linlin Melakukan CPR (Revisi)
18 Obrolan Sebelum Tidur (Revisi)
19 Berburu Dapat Rusa
20 Penuh Kejutan
21 Misi Menangkap Ayam
22 Mendapatkan Ruang Dimensi
23 Yi Hang Keracunan
24 Mengunjungi Ruang Dimensi
25 Pasien Luka Robek
26 Mulai Operasi Jang Li
27 Rahasia Identitas Linlin
28 Serigala Putih Bernama Bai Hu
29 Kedatangan Keluarga Rusuh
30 Linlin Melihat Sumber Racunnya
31 Racun Bayangan Hitam
32 Membuat Perangkap Ikan
33 Mencari Bahan Obat
34 Cemburu
35 Pertarungan Cinta di Senja Hari
36 Keberuntungan Dalam Hidup
37 Di Cegat Para Bandit
38 Aksi Heroik Linlin
39 Pengobatan Pertama Yi Hang
40 Dunia Sekecil Milik Linlin
41 Meminta Izin
42 Kotak Makeup Zaman Kuno
43 Keunggulan Linlin
44 Inovator Pertanian
45 Melamar
46 Aku Terima
47 Akhirnya...!!!
48 Kau Percaya Padanya
49 Kegiatan Linlin Hari Ini
50 Laporan Pengawal
51 Malam Sebelum Hari H
52 Kesibukan Di Kediaman Yi Hang
53 Siapkan Amplop Kalian
54 Peningkatan Ruang Dimensi
55 Selamat Datang Di Hidupku
56 Malam Pengantin
57 Pagi Untuk Suami Istri
58 Bayangan
59 Terima Kasih, Istriku
60 Aku Harap
61 Cukup Menjadi Tabibku
62 Membuat Obat
63 Pelukan
64 Musuh
65 Wanita Luar Biasa
66 Kereta Kuda
67 Heboh
68 Kekuatan Atau Badai
69 Mall
70 Hadiah Untuk
71 Orang Terluka
72 Berjuang
73 Orang Asing
74 Perbincangan
75 Gerbang Ibu Kota
76 Sambutan Hangat
77 Ruang Makan Hangat
78 Memberikan Hadiah
79 Penyempurna Pernikahan
80 Habis Perang
81 Taman Bunga
82 Martabat Linlin
83 Ketegangan
84 Persalinan
85 Tangisan Bayi
86 Keharuan
87 Popularitas Putri Mahkota
88 Su Linlin
89 Chef Linlin
90 Masakan Pertama
91 Kesal
92 Jalan Malam
93 Petasan
94 BOOM
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Dr. Linlin Ahli Bedah Jenius
2
Pasien Darurat (Revisi)
3
Gosip Si Pagi Hari (Revisi)
4
Awal Mula Virus (Revisi)
5
Kekacauan Rumah Sakit (Revisi)
6
Kiamat Zombie (Revisi)
7
Melintasi Waktu (Revisi)
8
Jadi, Siapa Namamu? (Revisi)
9
Kombinasi Yang Aneh (Revisi)
10
Yi Hang Membawa Istri (Revisi)
11
Imbalan Untuk Linlin Tinggal (Revisi)
12
Suara Perut Linlin (Revisi)
13
Tiba-Tiba Punya Sistem (Revisi)
14
Cara Lain Membuka Fitur (Revisi)
15
Hanya Penasaran (Revisi)
16
Data Tidak Ditemukan (Revisi)
17
Linlin Melakukan CPR (Revisi)
18
Obrolan Sebelum Tidur (Revisi)
19
Berburu Dapat Rusa
20
Penuh Kejutan
21
Misi Menangkap Ayam
22
Mendapatkan Ruang Dimensi
23
Yi Hang Keracunan
24
Mengunjungi Ruang Dimensi
25
Pasien Luka Robek
26
Mulai Operasi Jang Li
27
Rahasia Identitas Linlin
28
Serigala Putih Bernama Bai Hu
29
Kedatangan Keluarga Rusuh
30
Linlin Melihat Sumber Racunnya
31
Racun Bayangan Hitam
32
Membuat Perangkap Ikan
33
Mencari Bahan Obat
34
Cemburu
35
Pertarungan Cinta di Senja Hari
36
Keberuntungan Dalam Hidup
37
Di Cegat Para Bandit
38
Aksi Heroik Linlin
39
Pengobatan Pertama Yi Hang
40
Dunia Sekecil Milik Linlin
41
Meminta Izin
42
Kotak Makeup Zaman Kuno
43
Keunggulan Linlin
44
Inovator Pertanian
45
Melamar
46
Aku Terima
47
Akhirnya...!!!
48
Kau Percaya Padanya
49
Kegiatan Linlin Hari Ini
50
Laporan Pengawal
51
Malam Sebelum Hari H
52
Kesibukan Di Kediaman Yi Hang
53
Siapkan Amplop Kalian
54
Peningkatan Ruang Dimensi
55
Selamat Datang Di Hidupku
56
Malam Pengantin
57
Pagi Untuk Suami Istri
58
Bayangan
59
Terima Kasih, Istriku
60
Aku Harap
61
Cukup Menjadi Tabibku
62
Membuat Obat
63
Pelukan
64
Musuh
65
Wanita Luar Biasa
66
Kereta Kuda
67
Heboh
68
Kekuatan Atau Badai
69
Mall
70
Hadiah Untuk
71
Orang Terluka
72
Berjuang
73
Orang Asing
74
Perbincangan
75
Gerbang Ibu Kota
76
Sambutan Hangat
77
Ruang Makan Hangat
78
Memberikan Hadiah
79
Penyempurna Pernikahan
80
Habis Perang
81
Taman Bunga
82
Martabat Linlin
83
Ketegangan
84
Persalinan
85
Tangisan Bayi
86
Keharuan
87
Popularitas Putri Mahkota
88
Su Linlin
89
Chef Linlin
90
Masakan Pertama
91
Kesal
92
Jalan Malam
93
Petasan
94
BOOM

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!