Risa tak mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Sambil menangis pilu Risa terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan berjalan berpegangan dinding karena tubuhnya terasa begitu lemas.
Brug...
Kakinya yang sudah tidak kuat lagi untuk melangkah, akhirnya terjatuh bersimpuh di lantai rumah sakit yang dingin.
Untung saja saat ini Risa berasa di ujung lorong yang sepi. Jadi tidak ada yang melihat bagaimana mirisnya kondisi Risa saat ini.
Dia pergi dari depan ruangan Ara setelah dokter menyampaikan hasil memberikan CT scan dan juga laboratorium milik Ara. Dia meninggalkan Ara di dalam sana bersama dokter Fatir yang tadi masih menemani Ara.
Saat ini, dunianya runtuh. Risa harus mengalami keterpurukan untuk yang kesekian kalinya. Diceraikan, hamil tanpa suami, melahirkan dan berjuang seorang diri, dan sekarang harus menerima kenyataan yang begitu pahit.
Risa ingin menyerah saat ini juga rasanya, dia seperti tidak sanggup untuk menghadapi cobaan yang terus datang silih berganti. Di saat Risa mencoba menata hidupnya kembali, merajut Asa bersama putrinya, ternyata takdir yang kejam telah menanti dirinya.
"Putri Ibu mengidap kanker darah stadium tiga"
Nyawa Risa seperti ingin keluar dari raganya ketika mendengar ucapan dokter beberapa menit yang lalu.
"Ya Allah, kenapa Engkau memberikan cobaan ini kepada hamba?!!" Risa menepuk-nepuk dadanya yang terasa begitu sesak.
Putrinya, hartanya yang paling berharga, di vonis mengidap kanker ganas yang mengancam nyawa itu.
Risa sempat tidak percaya dengan apa yang dokter katakan. Pasalnya slama ini Ara tidak pernah menunjukkan gejala apapun. Ara adalah anak yang sehat dan aktif. Jadi mustahil bagi Risa jika Ara mengidap penyakit menakutkan seperti itu.
Tapi kata dokter, semua bisa saja terjadi karena anak-anak belum bisa menyampaikan keluhannya dengan baik.
Bagai di tampar dengan belati, ucapan dokter itu menggores tepat di depan mata Risa. Bisa-bisanya dia tidak menyadari apa yang Ara rasakan. Atau mungkin Ara sengaja menyembunyikan rasa sakitnya itu dari Risa.
Cukup lama Risa meluapkan kekecewaannya pada takdir yang mempermainkan hidupnya, kini Risa sudah tiba di depan ruangan Ara.
"Aku harus kuat demi putriku!" Risa mengusap air matanya sebelum melangkahkan kaki ke dalam.
Tak di sangka, ternyata Fatir masih berada di sana menemani Ara. Mereka berdua terlihat begitu akrab, bahkan Ara sudah tertawa lagi saat ini.
"Terima kasih sudah menjaga Ara, dokter Fatir. Maaf merepotkan"
"Sama-sama, lagi pula saya juga sudah free. Jadi saya tidak merasa direpotkan!"
"Mama dari mana?" Suara kecil itu membuat Risa menoleh ke arahnya.
"Mama dari depan sebentar" Risa mendekati Ara "Kayaknya Ara asik banget main sama dokter Fatir ya?" Risa tak mau Ara sampai bicara terlalu jauh.
"Iya Ma, katanya dokter Fatir juga nggak punya Papa kay Ara loh Ma!" Ara menatap Risa binar karena merasa tak sendiri di dunia ini.
Tapi berbeda dengan Risa yang saat ini tentu saja hatinya mencelos. Entah apa yang mereka bicarakan tadi sampai Ara bisa mengatakan tentang Papanya.
"Iya kan dokter?" Kini Ara beralih pada Fatir.
"Iya" Fatir merasa tak enak dengan Risa.
"Tuh kan Ma. Jadi sekarang Ara nggak sedih lagi kalau Papa nggak di sini. Soalnya dokter juga nggak sedih"
Fatir kembali menatap Risa dengan rasa bersalah. Dia tidak tau kalau cara menghibur Ara yang bercerita tentang keberadaan Ayahnya membuat Ara jadi seperti itu.
"Ya udah, sekarang mainnya sama dokter udahan dulu ya. Sudah waktunya Ara istirahat besok main lagi. Mama mau ngobrol dulu sama dokter Fatir di luar, boleh kan?"
"Iya Mama"
"Anak pintar!" Puji Fatir pada Ara. Risa pun segera membantu Ara berbaring dan merapihkan selimutnya.
Setelah keluar dari ruangan rawat inap milik Ara, Fatir menatap mata sembab Risa. Sepertinya dia tau kenapa tadi Risa tak kunjung masuk setelah bicara dengan dokter spesialis penyakit dalam.
"Jadi dokter Fatir sudah tau kondisi Ara sebelumnya? Dari awal, dokter Fatir sudah bisa menebak kan, makanya dokter merujuk Ara ke dokter penyakit dalam" Tiba-tiba saja Risa berkata demikian. Risa menebak Fatir pasti sudah tau kondisi Ara.
"Saya memang sudah sering menemukan kasus serupa. Tapi saya tidak mau mengatakannya dengan asal. Lagipula saya juga berharap dugaan saya salah"
"Banyak kasus serupa tapi mereka sembuh total meski kemungkinan itu sangat kecil" Risa menyandarkan tubuhnya pada dinding karena rasanya begitu lemas.
"Kapan Ara mulai kemoterapi?"
"Besok, dokter" Tadi Risa sudah mendapatkan penjelasan dari dokter kalau Ara harus melakukan kemoterapi dua minggu sekali selama beberapa kali.
Risa juga tau biaya untuk kemoterapi tidaklah sedikit dan semua itu tentu tidak di tanggung oleh asuransi. Jadi saat ini Risa juga cukup bingung. Tabungannya pun hanya cukup untuk beberapa kali kemoterapi. Belum lagi untuk yang lainnya.
"Bu Risa tenang saja, saya yang akan mendampingi Ara sampai dia sembuh!"
"Terima kasih banyak dokter!"
"Sama-sama Bu Risa. Tapi saya mau minta maaf soal yang tadi. Saya tidak ada niat apapun, saya cuma mau menghibur Ara yang sedang sedih mencari Papahnya"
"Tidak Papa dokter, saya paham" Risa mengulas senyum tipisnya.
"Kalau begitu saya permisi"
"Silahkan dokter"
Risa menatap punggung Fatir yang mulai menjauh. Risa tidak tau kenapa dokter itu begitu baik kepadanya dan juga Ara. Tapi Risa cukup senang karena Fatir bisa membuat Ara tertawa di saat seperti ini.
"Mas, andai kamu tau kalau anak kamu yang masih sekecil itu sedang bergelut dengan kanker ganas yang bisa saja mengalahkan dirinya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ais
😭😭😭😭berjuang risa jng menyerah sebenarnya kamu bs mencari arga biar gmn arga hrs tau keadaan ara dan juga kehadirannya didunia ini jalan satu"nyq adalah kamu hamil lagi anak arga dan memdapatkan punca dr adik ara yg msh dlm kandungan klo msh kecil msh bs diselamatkan ara karena anak seusia ara msh blm terkontaminasi mknan dan udara bebas terlalu jauh smoga Allah msh memanjangkan umur ara jd dilema klo risa dipertemukan dgn pria baru dlm hidupnya cukuplah fatir sbg sahabat sekaligus saudara bagi risa kedepannya berharap risa dan arga rujuk lagi walaupun itu demi.kesembuham ara semata
2025-03-08
15
ollyooliver🍌🥒🍆
iya jangan bersedih hanya karena papamubyg tak berguna itu..buang" waktu😌
buat risa buka hati dong dengan pria lain, jangan mau kalah sama arga pria gak tau diri itu..endingnya bakal balik lagi sama arga atau tdk , buat arga ketar ketirlah dulu..gak sampai sekarang gak terima dia baru cerai malah nikah lagi, sama mantan pula. risa jangan mau kalah. meski perasaan bukanlah sebuah perlombaan tapi setidaknya risa bisa membalaskan semua rasa sakit yg dirasakam dengan kehadiran pria lain yg membuat dirinya merasa tdk sendiri setidaknya bebannya sedikit terangkat.
2025-03-08
6
ollyooliver🍌🥒🍆
kalau dia tau, malah rasa menyesal dan bersalahnya pdmu itu datang karena ara, anaknya. mending gak usah..biar dia tau sendiri dan kepo sendiri dengan kehidupan lo..lo jangan mengemis perhatiannya. tunjukki bahwa lo udah moveon dan menjadi wanita kuat tanpa bantuannya...tunjukkin bahwa dia gak penting dihidup lo. biar kalau suatu saat dia tau sendiri..dia akan merasa semenyesal"nya telah membuangmu😌
2025-03-08
6