A&K

A&K

Kilas 1

 "Al, pesanin gue mie ayam dong, lapar nih!" Seru gadis berseragam putih abu yang sedang duduk berkumpul di salah satu meja panjang---kantin sekolah. Riuh suara siswa menghiasi kepadatan yang terjadi di kantin yang terletak di belakang sekolah SMK Mulia, yang berada di pusat kota Jambi.

"Sipp,bentar." Jawab seorang lagi, yang

kini sudah berjalan menghampiri penjual mie ayam.

Sambil menunggu, gadis yang tadi minta dipesankan mie ayam itu membuka ponselnya, sekedar mengecek beberapa notif yang muncul selama waktu pelajaran berlangsung. Nihil! Tidak ada satu pun notif yang masuk dari akun sosial medianya. Bahkan sekedar chat dari operator LINE pun enggan berkunjungke ponsel gadis itu, membuat si pemilik ponsel menghembuskan nafas lelah.

"Jomblo mah bisa apa? Operator timeline aja udah bosen ngirimin gue chat. Hmphh!" Dengan kesal, gadis itu memasukan kembali benda pipih dengan cover stitch itu kedalam saku roknya.

"Oke ini dia pesanannya!! Taro disitu aja bude." Wanita yang dipanggil ‘bude’itu pun mengangguk, lantas menaruh dua mangkok mie ayam di atas meja.

"Makasih bude." Ucapnya lagi ketika semua pesanan sudah tersaji diatas meja.

"By the way, Helen dimana Kai? Tumben belum kelihatan jam segini." Gadis yang di panggil 'Kai' itu pun menoleh sebelum tadi mengambil sendok beserta couple-nya--- garpu dan meletakkannya di atas mangkok mie.

"Nggak tahu. Tadi sih pamitnya mau ngantar absen ke meja Bu Gina." Jawabnya sembari mengaduk-aduk mangkok berisikan mie ayam itu.

“Halah! Palingan ngurusin remedian sejarah gua kemaren. Emang tu guru nggak pernah ngebiarin gue hidup tenang kali!”

Tiba-tiba suara langkah kaki mendekati meja kedua gadis itu, yang tidak lain adalah Helen dengan tangan yang memeluk sebuah agenda besar berwarna biru kotak-kotak. Isinya? Sudah pasti daftar soal remed sejarah minggu ini.

"Udah selesai dramanya? Minggir, gue mau duduk."

Kaira berangsut minggir, "Lama banget nganter agendanya, gue sama Alia belum mesanin makanan buat lo, lo mau makan apa?" Tanya Kaira pada gadis yang baru saja duduk di sisi kanannya. Siku tangannya ia gunakan untuk menahan bobot tubuhnya di atas meja makan sembari memasang ekspresi datar terhadap siapa saja makhuk bumi yang ia temui.

"Biasa, Bu Gina minta rekap agenda bulan lalu.

Jadi gue balik ke kelas buat ambil tu agenda." Jawabnya seraya mengambil alih mangkok mie ayam Kaira lalu menyantap habis isinya. "Gak usah pesenin lah, gue udah kenyang juga." Ucap Helen

lalu menggeser mangkok mie kosong itu di depan hadapan Kaira.

Kaira menatap sinis, mangkok berisikan mie ayam itu sudah kandas "Lo kenyang, lah gue baru nyium

baunya aja udah alhamdulillah.”

Diliriknya jam tangan yang menunjukan pukul 10.25 yang berarti lima menit lagi jam istirahat akan berakhir.

Damn! Tidak ada waktu lagi untuk Kaira memesan makanan.

"Drama terus lo berdua! Minggir gue mau ke kelas." Tanpa basa-basi Helen melangkah pergi meninggalkan area kantin, diikuti Alia disisinya. Dan tinggallah kaira yang duduk sendirian sambil menatap kedua mangkok mie ayam didepannya,

Seorang laki-laki datang dan tanpa permisi duduk disamping Kaira. Seolah hal itu sudah biasa terjadi diantara mereka.

"Enak tu. Tapi sayang udah habis." Laki-laki itu

menunjuk mangkok kosong bekas mie ayam 'sisa' Alia tadi.

"Enak banget, aku aja sampai nambah." Tunjuk Kaira

pada dua mangkok itu diiringi senyum andalannya.

"Rakus!" Hardik laki-laki itu seraya memukul pelan

puncak kepala Kaira.

"Bang! Jilbab Kaira rusak nanti!" Omel Kaira yang

kini sudah sibuk menata hijabnya yang sedikit maju akibat tepukan sang kakak.

"Maaf-maaf, sini deh abang benerin." Laki-laki yang di panggil 'abang' itu pun langsung memperbaiki hijab sang adik, memasukkan beberapa helai rambut yang keluar dari anak jilbab, serta memundurkannya supaya

sinkron dengan bentuk wajah Kaira.

"Udah selesai. Gih sana masuk kelas, bentar lagi bel

masuk." Titah sang kakak dan dibalas anggukan kepala Kaira diiringi senyum manisnya.

***

Sembari berjalan menuju kelas, langkah kaki Kaira mendadak berhenti seolah di depan sana ada suatu hal yang sangat tidak ingin ia temui. Fokus matanya tertuju hanya pada satu objek. Wajah yang mulanya berseri perlahan mulai memudar seiring bertambah dekatnya objek tersebut.

"Gila si Eca! Mau sekolah apa mau kondangan tu anak? Dempulnya tebel banget, udah kayak adonan bakwan tau kagak! Ha-ha-ha." Tiga orang laki-laki berjalan berlawanan arah dari Kaira, dengan tawa yang menggema sepanjang lorong koridor. Yang satu berpostur tubuh pendek dengan rambut cepak. Lalu yang satunya berpostur tinggi dengan kacamata hitam kotak, dan ditengah berkulit putih dengan postur tinggi lebih dari yang lain.

Ketiganya seolah tidak perduli dengan tatapan

orang lain yang menatap mereka kagum, kesal, jijik, aneh dan segala macam lainnya. Mereka tetap

melangkah dengan suara yang menggelegar. Seakan ini sekolah bapak mereka yang buat!

"Tobat! Nyesel gue lewat kelas itu lagi, berasa lagi di

lampu merah tau kagak! Di godain sama om-om banci ." Tambah teman satunya lagi, tak luput raut jijik yang mereka tampilkan.

Teman yang satunya lagi menyahut "Aslii! Horror gitu auranya."

Raut wajah bahagia dari ketiga laki-laki itu membuat Kaira muak--- seolah mereka tidak pantas menunjukkan raut bahagia itu saat berpapasan

dengannya.

Kaira memutar haluan, hendak mencari jalan lain untuk menuju kelasnya namun langkah gadis itu terhenti saat satu tangan menggenggam pergelangan tangannya, otomatis gadis itu menghentikan langkahnya dan memalingkan kepala ke arah tangan yang digenggam.

"Lepas! Gak usah pegang-pegang. Lo bukan mahram gue!." Desis Kaira dingin. Raut datar turut menemani ekspresi gadis itu saat ini. Tidak perduli ucapannya terdengar kasar atau tidak, menurutnya itu sama saja. Karena ada pengecualian terhadap makhluk satu itu.

Seolah dikomando, tangan yang menggenggam itu pun lantas turun dan beralih ke satu sisi kantong celana abu miliknya.

"Sorry." Hanya itu yang dapatlaki-laki itu katakan.

Kaira berdecih.

Menganggap laki-laki itu adalah manusia yang paling hina yang pernah ia temui semasahidupnya. Tidak tau apa sebab, namun ada satu amarah tiap

kali ia berpapasan dengan laki-laki ini.

"Salah apa sih gue ke lo? Kenapa lo ngomongnya nge-gas terus ke gue?" Tanya laki-laki itu dengan suara yang tenang. Heran, laki-laki itu memang nakal tapi dia belum pernah bertemu seseorang yang

terang-terangan menunjukkan ujaran kebencian padanya, terlebih laki-laki itu belum pernah melakukan kenakalan apa pun terhadap Kaira.

"Gue rasa lo belum pikun.” Kata Kaira.

“Belum pernah kejedot-kan kepala lu?"

Bukannya menjawab, justru kalimat pertanyaan yang sama yang keluar dari bibir gadis itu.

Laki-laki itu terdiam, tidak tahu harus mambalas apa. Disaat itu, Kaira mengambil kesempatan untuk pergi melanjutkan perjalanannya ke kelas.

Masih dengan tampang bingung. Sontak, pundak laki-laki itu ditepuk oleh salah satu sahabatnya seraya mengatakan " Sabar aja Mar. Anggap aja ini cobaan orang ganteng!”

***

"Topan! Lo tu piket hari ini, cepet bangun deh. Molor aja kerjaan lo!

 Ayo! Kalo gak gue timpuk ni pake sapu!!!." Teriak seorang gadis berkaca mata terhadap anak laki-laki yang sedang tidur dihadapannya.

Lelaki itu bernama Topan, rambutnya yang panjang sampai menutupi mata membuatnya selalu menjadi sasaran empuk guru BK saat razia sekolah.

Seragam sekolah yang tidak dimasukkan serta tindik hitam di telinga kirinyacukup membuat dia dicap sebagai anak nakal seantreo sekolah.

"Gue ngantuk." Jawab cowok itu datar, masih dengan

wajah yang ditelungkupkan.

Geram. Gadis itu pun menendang bagian kaki meja tempat kepala si laki-laki itu tidur. Alhasil, laki-laki itu pun bangun dengan kepala yang sudah dalam posisi tegak. Namun,tidak ada raut kesal atau marah yang dia tampakkan, hanya raut datar seakan mengatakan "Udah selesai nendangnya?"

"Piket Pan." Ucap gadis itu lagi dengan suara yang

lirih. Bosan karena harus setip hari mengingatkan Topan tentang kewajiban paginya.

Lelaki itu menatap sekilas gadis yang ber-name tag Chairany tersebut, lantas mengambil alih sapu yang semula dia pegang.

Ia pun mulai menyapu satu lorong meja bagiannya, hal itu menjadi daya tarik kaum hawa untuk tidak mengalihkan pandangan dari aktivitas menyapu Topan. Tatapan-tatapan kagum tidak luput dari

wajah gadis-gadis yang memang teman sekelas Topan. Biarpun dicap nakal, tetap saja masih ada siswi-siswi yang tertarik dengan kharisma lelaki itu.

"Udah beres. Gue bisa lanjut tidur lagikan?" Nada pertanyaan yang Topan berikan pada Chairany, sang ketua kelas, terdengar sangat datar dan seolah pertanyaan itu tidak butuh jawaban karena

sebelum Chairany menjawab, Topan lebih dulu terbang ke alam mimpi.

Chairany menatap sendu punggung laki-laki di depannya. "Sorry Pan." Lirih gadis itu dan segera pergi meninggalkan Topan yang terlelap.

***

Suasana mushola sekolah terlihat sepi saat jam istirahat berlangsung. Hanya ada segelintir murid bahkan guru yang turut melaksanakan shalat Dhuha. Termasuk laki-laki yang sedang mengambil wudhu, Pandu, laki-laki yang menjabat sebagai ketua rohis SMK Mulia.

Rutinitasnya setiap istirahat adalah melaksanakan shalat Dhuha, berbeda dengan siswa lain yang lebih memilih untuk kumpul di kantin, menangani perut mereka yang sudah kronis minta diisi.

"Dhuha Ndu?" Sapa teman satu kelasnya, Arif.

"Always bro." Jawabnya setelah selesai mengambil wudhu. Pandu meninggalkan Arif yang baru datang dan segera melaksanakan tujuan utamanya tadi.

Sekitar lima sampai sepuluh menit, Pandu telah selesai dengan rangkaian ibadahnya, sama halnya dengan Arif, laki-laki itu juga telahselesai.

Arif menatap lekat bekas luka yang ada di lengan kanan Pandu. Luka yang disebabkan saat dirinya masih duduk di bangku kelas IX, Arif tahu betul apa penyebabnya. Dengan senyum tipis laki-laki itu berkata. "Luka lo udah sembuh. Apa kabar dengan hati lo?" Tunjuknya tepat dibagian dada.

Pandu tersenyum kecut seraya membalas "Luka itu gak bakal bisa sembuh, sebelum gue minta maaf sama anak dari wanita itu."

Ada hening sesaat. Dan Pandu kembali diingatknan tentang kejadian yang menjadi penyebab adanya luka sayatan di lengan kanannya.

Kembali Pandu melanjutkan "Dan sayangnya, gue gak tahu sama sekali. Gue terlalu pengecut

untuk tahu fakta yang sebenarnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!