Tidak mungkin

Satu bulan berlalu, hidup Risa benar-benar hancur. Masalahnya bukan hanya dia yang menjadi janda di usia muda. Tapi berbagai macam masalah seakan menyimpannya dalam waktu yang bersamaan.

Risa tak tau harus meminta tolong pada siapa. Dia seakan tak kuat untuk mengahadapi semua itu seorang diri.

Karena kebiasaannya yang hidup foya-foya, kini Risa terbelit hutang. Tidak hanya itu, arisan yang selama ini dia ikuti, uangnya di bawa kabur oleh salah satu teman Risa.

Tak sampai di sana, Risa yang beberapa bulan ini ikut melakoni bisnis jual beli tas brand terkenal, ternyata Risa mendapatkan barang palsu dari suppliernya.

Kini semua orang yang membeli darinya meminta ganti rugi. Mereka mengancam jika Risa tidak mengganti uang mereka, maka Risa akan dijebloskan ke dalam tahanan.

"Aku harus bagaimana?" Risa menangis seorang diri di kamarnya.

Sekarang Risa tau kenapa waktu itu Arga melarangnya untuk menghamburkan uang demi hal-hal yang tidak penting. Arga selalu mengajarkannya untuk berhemat dan membeli barang sesuai kebutuhan.

Tapi memang dasarnya Risa yang sudah diatur, dia tidak pernah mendengarkan Arga. Apalagi karena dia yang dulunya miskin tiba-tiba menjadi kaya, tentu dia layaknya orang kaya baru yang kalap akan kemewahan.

Risa ingat dulu saat Arga selalu menasehati agar menjadi manusia yang lebih baik. Arga selalu mencoba mendidik Risa menjadi istri yang benar. Tapi sayang, semua usaha Arga itu sia-sia hingga perpisahan mereka satu bulan yang lalu.

"Maafkan aku Mas!"

Risa menangis sesenggukan karena penyesalan yang datang terlambat. Dia tidak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi.

"Apa aku jual rumah ini saja? Tapi..." Risa menatap ke seluruh penjuru kamar.

Rumah itu adalah satu-satunya tempat yang penuh akan kenangannya bersama Arga. Rasanya begitu berat kalau sampai harus melepaskan rumah itu. Tapi tidak ada cara lagi agar dia tidak di penjara.

Risa akhirnya mencari surat rumah itu juga surat-surat dari mobil yang ia pakai saat ini. Sepertinya keputusannya memang sudah bulat untuk menjual rumah dan mobil itu.

Tak ada jalan lain lagi karena uang yang diberikan Arga juga sudah habis untuk mengganti rugi.

Risa segera pergi ke sebuah kantor penjualan properti. Dia ingin menjual rumah itu dengan cepat sebelum ada yang melaporkannya ke kantor polisi atas tuduhan penipuan.

"Maaf Bu, kami hanya bisa menawarkan harga sebesar itu!"

"Apa tidak bisa naik lagi Pak?"

"Maaf Bu"

Risa tampak menimbang-bimbang. Rumah dua lantai yang elegan namun tidak terlalu besar itu di tawar dengan harga yang jauh dari permintaan Risa.

"Baiklah Pak, saya jual dengan harga yang Bapak tawarkan!"

"Apa Bu Risa yakin?"

"Saya yakin Pak!"

Waktu yang diberikan oleh orang-orang pada Risa untuk mengganti uang mereka adalah tiga hari dan ini sudah hari ke dua. Jadi tak ada waktu lagi bagi Risa untuk mencari pembeli dengan harga tinggi.

Setelah menjual rumah dan juga mobil satu-satunya. Risa langsung kembali ke rumah untuk membereskan barang-barangnya.

Risa menganggap, semua yang terjadi padanya adalah karma atas perbuatannya pada Arga selama ini. Semua adalah hukuman seorang istri yang pembangkang dan tidak tau diri.

Kini Risa benar-benar sadar. Tak ada manfaatnya juga berteman dengan orang-orang seperti teman-temannya selama ini. Kemarin saat Risa banyak uang, mereka mendekat. Tapi saat Risa jatuh, mereka menjauh. Tak ada satu pun dari mereka yang mau membantu Risa sama sekali.

"Kalau di hitung-hitung, uang ku hanya tinggal segini!" Risa menatap uang ada di atas meja. Uang yang cukup banyak dari penjualan rumah dan mobil, namun uang itu sudah ada pemiliknya masing-masing, dan hanya tersisa beberapa juta saja.

"Tapi nggak papa, yang penting aku tidak di penjara. Uang ini bisa untuk cari kontrakan dan memulai hidup yang baru!"

Rencananya dari hasil penjualan itu, Risa ingin membeli sebuah rumah sederhana saja sebagai gantinya. Tapi ternyata uangnya tidak cukup sama sekali. Mungkin hanya seperempat dari harga jual rumah sederhana saat ini.

Janda muda itu segera mengambil koper untuk membereskan semua barang-barang miliknya. Dia akan membawa sebagian bajunya dan juga barang-barang yang bisa ia gunakan di kontrakannya nanti.

Tapi, mata Risa kembali berembun saat melihat baju Arga yang masih berada di dalam lemari. Malam itu Arga pergi tanpa membawa bajunya sama sekali. Arga meninggalkan semuanya di rumah itu.

Risa meraih salah satu kemeja yang sering Arga kenakan. Risa ingat betul dengan kemeja berwarna navy itu.

Saat itu, Arga sedang buru-buru karena bangun kesiangan. Arga meminta bantuan Risa untuk menyetrika bajunya itu karena sedikit kusut.

"Risa, boleh Mas minta tolong seterika baju Mas ini? Mas udah kesiangan!"

"Ngapain harus di seterika lagi sih, kan gitu aja udah rapi. Aku masih ngantuk, mau tidur lagi!" Risa kembali menutup wajahnya dengan selimut tanpa mempedulikan Arga yang sedang terburu-buru.

Risa memeluk kemeja itu dengan erat. Dadanya kembali terasa sakit saat mengingat Arga yang telah pergi dari hidupnya.

Memang seseorang itu baru menyesal setelah kehilangan. Tapi sesal itu sudah tiada gunanya lagi.

Lama menangis karena rindu, kepala Risa terasa begitu berat. Rasanya pening dan tak tertahankan. Mungkin karena akhir-akhir ini dia jarang memperhatikan waktu makan dan sering begadang, makanya tubuhnya mulai merasakan memberontak.

"Huek...huek..."

Risa membekap mulutnya karena tiba-tiba terasa mual. Dia segera berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang mendesak ingin keluar.

"Huek...huek..."

Risa terus menunduk di kloset karena merasa sesuatu akan keluar dari mulutnya namun nyatanya hanya cairan bening yang keluar dari sana.

Cukup lama dia bertahan di sana sampai rasa mualnya sedikit berkurang. Risa kemudian membasuh bibirnya di wastafel sambil berpikir ada apa dengan perutnya.

Saat Risa ingin mengambil tisu dari laci yang berada di bawah wastafel, Risa melihat stok untuk tamu bulanannya masih utuh.

Deg...

Risa buru-buru keluar mencari ponselnya. Dia jelas mencatat tanggal merahnya setiap bulan. Tapi dia baru ingat kalau bulan lalu dia belum datang bulan.

Tangan Risa bergetar menatap pengingat di ponselnya yang sudah lewat dari tiga minggu yang lalu.

Di saat itu, dia baru saja resmi bercerai dengan Arga hingga tak mengingat apapun selain masalah perceraiannya.

"Nggak mungkin!" Gumam Risa sambil menggeleng. Dia masih mencoba menolak kemungkinan yang bisa saja terjadi karena selama menjadi istri Arga, dia memang tidak pernah mengurus Arga, tapi untuk urusan Ranjang, dia telah menyerahkan diri seutuhnya untuk Arga.

"Aku nggak mungkin hamil!"

Terpopuler

Comments

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

kompleks kan permasalahannya, tapi Tuhan masih baik, memberimu teman Ris, tinggal kamu menjaganya
ayo bangkit Ris.... ingatlah " orang baik itu bukan orang yang tidak pernah salah, tetapi orang yang tau kesalahannya dan berusaha memperbaiki

2025-03-03

9

citra marwah

citra marwah

Itu pengganti agar kamu bisa jadi perempuan yg lebih baik...jadi ibu yg baik,meskipun untuk jadi istri kamu udh gak bisa lagi ada kesempatan,,,itu hadiah dri Tuhan jgan kamu sia2 kan,semogga setelah ini akan ada pelangi yg bisa kamu lihat,dan jangan ulangi lagi kebodohan2 kamu d masa lalu,,,itu kenang2an dari Arga

2025-03-04

1

Bunda SalVa

Bunda SalVa

perjuangan Risa baru dimulai...disaat dia kehilangan Arga tapi disaat yang sama dia mendapat pengganti Arga meski masih berumur sangat kecil

kuatkan dirimu demi bayi yang tumbuh dalam rahimmu Ris, berjuanglah sebagai seorang ibu dan bukan seorang istri 🤗🤗

2025-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!