Seorang gadis cantik, memakai pakaian sederhana dan ransel di punggung nya. Ia mengetuk pintu rumah Bu Aminah pagi itu.
Tok
Tok
Tok
"Assalamualaikum.."
Tok
Tok
Tok
"Assalamualaikum, Apa ada orang di rumah. Haloooo."
Setelah beberapa kali ia mengetuk, akhir nya pintu rumah itu pun terbuka. Tampak seorang wanita dengan rambut acak-acakan membuka pintu.
"Hey, siapa kau ini? Pagi-pagi sekali mengetuk pintu rumah orang dan buat keributan."
"Hay, Saya Arumi. Saya mencari Bang Romi."
"Romi? Ada perlu apa kau dengan nya?"
"Sebelum itu, izinkan saya masuk terlebih dahulu."
Arumi pun langsung masuk ke dalam rumah itu. Ia begitu lelah karena mengejar Romi hingga ke kampung halaman nya.
"Hey, kau ini sungguh tidak tahu sopan santun. Main masuk saja ke rumah orang lain."
"Maaf, Saya lelah sekali. Oh ya, dimana Bang Romi?"
"Tahu! Cari aja sendiri."
Ayu pun masuk kembali ke dalam kamar anak nya. Semenjak ada Romi, Aminah kembali tidur di kamar utama.
"Maaf, cari siapa ya nak? Apa kamu teman nya Ayu?" Tanya Bu Aminah pada Arumi.
"Ibu ini, Ibu nya Bang Romi kan?"
"Loh, kamu teman nya Romi?"
Bukan nya menjawab, Arumi langsung memeluk tubuh renta itu dan mencium punggung tangan nya.
"Bukan nya rematik Ibu kambuh? Kenapa Ibu harus banyak berjalan seperti ini?" Ucap Arumi sambil memapah Aminah.
Aminah benar-benar merasa heran dengan tingkah laku gadis cantik yang ada di depan nya itu.
"Arumi! Apa yang kamu lakukan di sini? Dan, bagaimana kamu tahu rumah ku?"
"Salah sendiri. Abang pulang kampung nggak bilang-bilang. Untung saja ponsel Abang, bisa aku lacak. Ya walaupun nyasar."
"Maaf, Abang buru-buru. Ada sedikit masalah di kampung."
Bu Aminah hanya mendengar apa yang dikatakan oleh anak nya dan juga gadis tersebut.
Krukk...
Krukkk
Terdengar suara dari arah Arumi. Dan Bu Aminah tahu sekali suara apa itu. Beliau sudah terbiasa mendengar nya sejak dulu.
"Apa kamu sudah makan, nak?"
"Belum, Bu. Rumi nggak berani makan sembarangan."
"Yasudah. Romi, siapkan makan untuk teman mu ini."
"Ba..Baik, Bu."
Romi tampak linglung. Entah apa yang ia sembunyikan dari Ibu nya saat itu. Sedangkan gadis itu, ia sibuk memijit lutut Bu Aminah yang sedang sakit.
"Setelah sarapan, mandi dan bersih-bersih dulu. Setelah itu, baru kita bicara ya, nak."
"Baik, Bu." Ucap Arumi sambil tersenyum manis.
Ia pun makan dengan lahap pagi itu. Setelah ia mandi dan bersih-bersih, Romi dan keluarga nya pun berkumpul.
Ayu dan Dika, sama sekali tidak berminat dengan apa yang akan di bicarakan oleh Romi saat itu.
"Ibu, dan Abang. Jadi, Romi mau bicara sesuatu sama kalian semua. Sebenarnya, Romi akan pulang satu Minggu lagi. Namun, karena kondisi Ibu, Romi tidak bisa menunggu lama."
"Ya bicara aja terus. Emang kamu mau bilang apa? Nggak usah bertele-tele deh, Romi."
"Rumi dan Bang Romi mau menikah." Ucap Arumi langsung pada intinya. Ia tidak suka lama-lama bicara.
"Apa? Mau menikah? Punya uang berapa kamu, berani melamar anak orang? Urus diri sendiri saja tidak becus!" Ucap Dika.
"Itu akan menjadi urusan Romi dan Istri Romi nanti nya. Bang Dika, urus saja rumah tangga sendiri."
"Huh! Sombong kamu, Romi. Ingat ya Romi. Kamu masih ada Ibu yang menjadi tanggung jawab mu. Kalau kamu menikah, siapa yang akan menafkahi Ibu kita ini? Sedangkan kamu, pasti akan sibuk dengan Istri mu."
"Abang tenang saja. Jatah Ibu, sudah aku pikirkan dengan calon Istri ku."
"Ah, sekarang aja kau bilang begitu. Nanti, kalau kau sudah berumah tangga, lupa segalanya."
"Jangan sama kan aku dengan Abang. Kita memang lahir dari rahim yang sama. Tapi, aku tidak akan meninggalkan Ibu ku seorang diri." Ucap Romi mantap.
"Betul itu. Kalau perlu, kita bawa saja Ibu untuk tinggal bersama kita ya, Bang Romi." Ucap Arumi sambil memeluk Bu Aminah.
Bu Aminah masih belum bisa mempercayai Arumi. Ia trauma. Bahkan sebelum menikah, Ayu juga sangat baik dengan nya.
"Lancang kamu! Kamu itu baru calon nya adik ku. Berani sekali membuat keputusan sendiri."
Arumi pun terdiam. Ia tahu jika ia salah dalam bicara. Tapi, Dika juga salah karena membentak nya.
Hiks...
"Arumi sedih. Arumi tidak pernah di bentak seperti ini sebelumnya. Abang nya Bang Romi kok lebih galak dari Ibu nya sih."
"Dasar cengeng!" Ayu pun ikut-ikutan mengejek Arumi yang saat ini sedang menangis dan memeluk Bu Aminah.
"Sudah lah nak Arumi. Jangan menangis lagi. Ibu restui hubungan mu dengan anak Ibu. Namun, kali ini ada yang salah."
"Salah bagaimana, Bu?"
"Harus nya keluarga kami yang datang ke rumah mu untuk meminang." Ucap Bu Aminah tak enak.
"Bu, orang tua Arumi udah setuju. Malah, mereka yang awal nya menjodohkan Rumi dengan Bang Romi."
"Jadi begitu? Lalu, bagaimana selanjutnya?"
"Hmm.. Kami akan menikah dua Minggu lagi jika Ibu setuju."
"Apa? Dua Minggu lagi? Kalian gila! Tidak. Pokonya aku tidak setuju."
"Terserah kalau bang Dika tak setuju. Yang penting Ibu sudah merestui." Ucap Romi.
"Tapi, pernikahan itu butuh banyak biaya." Ucap Ayu lagi. Ia takut sekali kehilangan sumber keuangan nya.
"Tenang saja. Arumi adalah gadis yang baik. Ia hanya minta mahar seadanya. Dan kami, akan menikah di rumah ini."
"Kalian berdua sungguh konyol. Hey kau! Apa aku sudah hamil dengan laki-laki lain? Sehingga kau menjadikan adik ipar ku kambing hitam? Sungguh aneh sekali rasa nya." Tuding Ayu ke arah Arumi.
Lagi-lagi Arumi hanya menangis dan di tenangkan oleh Bu Aminah.
"Sudah. Jangan sedih. Ibu setuju apapun demi kebahagiaan mu, Romi. Yang penting, kamu bahagia."
"Hmm,, terima kasih, Bu. Maaf jika semua serba mendadak. Orang tua Arumi tidak ingin kami lama-lama pacaran. Oh ya, Bu. Ada satu hal lagi yang mau Romi katakan."
"Iya nak. Apa itu? Katakan saja."
"Arumi dan Romi, untuk sementara akan tinggal di rumah ini."
"Apa? Tidak bisa begitu dong, Bu. Kalau mereka mau tinggal di sini, kami bagaimana? Kau itu, Romi. Mau nikah kok ajak anak orang hidup susah."
"Loh, aku kan ngajak Istri ku tinggal di rumah Ibu ku sendiri. Harus nya Bang Dika yang sekarang mikir. Udah punya anak kok masih numpang orang tua! Bang, sekarang giliran kami yang tinggal di sini. Titik!"
Aaaaaaghhhhhh.
Dika marah-marah dan mengamuk. Ia dan Istri nya pun pergi entah kemana. Romi hanya tersenyum.
Entah apa yang sedang ia rencanakan saat ini. Yang jelas, ia tidak ingin lagi Ibu nya tersiksa.
"Bang Romi, nanti malam Arumi tidur dimana?"
"Hah!"
Romi menepuk jidat nya. Ia bingung apa yang akan ia lakukan pada calon Istri nya itu saat ini. Dan Bu Aminah, hanya tersenyum saja melihat tingkah laku mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
ayok kk ttp smgt yahh
2025-03-10
1
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Bikin tuh si dika jadi gelandangan
2025-03-11
0
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
hadehhh
2025-03-10
0