Ratu Salju ingin rakyatnya hidup berdampingan dengan manusia di Kekaisaran Fenyin, tanpa ada lagi batasan yang memisahkan mereka. Kini, kerajaan yang dibangun Shuang Yue telah resmi beraliansi dengan Kekaisaran Fengyin.
Liang Fei menerima Kerajaan Hanzue dengan tangan terbuka. Dengan bantuan Shuang Yue dan para Familia, keyakinannya dalam mempertahankan Benua Feng dari ancaman Sekte Demonic semakin kuat.
Liang Fei menyandarkan punggungnya, menatap langit-langit aula dengan ekspresi tenang. “Keputusan yang bijak,” gumamnya.
Banyak hal telah berubah sejak pertempuran besar terakhir. Penguasa yang dulu tertutup kini mulai membuka diri, dan dunia perlahan menemukan keseimbangannya kembali.
Namun, kedamaian yang mereka nikmati bukanlah sesuatu yang pasti.
Dalam tujuh tahun terakhir, Liang Fei tetap waspada terhadap pergerakan iblis. Sekte Demonic tak menunjukkan tanda-tanda pergerakan, dan justru itulah yang membuatnya curiga—seolah mereka sedang merencanakan sesuatu.
Saat percakapan di aula semakin santai, tiba-tiba gelombang energi yang sangat familiar menyentuh pikiran Liang Fei. Sebuah pesan telepati dari Seo Fei.
'Suamiku, Mei Xuan telah menangkap seseorang. Dia berbeda dari yang lain… Kami yakin dia berasal dari benua lain!'
Mata Liang Fei sedikit menyipit. 'Orang dari benua lain?' pikirnya.
Setelah tujuh tahun tanpa tanda-tanda pergerakan dari Sekte Demonic, kini tiba-tiba seseorang dari luar Benua Feng muncul?
Shen Yan yang duduk di sampingnya segera menyadari perubahan ekspresi gurunya. “Master, ada apa?” tanyanya dengan nada waspada.
Liang Fei meletakkan cangkirnya dengan tenang, lalu berdiri. “Aku harus pergi. Tampaknya ada tamu tak diundang yang baru saja menginjakkan kaki di daratan kita.”
...
Di tengah taman sekte, sinar matahari sore meresap di antara dedaunan. Xi Fei berlari kecil di tepi air mancur, sesekali mencelupkan tangannya untuk menyentuh ikan koi yang berenang di dalamnya.
Di bangku dekat kolam, Shen Yao duduk dengan tenang, mengawasi bocah itu dengan tatapan hangat.
Langkah tenang Liang Fei bergema di antara suara gemercik air.
"Xi’er," panggilnya.
Bocah itu menoleh, wajahnya berseri begitu melihat ayahnya. "Ya, Ayah!"
Namun, saat menyadari ekspresi serius di wajah Liang Fei, senyum kecilnya perlahan memudar.
“Kita harus pulang sekarang,” ujar Liang Fei dengan nada yang tak bisa dibantah.
Xi Fei mengernyit, ingin bertanya, tetapi melihat tatapan ayahnya yang tegas, ia memilih menahan diri. "Baiklah..." katanya pelan.
Shen Yao berdiri, tangannya mengusap lembut kepala bocah itu sebelum menoleh ke arah Shen Yan yang baru saja mendekat.
“Hati-hati di jalan,” kata Shen Yan, tangannya melingkar protektif di pinggang istrinya.
"Jangan lupa datang lagi," lanjut Shen Yao sambil tersenyum hangat.
Liang Fei mengangguk singkat sebelum kembali menatap putranya.
"Ayah, bagaimana kita akan pulang dengan cepat? Kita datang ke sini dengan menunggang kuda..." tanya Xi Fei penuh rasa ingin tahu.
Liang Fei tersenyum samar. “Kita akan menitipkan mereka di sini untuk sementara.”
Xi Fei masih bingung, tetapi sebelum sempat bertanya lebih jauh, Liang Fei meraih tangannya. Saat itu juga, aura emas menyala dari tubuhnya, berpendar seperti matahari kecil yang bersinar di tengah taman.
Xi Fei reflek menutup matanya karena silau. Namun, begitu ia membukanya kembali, pemandangan di sekelilingnya telah berubah.
Mereka kini berdiri di dalam istana.
Mata Xi Fei membulat penuh kekaguman. "Wah! Itu luar biasa! Ayah, kau harus mengajariku cara ini!"
Liang Fei tidak langsung menanggapi. Ia hanya melepas genggaman tangan putranya sebelum berkata, "Kita akan membicarakannya nanti. Sekarang, pergilah ke kamarmu."
Xi Fei mendesah kecil, tapi akhirnya mengangguk patuh. "Baiklah..."
...
Langkah Liang Fei bergema di ruang singgasana. Dengan satu kibasan tangan, jubah sederhananya berubah menjadi pakaian kebesaran, mencerminkan wibawa seorang kaisar.
Begitu ia masuk, ketegangan memenuhi ruangan.
Seo Fei duduk di sisi singgasana, mengenakan jubah putih bersulam emas. Di sekelilingnya, para petinggi kekaisaran dan rekan-rekan Liang Fei berkumpul dalam keheningan.
Di tengah ruangan, seorang pria muda berlutut dengan kepala tertunduk. Rambut hitam panjangnya kusut, matanya hijau cemerlang namun kosong. Pakaiannya lusuh, dengan noda debu dan sobekan di beberapa tempat.
Tangan pria itu terikat rantai spiritual untuk membatasi kekuatannya.
Liang Fei tidak mengatakan apa pun saat ia berjalan menuju singgasananya. Langkahnya tenang, namun membawa tekanan yang membuat semua orang dalam ruangan menahan napas.
Dengan gerakan anggun, Liang Fei duduk di tahta emasnya, punggungnya tegak, auranya memancarkan ketegasan. Rambut putih pendeknya berkilauan di bawah cahaya lampu kristal, sementara mata emasnya menatap tajam ke arah pria yang berlutut di hadapannya.
Sejenak, ruangan itu terasa sunyi.
Lalu, Liang Fei berbicara. Suaranya tenang, tapi memiliki bobot yang tak bisa diabaikan.
“Mei Xuan,” ucapnya pelan namun penuh wibawa. “Jelaskan semuanya.”
Mei Xuan langsung memberi hormat sebelum mulai melaporkan temuannya. “Yang Mulia, aku menangkapnya di Kota Linghui. Selama tiga hari terakhir, dia tinggal di sana, menyamar sebagai rakyat biasa. Namun, gerak-geriknya mencurigakan.”
Seo Fei menoleh. “Mencurigakan dalam hal apa?”
Mei Xuan menjelaskan, “Gerakannya kaku, seperti seseorang yang baru belajar kebiasaan rakyat. Ia terus bertanya tentang hal-hal mendasar—mata uang, cara membeli makanan, bahkan rutinitas sehari-hari.”
Liang Fei menyipitkan mata. “Jadi kau menduga dia mata-mata?”
Mei Xuan mengangguk. “Aku tidak bisa mengesampingkan kemungkinan itu, Yang Mulia. Dia bukan iblis, tetapi kita tahu bahwa Sekte Demonic menerima manusia sebagai anggota mereka. Mei Lin dan Zhou Lin adalah buktinya.”
Seo Fei akhirnya bersuara, suaranya lembut tapi penuh otoritas. “Sudahkah kau menyelidiki identitasnya?”
Mei Xuan menggeleng. “Tidak ada catatan tentang dirinya di kota mana pun. Seolah-olah dia tidak pernah ada di Benua Feng sebelumnya.”
Keheningan kembali menyelimuti ruangan, hingga Liang Fei menatap pria itu tajam sebelum bertanya, “Siapa namamu?”
Pria itu perlahan mengangkat kepalanya. Tatapannya bertemu dengan mata emas Liang Fei.
“Feng Xian…” suaranya dalam dan tenang, tetapi ada ketegasan di dalamnya.
Seo Fei memperhatikan ekspresinya dengan seksama. “Dari mana asalmu?”
Feng Xian terdiam sesaat sebelum menjawab, “Benua Lingxu.”
Semua orang saling bertukar pandang.
Liang Fei mengetuk sandaran tangannya dengan jemarinya. “Apa tujuanmu datang ke sini?”
Feng Xian menundukkan kepala sedikit, lalu berbicara lirih, “Untuk mencari tempat yang aman bagi umatku…”
Liang Fei menyipitkan matanya. “Dan kenapa kau begitu yakin aku akan menerimamu?”
Feng Xian tetap tenang, menatap Liang Fei tanpa keraguan. “Karena orang itu berkata bahwa kau akan bersedia membantu kami.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
🏺Pedang⚔️gurun🏺
jangan lupa update nya Thor gw selalu support and kasih hadiah jangan di gantung
2025-03-02
1
Indah Hidayat
pasti zhiyuan yg beri info
2025-03-12
0
Nanik S
Lanjutkan 🙏
2025-03-24
0