Orang yang mirip

"Permisi Bu, apa benar ini rumah Bu Risa?" Tanya Fatir pada Wak Umi yang berada di warungnya.

"Oh cari rumah Neng Risa?"

"Iya Bu, apa benar ini rumah Risa?"

"Om dokter!!"

Fatir langsung menoleh saat mendengar Ara yang berseru memanggilnya.

"Nah itu anaknya!"

"Iya Bu, Terima kasih Bu!" Ucap Fatir sebelum mendekati Ara yang berada di depan pintu.

"Hay Ara?!"

"Om dokter beneran main ke sini?" Ara menyambut Fatir dengan mata berbinar.

"Buktinya Om dokter ada di sini. Ara apa kabar?"

Setelah tiga hari Ara pulang dari rumah sakit, entah mengapa Fatir merindukan gadis kecil itu.

"Ara baik kok Om, Ara udah sehat. Nggak sakit lagi!" Jawab Ara sembari berputar memperlihatkan tubuhnya yang baik-baik saja pada Fatir.

Tapi apa yang Ara lakukan itu justru membuat Fatir tersenyum getir. Ara sama sekali belum tau kalau kanker ganas sedang menyerang tubuhnya saat ini.

"Ara anak yang hebat berarti. Oh ya, Mama Ara kemana?" Fatir tampak melihat ke dalam rumah kontrakan kecil yang tampak sepi itu.

"Mama lagi antar pesanan, sebentar lagi pasti pulang!"

"Oh gitu, ya udah kita main dulu yuk. Om dokter bawa sesuatu buat Ara"

"Apa itu?" Ara tampak penasaran.

"Kita duduk dulu yuk!"

Fatir mengajak Ara duduk di teras rumah. Dia memberikan paper bag berisi buku gambar dan juga pensil warna untuk Ara.

"Ini untuk Ara semua Om?"

"Iya dong. Ara suka gambar nggak?"

"Suka!"

"Kalau gitu kita gambar sama-sama ya?"

"Iya Om dokter!"

Dua orang yang baru saja mengenal beberapa hari yang lalu itu tampak begitu akrab. Fatir sendiri heran, dia memang suka anak kecil dan menyayangi semua pasiennya, tapi tidak sampai datang ke rumahnya dan bermain seperti yang dilakukannya dengan Ara saat ini. Tapi saat melihat Ara, dia seperti tidak asing dengan wajahnya.

Fatir tak tau kenapa ada orang di dunia ini yang bisa begitu mirip namun tak sedarah.

"Itu Mama pulang!" Ara melihat Risa baru pulang dengan motornya.

Fatir pun ikut melihat ke arah Risa yang mengendarai sepeda motor dengan tas terpasang pada sisi kiri dan kanan motornya.

"Kok dokter Fatir bisa ada di sini?" Risa tentu saja terkejut dengan keberadaan dokter spesialis anak itu di rumahnya.

"Maaf kalau saya datang tiba-tiba, tapi saya ingin menepati janji saya untuk menemani Ara bermain"

Risa kira ucapan Fatir waktu itu hanya untuk menghibur Ara saja. Namun ternyata Fatir tidak main-main dan benar-benar menepati janjinya.

"Tidak papa dokter, kalau gitu saya buatkan minum dulu!"

"Tidak usah repot Bu. Saya cuma sebentar kok!" Tolak Fatir dengan sopan.

"Mama, kok nasinya di bawa pulang lagi?" Tiba-tiba saja Ara memutus omongan Risa dan Fatir.

Risa pun menatap ke arah motornya yang masih membawa makan siang yang sempat di tolak orang proyek tadi. Mengingat hal itu, sorot mata Risa langsung meredup.

Kemarin Risa sempat senang karena orang proyek kembali menghubunginya untuk memesan makan siang.

Tapi saat tadi Risa mengantarnya ke sana, mereka bilang tidak jadi karena sudah ada yang mengantar makan siang untuk mereka.

Rasanya Risa ingin marah saat itu juga karena mereka terkesan mempermainkan Risa. Tapi salah satu dari mereka mengatakan kalau itu adalah balasan bagi Risa karena waktu itu tidak mengantar makan siang untuk mereka.

Karena tidak mau berdebat lagi, Risa memilih pulang membawa makanan yang telah ia masak dengan senang hati karena kembali membuat pesanan untuk pertama kalinya setelah Ara pulang dari rumah sakit.

"Oh itu nggak habis sayang. Masih sisa jadi Mama bawa pulang"

"Kalau gitu biar Ara makan aja sama Om dokter. Boleh kan Ma?"

Risa langsung merasa tidak enak pada Fatir karena Ara menawarkan makanan sisa untuknya.

"Ara, ini makanan yang sudah Mama bawa pulang karena nggak laku. Bukan makanan baru!" Risa menegur Ara.

"Tapi itu bukan makanan sisa kan Bu. Makanan itu hanya tidak laku, jadi masih sangat layak di makan bukan?"

"Tapi dok.." Risa tentu saja sungkan.

"Saya tidak masalah sama sekali. Apa boleh saya mencobanya?"

"I-iya dokter. Boleh!" Risa langsung mengambil satu boks makan siang untuk Fatir.

"Ini dokter, silahkan. Tapi maaf kalau menunya sederhana"

"Tidak masalah. Tapi ini masakannya harum sekali. Pasti sangat enak!" Puji Fatir saat baru membuka boks makanan itu.

Akhirnya Fatir benar-benar menghabiskan makanan buatan Risa. Bahkan dia membeli semua makanan yang di bawa pulang oleh Risa untuk ia bagikan ke perawat di rumah sakit.

🌷🌷🌷🌷

Satu bulan berlalu...

"Kenapa Bro? Tumben lo datang ke sini!" Arga menatap sahabatnya yang tiba-tiba datang ke kantornya.

Pria berkacamata itu langsung duduk di sofa tanpa menjawab pertanyaan Arga.

"Ga, mungkin nggak sih reinkarnasi itu nyata?" Taya pria itu.

"Ngomong apa sih Tir? Kalau lo nggak jelas mending lo pergi, gue juga lagi pusing!" Usir Arga.

"Gue baru dapat pasien sekitar satu bulan yang lalu. Seorang gadis kecil yang cantik. Dia mengidap kanker darah stadium tiga" Cerita pria itu.

"Terus? Bukannya lo udah biasa dapat pasien anak yang sakit keras?"

"Tapi kali ini beda. Dari pertama kali gue ketemu sama dia. Gue kaya lihat Andita, wajahnya mirip Andita!"

"Jangan ngaco lo!" Arga sama sekali tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.

"Gue udah tebak kalau lo nggak akan percaya. Tapi gue paham karena lo belum lihat dia secara langsung!"

"Ya terus? Gue harus percaya sama cerita lo itu? Ya mungkin ada orang yang mirip di dunia ini, tapi apa yang lo bilang tadi, Reinkarnasi? Mustahil!"

"Tapi Andita sama dia, selain punya wajah yang mirip mereka juga punya penyakit yang sama!"

"Terus kalau benar reinkarnasi, kenapa dia juga menderita sakit yang sama?" Balas Arga lagi.

"Tapi mana bisa orang begitu mirip tanpa ada hubungan darah. Apa mungkin dulu Om Hermawan punya anak selain lo sama Andita, terus anak itu anak dari saudara lo yang lain?"

"Kurang ajar lo Fatir! Bokap gue bukan orang yang kaya gitu!!" Geram Arga pada sahabatnya yang ternyata adalah Fatir.

"Oke sabar-sabar Bro!" Fatir mencoba menenangkan Arga yang menatapnya dengan tajam.

"Lo jangan jadi ped*pil hanya karena anak kecil itu mirip Andita. Ingat Tir, adik gue udah nggak ada hampir sepuluh tahun yang lalu, move on Tir!" Arga menatap sahabatnya dengan miris.

"Gue nggak tau bisa apa enggak Ga!" Fatir terlihat lemas kemudian menyandarkan kepalanya pada sofa ketika diingatkan tentang perasaannya pada Andita, adik dari Arga yang dulu sangat ia cintai.

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

akhirnya terjawab dr mana ara dpt penyakit kanker darah ternyata dr gennya arga karena adik perempuannya yg notabene kekasih fatir sahabat baik arga juga mengidap penyakit yg sama fix ya benang merah sdh mulai muncul satu persatu dan wajah ara sngt mirip sm tantenya adik arga yg sdh meninggal 10 tahun yg lalu ya Allah aku merinding baca plot twistnya teh santi keren sumpah

2025-03-10

4

Ais

Ais

waduh apa mungkin fatir adik kandung arga yg tidak pernah arga kenalkan pd risa karena ibu arga aja ngak pernah arga kenalkan sm risa diwkt risa msh berstatus istri wah plot twist apa lagi ini teh santi aku deg"an sumpah

2025-03-10

3

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

Andita adiknya Arga, orang spesial dokter Fatir dan sudah meninggal ya?

2025-03-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!