Kepergian Ayah

Masih menunggu keberangkatan travel, Nayla dan Hamdi makan malam di restoran, suasana bahagia terlihat di wajah sepasang kekasih ini, sambil menunggu pesanan mereka datang. Mereka berbincang bincang.

"Nay...nanti kalau udah sampe jakarta kabari aku ya..."

"Iya..." Nayla mengangguk."Bg...maukah kamu menjaga hatiku seumur hidupmu?" tanya Nayla penuh harap.

"Selagi hatimu masih menyimpan cinta untukku, aku akan menjaga hatimu. Aku takkan pernah melukaimu. Karna aku tulus mencintaimu" Ucap Hamdi "tapi...aku khawatir hubungan kita takkan berlanjut..."

"Kenapa???"

"Nay...aku ini, lelaki miskin yang berani mencintai wanita sepertimu"

"jangan bilang seperti itu bg...Dari awal aku kenal kamu, aku gak pernah memandang hal itu, cintaku tulus..."

"Semoga hubungan kita, terus berlanjut hingga akhir hayat memisahkan kita"

Nayla meneteskan air mata saat mendengar ucapan Hamdi, dia terharu...begitu besar cinta Hamdi padanya.

***

Setelah selesai makan malam, mereka langsung menuju loket travel.

"Nanti bg Hamdi tidur dimana?" tanya Nayla setelah memesan tiket.

"Di rumah kakak...kamu hati hati ya..."

Ucapnya pada Nayla sambil mencium kening Nayla.

Nayla memasuki travel, Hamdi masih memandangi Nayla yang hendak berangkat, lambaian tangan Hamdi melepas kepergian Nayla.

***

Sesampai di bandara Nayla langsung memesan tiket, sambil menunggu keberangkatan pesawat Nayla mengisi perutnya di food court.

Setelah selesai makan Nayla langsung memasuki ruang tunggu, menanti pesawat lepas landas...

Jam 10 pagi Nayla telah menginjak ibu kota, suasana kota yang sibuk dan padat menyambut kedatangan Nayla. Nayla langsung mencari Taksi kemudian menuju Rumah sakit tempat ayahnya di rawat.

Di depan ruang rawat, Nayla mendapati kakaknya "kak Risya..." sahut Nayla. Risya mendengar namanya di panggil langsung menghambur memeluk adiknya.

"Nayla...kok gak telpon kakak? Kakak kan bisa jemput kamu di bandara"

"gak pa pa kak, kakak pasti capek dan banyak urusan"

"Gimana ayah...? " tanya Nayla.

Risya hanya diam lalu nenarik adiknya menuju ruang tempat ayahnya di rawat. Disana ayah Nayla terbaring lemah dengan beberapa alat yang tertempel di tubuhnya. Nayla langsung mendekati Ayahnya memeluk dan mencium kening sang ayah. "Yah...bangun...Nayla udah disini..." lirih Nayla. Ibu Nayla yang sedari tadi duduk di samping ayah Nayla berdiri mendekati Nayla kemudian menangis di pelukan putri bungsunya. "Buk...ada apa dengan ayah?" tanya Nayla. Ibu Nayla menggelengkan kepala kemudian kembali menangis di pelukan Nayla. Nayla menatap Risya meminta penjelasan.

"Sebelum ayah masuk rumah sakit, ayah terlihat pucat, kami ajak ke dokter ayah gak mau...trus malamnya ayah gak sadarkan diri...nakanya kami langsung bawa ke rumah sakit, sejak iti ayah belum sadarkan diri hingga sekarang" jelas Risya. "Trus gimana kata dokter?" tanya Nayla. Risya menggelengkan kepala. "Ayah sudah sangat kritis..."

"gak mungkin..."Nayla menggenggam tangan Ayah "yah...ini Nayla...Nayla datang ubtuk ayah...ayah pasti rindu Nayla...Nayla juga rindu ayah....hiks...hiks..." perasaan Nayla tak dapat di bendung lagi.

Saat Nayla menangis di tangan Sang Ayah tiba tiba tangan ayah bergerak dan menggenggam erat tangan Nayla.

Nayla bangun dan menatap ayahnya, sang ayah mulai membelai lembut kepala putri bungsunya dan tersenyum.

"Ayah...ayah udah bangun..." Sahut Nayla

mata sayu ayah menatap Nayla nanar...

Kakak dan ibu Nayla memanggil dokter, lalu mendekati ayah.

Ibu menggenggam tangan ayah, Risya memeluk ibu dari belakang. Ayah menatap wajah kami satu persatu

"Maafkan Ayah...Ayah sayang kalian..." lirih ayah pelan "Nay...ayah mau kamu lanjutkan S2 kamu di luar negeri sebelum kamu menikah" lirih ayah penuh harap.

Nayla hanya mengangguk, dan mata ayah terpejam untuk selama lamanya. Tangis mereka pecah melepas keperguian orang yang paling mereka cintai. Sosok seorang ayah yang bijaksana penuh kasih sayang.

***

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***