Risa menunggu dengan sangat cemas. Tangannya saling meremas sedari tadi karena dokter tak kunjung selesai menangani Ara yang tiba-tiba mimisan dengan sangat banyak.
"Ya Allah, apa yang terjadi dengan Ara? Kuatkan putriku ya Allah!" Wanita yang kini berusia dua puluh enam tahun itu terus berdoa di dalam hatinya.
Sementara itu, di lain tempat. Tiba-tiba saja seorang pria memegang dadanya yang terasa nyeri.
"Akhhh!!" Arga meringis menahan rasa sakit di dadanya.
"Ada apa Pak!" Seno buru-buru menghampiri Arga yang tiba-tiba kesakitan.
"Tidak tau, tiba-tiba saja dadaku sakit. Perasaan ku tidak enak, seperti terjadi sesuatu tapi aku tidak tau itu apa!" Ucap Arga mendeskripsikan apa yang ia rasakan sekarang.
"Apa kita perlu ke rumah sakit Pak?"
"Tidak, aku kita pergi sekarang!" Langkah panjang Arga langsung diikuti Seno. Mereka baru saja tiba di bandara karena akan berangkat ke Australia untuk mengurus perusahaan Arga di sana.
Setelah pesawat yang Arga naiki meninggalkan bandara, perasaan Arga tetap tidak tenang. Dia bahkan merasakan debaran yang sangat kencang saat dia memegang dadanya.
"Sebenarnya ada apa?" Tanyanya dalam hati.
Matanya menatap lurus pada hamparan awan yang menggumpal.
"Risa, apa kamu baik-baik saja?" Entah mengapa pikiran Arah justru tertuju ke sana.
Sebenarnya kemarin Arga mengutus Seno untuk terus mencari keberadaan Risa. Namun karena perusahaanya di Australia mengalami guncangan, dia harus pergi saat ini juga.
Kembali ke rumah sakit, di mana Risa masih dilanda panik.
"Bagaimana putri saya dok?" Risa langsung menghampiri dokter yang usianya terlihat beberapa tahun saja di atas Risa.
"Saya belum bisa memastikan kondisi Ara, tapi saya akan membawa Ara ke dokter spesialis penyakit dalam Agar bisa menganalisis keadaan Ara lebih dalam"
"Spesialis penyakit dalam? Apa keadaan Ara tidak baik-baik saja sampai harus ke penyakit dalam dok?" Mendengarnya saja Risa sudah begitu ketakutan.
"Maka dari itu, saya belum bisa memberikan pernyataan. Tapi semoga saja keadaan Ara baik-baik saja" Dokter muda itu tidak ingin mengambil kesimpulan secara asal tanpa landasan hasil pemeriksaan yang akurat.
Sepertinya dia juga tidak ingin membuat Risa semakin khawatir dengan keadaan putrinya.
"Kapan pemeriksaannya akan di lakukan dokter?"
"Besok pagi, sekarang biarkan Ara istirahat dulu! Nanti akan ada perawat yang akan menjadwalkan Ara puasa. Jadi mohon bantuannya Bu. Besok pagi saya datang lagi" Ucap dokter spesialis anak itu.
"Baiklah dokter, terima kasih!"
"Sama-sama, saya permisi"
"Iya dokter!"
Risa segera mendekati Ara yang duduk bersandar seperti tadi. Namun kini dengan lubang hidung bagian kanan yang di sumpal dengan kain kasa.
Melihat mata sayu milik Ara yang sedang menatapnya justru membuat hati Risa pedih. Apalagi melihat bajunya yang penuh dengan noda merah.
"Ara, mana yang sakit sayang? Bilang sama Mama!" Risa mencakup wajah Ara dan mengusapnya dengan lembut.
"Kepala Ara pusing Ma"
Risa segera memeluk Ara, dia mencoba menenangkan putrinya itu meski dia sendiri penuh ketakutan saat ini.
"Ara yang sabar ya, besok Ara pasti sembuh karena sekarang sedang di obati oleh dokter, ya sayang?"
"Iya Mama"
"Ara, Neng. Gimana keadaannya? Ya Allah, Ara kenapa Neng?!!" Wak Umi langsung terkejut melihat baju Ara yang ternoda.
Risa pun langsung menceritakan apa yang membuat baju Ara kotor seperti itu pada Wak Umi.
"Astagfirullah, semoga besok hasilnya baik-baik saja. Ya Allah, Ara kesayangan Uwak" Wak Umi memeluk Ara yang hanya diam saja. Padahal gadis kecil itu selalu banyak bicara.
Risa pun lagi-lagi tak bisa menahan air matanya ketika bercerita pada Wak Umi.
"Ya udah sekarang Ara ganti baju dulu. Uwak udah bawakan baju ganti buat Ara" Wak Umi segera mengambil tas yang ia bawa tadi. Dia membawa baju Ara dan juga punya Risa juga beberapa barang yang di butuhkan Risa di rumah sakit.
"Makasih ya Wak, saya sama Ara selalu merepotkan Uwak" Ujar Risa dengan suara bergetar.
"Kamu ngomong apa Neng, jangan begitu. Uwak udah anggap kamu seperti adik Uwak sendiri. Jadi jangan sungkan begini. Kamu juga jangan sedih, harus kuat demi anak kamu!"
"Iya Wak, makasih banyak!"
"Iya, sama-sama!"
Kini Risa hanya bisa diam ketika Wak Umi membantunya menggantikan baju untuk Ara. Tapi dalam diamnya itu, banyak sekali yang Risa pikirkan.
"Wak?" Panggil Risa.
"Pesanan untuk besok gimana ya Wak?"
"Sudah, jangan pikirkan itu dulu. Yang penting keadaan Ara saat ini. Kalau mereka sudah tidak lagi memesan makanan dari kamu, berarti memang belum rejeki kamu dan pasti Allah juga sudah siapkan gantinya"
"Iya Wak"
Risa hanya takut kalau pelanggannya pergi dan tak mengambil makanan dari dirinya lagi. Mengingat untuk sampai di titik ini, tentu saja tidaklah mudah.
Tapi, tentu saja Ara di atas segalanya. Dia lebih baik kehilangan semua itu daripada harus kehilangan Ara. Uang bisa di cari, tapi Ara tidak ada yang bisa menggantinya dengan apapun.
Pagi hari pun tiba, di saat Ara sudah bersih dan cantik. Dokter muda yang kemarin memeriksa Ara datang lagi selain visit, kemarin dokter itu juga menjadwalkan bertemu dengan dokter penyakit dalam.
"Pagi Ara yang cantik??!!" Sapa dokter yang terlihat tampan dengan kaca mata bertengger di hidung mancingnya itu.
"Pagi dokter!" Jawab Ara dengan lesu.
"Apa tadi malam mimisan lagi Bu?" Dokter itu beralih pada Risa.
"Tidak dokter, tapi tadi malam panasnya sempat naik lagi"
Dokter muda itu hanya mengangguk-angguk sambil melihat laporan pemeriksaan Ara sejak tadi malam.
"Kalau gitu, sekarang kita bawa Ara ke ruang radiologi. Dokter penyakit dalam sudah menunggu di sana!"
Risa memang hanya tamatan sekolah menengah atas, tapi dia tidak begitu bodoh sampai tidak tau ruang radiologi.
Di sini, perasaan Risa sudah tidak nyaman. Dia merasa harus menyiapkan diri untuk kemungkinan yang akan terjadi meski otaknya terus menolak dan mengatakan jika putrinya akan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Rina Damayanti
semoga itu si babang dokter naksir risa kalau aku halunya itu males ama si arga, halunya si key bukan anak kandung arga tp anak angkat biar nyaho arga punya anak kandung tp gak bisa deket ama dia, semoga athot berbaik hati ara lebih deket ama ayah sambung kaya soni septian gpp thor nyesek loh jd ayah jg udah kaya perusahaan sampe ke australia tp pas tau punya anak kandung taunya gak bisa deket lagi gak bisa ngasih apa² karna udah ada yg ngasih kebutuhan laki² lain, kalau itu terjadi syukurin puas banget pokoknya
2025-03-07
15
ollyooliver🍌🥒🍆
sakit parah ini mah, gw tebak ara akan memerlukan pertolongan arga. dan disitulah drama menyesal dan rasa bersalah bukan pd risa sih ngapain pd risa..cinta aja kagak. tapi pd anaknya...
tapi kok ikatan batinnya baru sekarang keliatan..sdh 6 thn loh berlalu.🙃
2025-03-07
2
ollyooliver🍌🥒🍆
sakitnya pasti membawanya pd arga. mending gak usah, justru sebaliknya lah arga yg datang pd merrka lebih dulu. biar readers tau seberapa effort dia untuk mencari tau keadaan risa. bukan karena rasa peduli atau karena rasa bersalah setelah tau keadaan risa ( itu bukan ketulusannya dan itu tdk akan pernah ada) tapi karena emng dia kepo pd mantan istrinya.
2025-03-07
4