Liang Fei mengernyit. Ia tidak terbiasa menerima penghormatan seperti ini dari orang-orang yang bahkan belum mengenalnya.
"Apa maksudnya ini?" suaranya datar, tetapi ada sedikit ketidaknyamanan dalam nada bicaranya. Ia melirik ke arah Shi Yue, mencari penjelasan.
Wanita itu terdiam sejenak sebelum menoleh kepada orang-orang yang masih berlutut. "Kalian tidak perlu seperti ini," katanya, suaranya lembut namun tegas.
Namun, mereka tetap dalam posisi mereka. Seorang pria tua dengan rambut yang hampir seluruhnya memutih akhirnya bersuara. "Kami menyambut kedatangan Yang Mulia dari bangsa Lunaris."
Liang Fei menatapnya dengan tatapan tajam. "Bangsa Lunaris?" Ia menggeleng pelan. "Aku bukan bagian dari bangsa itu."
Namun, mereka tidak bergeming.
"Rambut putih dan mata emas Anda sudah membuktikannya," kata pria tua itu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. "Selain itu, resonansi kekuatan naga yang terpancar dari tubuh Anda begitu kuat. Tidak mungkin salah."
Bisik-bisik kecil terdengar di antara para penyintas. Beberapa dari mereka tampak ragu, tetapi tak ada yang menyangkal pernyataan itu.
Melihat situasi semakin tegang, Shi Yue mengangkat tangan. "Sekarang bukan waktunya untuk memperdebatkan hal ini," ujarnya. "Yang Mulia Liang Fei membutuhkan istirahat. Kita akan membahasnya nanti."
Mereka perlahan mundur, meski tatapan mereka masih sarat dengan penghormatan dan harapan.
Shi Yue menoleh ke Liang Fei, isyarat halus mengundangnya untuk mengikutinya. "Mari ke tempat yang lebih tenang. Kita bisa berbicara lebih leluasa di dalam tenda utama."
Liang Fei tidak langsung menanggapi, hanya melangkah mengikuti wanita itu. Feng Xian, di sisi lain, mulai berbaur dengan kelompoknya yang kini hanya tersisa lima belas orang dari jumlah awal sekitar tujuh puluh.
Tenda terbesar di tengah tempat perlindungan itu terlihat lebih kokoh dibandingkan yang lain. Shi Yue menyingkap kain penutupnya, memberi jalan bagi Liang Fei untuk masuk.
Di dalam, suasana lebih nyaman. Sebuah meja kayu sederhana berdiri di tengah ruangan, dikelilingi kursi. Lentera kristal menggantung di langit-langit, cahayanya memancarkan kehangatan lembut.
Shi Yue duduk lebih dulu, jemarinya menyentuh permukaan meja sebelum akhirnya berbicara. "Sekarang kita bisa berbicara dengan lebih tenang." Tatapannya bertemu dengan milik Liang Fei. "Aku tahu kau pasti memiliki banyak pertanyaan, dan aku akan mencoba menjawab sebisanya."
Liang Fei menyandarkan punggung ke kursi, ekspresinya tetap tenang meski matanya memancarkan kewaspadaan. "Baik. Kita mulai dari yang paling penting—Bangsa Lunaris, aku mendengar banyak tentang hal ini. Apa itu sebenarnya?"
Shi Yue terdiam sesaat, seolah mengumpulkan ingatan. "Untuk memahami asal-usul Bangsa Lunaris, kau harus mengetahui tentang Dewa Naga terlebih dahulu."
Liang Fei tetap diam, menyimak dengan saksama. Ia pernah mendengar kisah ini dari Jinlong, tetapi ia membiarkan Shi Yue berbicara, ingin melihat bagaimana wanita itu menjelaskannya.
Suara Shi Yue mengalir tenang, namun sarat makna.
"Dunia ini terbagi menjadi tiga alam. Alam Atas, tempat para dewa dan kultivator abadi tinggal. Alam Tengah, rumah bagi manusia. Dan Alam Bawah, yang kini dikenal sebagai Neraka, tempat para iblis dikurung.
Tapi jutaan tahun lalu, dunia belum terpecah seperti sekarang. Manusia, naga, dan makhluk legendaris lainnya hidup berdampingan. Tidak ada batas antara fana dan abadi, langit dan bumi seolah menyatu dalam satu harmoni.
Lalu lahirlah Dewa Naga—makhluk yang terlahir dari persilangan antara manusia dan naga. Ia bukan manusia sepenuhnya, juga bukan naga seutuhnya. Memiliki kecerdasan manusia dan kekuatan naga, ia menjadi keberadaan yang belum pernah ada sebelumnya."
Shi Yue berhenti sejenak, tatapannya menerawang, lalu melanjutkan, "Keturunan langsung Dewa Naga inilah yang dikenal sebagai Bangsa Lunaris. Mereka dilahirkan dengan darah naga yang murni, mewarisi kekuatan yang jauh melampaui manusia biasa.
Berbeda dengan inkarnasi yang memperoleh kekuatan naga melalui sebuah ikatan jiwa atau perjanjian, Bangsa Lunaris memiliki kekuatan itu sejak lahir. Itulah mengapa di berbagai tempat, mereka dianggap sebagai ras suci, keturunan langsung dari Dewa Naga."
Shi Yue menatap Liang Fei dalam-dalam. "Itulah alasan mengapa kau berbeda, Yang Mulia."
Liang Fei memiringkan kepala sedikit, tidak sepenuhnya terkejut, tetapi tetap mempertanyakan. "Jadi hanya karena rambut putih dan mata emas, kau langsung menganggapku bagian dari mereka?"
"Bukan hanya itu," Shi Yue menggeleng. "Aura naga yang terpancar darimu terlalu kuat untuk diabaikan. Bahkan, lebih kuat dari Bangsa Lunaris biasa. Itu bukan kebetulan."
Liang Fei tak segera merespons. Ia mengingat masa kecilnya—rambut putih yang selalu menjadi ciri khasnya. Mata emasnya, bagaimanapun, baru ia dapatkan setelah menyerap pusaka Mata Naga.
Namun, ia juga ingat sesuatu. Sebelum ia buta, kakeknya pernah mengatakan bahwa mata emasnya adalah sesuatu yang istimewa.
Liang Fei menghembuskan napas perlahan. "Dan kau juga bagian dari mereka?"
Shi Yue mengangguk ringan. "Ya. Aku salah satu dari sedikit yang tersisa di benua ini."
Tatapan Liang Fei tidak lepas dari wajah Shi Yue. Ia masih berusaha memilah-milah informasi ini. "Apa lagi yang kau ketahui?"
Shi Yue menundukkan kepala sedikit, seolah menggali ingatan yang telah lama terkubur. "Oh iya. Para penatua Bangsa Lunaris meramalkan bahwa suatu hari, Dewa Naga akan memilih seorang Pewaris. Dia akan menjadi harapan terakhir manusia dalam perang melawan iblis."
Tatapan Shi Yue sedikit sedih. "Namun, hingga kini, tidak ada tanda-tanda kemunculannya… atau begitulah yang kami kira, sampai hari ini."
Liang Fei merasakan sesuatu menegang di dadanya. "Apa maksudmu?"
Shi Yue menatapnya tanpa berkedip. "Terlepas dari apa yang kau yakini tentang dirimu sendiri… kau adalah bagian dari Bangsa Lunaris."
Liang Fei mengepalkan tangan di atas meja, namun ia segera mengendurkan jemarinya. Ini terlalu banyak untuk dicerna sekaligus.
"Aku tidak tahu siapa orang tuaku," katanya akhirnya, suaranya terdengar lebih dalam. "Sejak kecil, aku dibesarkan oleh kakekku di Benua Feng. Dia selalu berkata bahwa aku istimewa, tapi aku tidak pernah mengerti apa maksudnya."
Shi Yue mengamati ekspresinya. "Kalau begitu, ada kemungkinan orang tuamu berasal dari sini—dari Bangsa Lunaris."
Liang Fei menatapnya tajam. "Kalau begitu mereka kabur ke Benua Feng?"
"Ketika iblis meruntuhkan Kerajaan Lingxu, banyak dari kami yang melarikan diri," ujar Shi Yue. "Tapi tidak semua berhasil. Jika orang tuamu bagian dari Bangsa Lunaris, maka mereka mungkin memilih membawa anak mereka ke tempat yang lebih aman."
Keheningan menyelimuti mereka. Liang Fei tahu ini adalah informasi besar—terlalu besar untuk diterima begitu saja. Tapi di dalam hatinya, ia merasakan dorongan yang tak bisa ia abaikan.
"Apa kau ingin tahu lebih banyak tentang mereka?" suara Shi Yue terdengar lembut, namun mengandung makna mendalam.
Liang Fei menatapnya, lalu akhirnya menjawab, "Ya. Aku ingin tahu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nanik S
Apakah Orang Tua Lian Fei masih hidup
2025-03-24
0
arumazam
ditunggu updatenta thor
2025-03-06
1
Rinaldi Sigar
lanjut
2025-03-05
0