Ruangan itu dipenuhi keheningan setelah kata-kata Feng Xian terucap. Semua orang mencerna setiap detail yang baru saja mereka dengar.
Siapa yang dia maksud dengan "orang itu"?
Seo Fei menyipitkan mata. Zhang Tao dan Zhang Hua saling bertukar pandang, seolah mencoba menemukan jawaban dalam tatapan satu sama lain. Sunyuan, yang sejak tadi bersandar santai di salah satu pilar, kini meluruskan punggungnya, ekspresinya lebih serius.
Namun, hanya satu orang di ruangan itu yang sudah mengetahui jawabannya.
Liang Fei menutup matanya sejenak, jemarinya mengetuk sandaran kursi singgasana dengan lebih cepat. Tidak ada keterkejutan di wajahnya—hanya rasa jengkel yang samar, seperti seseorang yang sudah menduga jawabannya tetapi tetap tidak menyukainya.
'Tentu saja dia...'
Liang Fei kembali membuka matanya, tatapannya semakin tajam dan jengkel. "Apa yang dia katakan kepadamu?"
Feng Xian terdiam sesaat, seolah berjuang merangkai kata-kata. "Aku tidak tahu banyak tentangnya. Bahkan, aku tidak tahu namanya. Dia muncul begitu saja saat kami dalam pelarian."
Suaranya pelan, tetapi semakin mantap. "Kami hampir mati."
Ruangan terasa lebih sunyi.
"Persembunyian kami di reruntuhan kuno ditemukan oleh iblis," lanjutnya. "Mereka datang dalam jumlah besar, membantai setiap manusia yang mereka lihat. Kami tidak punya jalan keluar."
Tatapan semua orang kini tertuju pada Feng Xian. Meski berdiri di tengah ruangan, pikirannya jelas masih tertinggal di masa lalu—pada ingatan yang mungkin lebih baik dilupakan.
"Lalu, dia muncul.... Dalam sekejap mata, dia membantai para iblis. Mereka mati begitu cepat, seakan tak pernah benar-benar ada. Kami terkejut… tapi juga juga takut." Suara Feng Xian terdengar jauh, seakan masih melihat adegan itu di benaknya.
Zhang Hua mengangkat alis. "Takut? Karena dia begitu kuat?"
Feng Xian menoleh sebelum menggelengkan kepalanya. "Bukan hanya itu. Kami sadar akan sesuatu yang lebih mengerikan… Ternyata, dia juga seorang iblis."
Semua orang tertegun mendengar cerita dari pria itu. Bagaimana mungkin seorang iblis menyelamatkan manusia?
Mei Xuan menyilangkan tangan di dadanya, ekspresinya penuh ketidakpercayaan. "Seorang iblis menyelamatkanmu… dan kau percaya begitu saja?"
Feng Xian menatapnya tanpa ragu. "Kami tidak tahu apakah kami harus percaya. Tapi jika dia ingin membunuh kami, dia bisa melakukannya dengan mudah, seperti yang dia lakukan pada iblis lainnya. Tapi dia tidak melakukannya."
Seo Fei menajamkan tatapan. "Dan apa lagi yang dia katakan?"
Feng Xian menghela napas sebelum menjawab, "Dia mengatakan… dunia ini belum sepenuhnya berakhir. Masih ada satu tempat yang belum jatuh ke tangan iblis."
Matanya beralih ke Liang Fei. "Tempat itu adalah benua ini."
Liang Fei menyandarkan punggungnya, pikirannya berkecamuk dengan cepat. 'Zhiyuan...'
Tentu saja. Hanya dia yang bisa melakukan hal semacam ini.
Seo Fei memperhatikan suaminya. Liang Fei tidak tampak terkejut. Ia terlihat tenang, tapi ada jejak kejengkelan dalam ekspresinya.
Zhang Tao, yang sejak tadi diam akhirnya bersuara, "Yang Mulia… apakah orang itu adalah dia?"
Liang Fei menutup matanya sesaat sebelum menjawab. "Ya. Itu Zhiyuan."
Feng Xian membelalakkan mata. "K-Kau mengenalnya?"
Liang Fei menatapnya dalam. "Tentu saja. Iblis yang kau temui itu dulunya adalah murid sekaligus… temanku."
Feng Xian tampak semakin terkejut. "A-Apa?"
Sedangkan Zhang Hua mengepalkan tangannya penuh emosi. "Kenapa aku tidak menyadarinya lebih cepat? Bajingan itu..."
Zhang Tao menepuk bahu istrinya pelan, memberi isyarat agar menahan diri. Bagaimanapun juga mereka tengah berada di ruang singgasana dan di hadapan pria yang menjadi pemimpin mereka.
Seo Fei menyuarakan pemikiran yang mulai terbentuk di benaknya. "Tapi ini menimbulkan pertanyaan yang lebih besar."
Semua orang menoleh kearahnya.
"Jika Zhiyuan tahu tentang mereka, jika dia tahu masih ada manusia yang bertahan di Benua Lingzu… berarti dia sudah ke sana sendiri. Dia mungkin tahu lebih banyak tentang musuh kita—Sekte Demonic dan pemimpinnya."
Sunyuan, yang sejak tadi hanya diam akhirnya berbicara. "Kalau itu benar, maka kita membutuhkan informasi darinya."
Liang Fei mengangguk kecil sebelum kembali menatap Feng Xian. "Apakah ada orang lain yang datang bersamamu ke sini?"
Feng Xian menggigit bibirnya, lalu menjawab lebih pelan. "Kami ragu apakah informasi dari iblis itu jebakan atau tidak. Kami takut ini hanya permainan mereka, seperti yang sering mereka lakukan."
Dia menundukkan kepala sebentar sebelum melanjutkan, "Kami tidak bisa mengabaikan informasi itu. Kami selalu percaya bahwa dunia ini telah habis. Tapi ketika mendengar ada satu tempat yang masih selamat… kami tidak bisa menutup mata."
Ia menarik napas panjang. "Akhirnya, kami mengirim empat orang untuk pergi ke tempat ini. Aku adalah salah satunya."
"Lalu, yang lainnya?" tanya Seo Fei sedikit penasaran.
Feng Xian mengepalkan tangannya sebelum menjawab. "Mereka tidak selamat."
"Bagaimana mereka mati?" tanya Zhang Tao dengan ekspresi rumit.
"Kami berlayar dengan perahu kecil seadanya… Lautan di antara Benua Lingzu dan Benua Feng jauh lebih ganas dari yang kami duga. Monster laut ada di mana-mana. Tiga orang lainnya tewas. Aku mengira aku juga akan mati… tapi ketika aku sadar, aku sudah terdampar di pesisir pantai benua ini."
Ruangan kembali hening hingga Liang Fei akhirnya berbicara, suaranya tegas. "Jadi kau datang bukan untuk perang, bukan untuk menjadi mata-mata, tapi untuk mencari perlindungan bagi umatmu?"
"Itu benar," jawab Feng Xian mantap.
Liang Fei menoleh ke arah Seo Fei, ini adalah keputusan yang terlalu besar untuk dia putuskan sendiri. "Apa pendapatmu?"
Seo Fei berpikir sejenak. "Jika yang dia katakan benar, mereka bisa menjadi sekutu berharga. Tapi kita tidak bisa mempercayai mereka begitu saja. Ini mungkin terdengar kejam, tapi kita tidak bisa membuang-buang kekuatan pasukan kita dalam situasi saat ini."
Liang Fei mengangguk setuju. "Tentu saja."
Tatapannya kembali beralih ke Feng Xian. "Berapa banyak umatmu yang masih bertahan di Benua Lingzu?"
Feng Xian terdiam sesaat sebelum menjawab. "Sekitar… tujuh puluh orang."
Liang Fei menyipitkan mata. Jumlah yang terlalu kecil untuk menanggung risiko besar.
"Aku tahu ini terdengar seperti permintaan besar… dan aku tidak punya hak untuk meminta belas kasihan kepadamu. Tapi umatku bukan hanya sekadar pengungsi tanpa daya," ucap Feng Xian seakan bisa merasakan keraguan Liang Fei.
Feng Xian mengepalkan tangannya yang masih terikat rantai. "Jumlah kami memang sedikit, tapi di antara kami ada cendekiawan, ahli alkimia, pembuat artefak, dan peneliti. Kami adalah keturunan dari para leluhur yang dulu membangun fondasi ilmu pengetahuan di dunia ini."
Tatapan Liang Fei sedikit berubah. Untuk pertama kalinya sejak awal percakapan, ada sesuatu dalam sorot matanya yang menunjukkan ketertarikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nanik S
Mantap Tor
2025-03-24
0