Bab 19. Jangan Menikahi Tante-Tante!

Arjuna menatap Cahaya dengan tajam, helaan nafas keluar dari mulutnya. Lalu dia menjawab, "Dulu, ada cerita tentang Jasmine," katanya, "Tentang kenapa dia nggak punya temen lain selain aku."

Cahaya mengerutkan keningnya, "Hah, cerita? Cerita apa? Jelasin ke aku!" desaknya. Tiba-tiba dia sangat penasaran.

Sejenak Arjuna terdiam. Matanya menatap lurus kearah Cahaya, tapi pikirannya melayang jauh ke masa lalu. "Kamu tau," katanya pelan, "Jasmine pernah di bohongi sama temennya," katanya.

Cahaya mengerutkan kening, "Di bohongi gimana? Kapan itu terjadi?" tanyanya dengan nada santai, menganggap ini hanya masalah sepele di antara anak muda.

"Waktu SMA. Dulu Jasmine pernah di bohongi temennya yang munafik, bermuka dua," jelas Arjuna. Dari sorot matanya Arjuna masih terlihat kesal atau mungkin marah.

Cahaya tersentak mendengar cerita Arjuna. Wajahnya memerah, "Jasmine di bohongi apa Jun? Siapa yang udah bohongi Jasmine?" tanyanya. Tatapannya tajam, terlihat menakutkan saat itu.

Arjuna mendekatkan wajahnya ke arah Cahaya. Cahaya, yang melihat Arjuna mendekat, ikut mencondongkan tubuhnya. Keduanya menumpukan tangan di atas meja.

"Jasmine hampir dikeluarkan dari sekolah karena ulah temannya itu. Leiz dan Feli," jawab Arjuna. Dia menarik kembali wajahnya dan duduk di kursinya. Cahaya pun kembali duduk di kursinya.

Dia masih sangat penasaran. "Leiz, Feli? Mereka siapa? Haduh, pusing deh aku. Sebenarnya apa yang terjadi sama Jasmine di masa lalu? Jelasin semuanya ke aku Jun! Sekarang!" pinta Cahaya. Matanya menyala tajam, otot-otot wajahnya tercetak jelas.

Arjuna menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dan mulai bercerita. "Sebenarnya dulu..." 

***********

Jasmine melangkah ke ruang tamu, menjatuhkan diri di sofa, dan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Dia lantas mengecek pesan yang tadi di kirimkan dari nomor Elin dan Arjuna.

(Jasmine, terima kasih sudah mau bertemu denganku ya. Jangan katakan apapun soal yang kita bicarakan tadi sama Bu Cahaya, aku takut di marahi dan berdampak sama pekerjaanku.) - Elin

Jasmine memutar bola matanya malas melihat pesan yang dikirim Elin. Ia hanya membacanya, tanpa berniat membalas.

Lantas ia pun membuka nomor Arjuna, membaca pesan darinya.

(Jas, Lo nggak sibuk kan hari ini? Nanti sepulang kerja gue mau ke rumah Lo. Ada yang mau gue bicarain.) - Arjuna

Seulas senyum mengembang di bibir Jasmine saat matanya menangkap isi pesan dari Arjuna. Ia menduga Arjuna akan memberitahunya mengenai pekerjaan di bengkel yang telah mereka bicarakan sebelumnya.

Rasa penasaran dan harapan bercampur aduk dalam dirinya, membuat Jasmine tak sabar untuk mengetahui kelanjutannya.

"Meskipun gue cewek, tapi gue nggak sabar buat segera kerja di bengkel. Pasti rasanya seru banget bisa ngutak atik motor. 

Hmm, kira-kira bayaran kerja di bengkel berapa ya? Semoga gede lah. Sekiranya cukup buat biaya makan sama kuliah gue," ucap Jasmine sendiri sambil tetap memandangi pesan dari Arjuna. Dia tersenyum, lalu membalas pesannya.

(Gue di rumah Jun. Dateng aja.)

Hanya itu balasan Jasmine. Seperti biasanya, ia hanya membalas pesan dengan singkat, tak peduli siapa pengirimnya, termasuk Arjuna. Ia akan membalas lebih panjang jika memang diperlukan, atau jika sedang dalam suasana hati yang baik.

Lalu Jasmine keluar dari aplikasi pesan, beralih ke aplikasi berwarna ungu. Matanya tertuju pada halaman beranda, jari-jarinya hendak menekan tombol pencarian. Namun, sebuah postingan dari akun mamanya di bagian atas halaman membuatnya mengernyit.

Ia mengurungkan niatnya untuk mencari dan mengalihkan perhatiannya pada postingan terbaru sang mama.

Gambar yang diunggah mamanya menampilkan sebuah meja restoran dengan peralatan makan yang tertata rapi: piring, sendok, gelas, dan vas bunga yang cantik. Tamplak meja berwarna putih kontras dengan kedua tangan yang saling menggenggam di atas meja, keduanya juga berwarna putih.

Salah satu tangan mengenakan jam tangan emas khas wanita, yang pasti milik mamanya. Tangan satunya lagi memakai jam tangan berwarna hitam yang tidak Jasmine ketahui siapa.

Mamanya tidak menandai siapa pun di postingan itu, sehingga Jasmine tidak tahu siapa pria di foto tersebut. Namun, ia yakin bahwa pria itu adalah pacar mamanya.

Jasmine membaca caption di bawah foto, tidak terlalu panjang, tapi juga tidak terlalu pendek.

"Dunia ini memang tidak selamanya indah. Apalagi hidupku. Hidupku hanya berjalan monoton sejak dahulu. Bahkan sejak kesuksesan ini aku raih. Aku tidak merasakan kebahagiaan apapun sayang. Tapi semenjak bertemu denganmu, aku merasakan kebahagiaan itu. 

Aku ingin menandai kamu di sini, tapi takut temanmu itu akan mengetahuinya. Aku sayang kamu, cinta kamu. Sampai jumpa di pelaminan ya. Aku tidak sabar lagi!!" 

Hanya kalimat singkat itu yang ditulis mamanya di caption foto yang dikirimkannya. Jasmine semakin yakin mamanya punya pacar. Tapi tentang siapa pacarnya itu masih menjadi teka-teki bagi Jasmine.

"Pacar mama... Tunggu! Kemarin kan Elin ngasih lihat foto mama yang lagi pegangan tangan sama Arjuna? Posisi mereka juga deket banget, bahkan nempel. 

Apa mungkin?? ... Nggak! Ya kali Arjuna pacaran sama mama! Udah gil4 kali dia kalau sampai pacaran sama mama. Orang mama aja udah tua gitu, udah bau tan4h, Ya kali macarin nenek-nenek!" ucap Jasmine sarkas. Ia pun keluar dari aplikasi ungu itu, menutup ponselnya dan memasukkannya lagi ke dalam saku celana.

Pikirannya sekarang sedang semrawut. Memikirkan antara mamanya dan Arjuna. Ia pun menuju ke kamarnya, ingin sekedar tiduran untuk mengusir semua pikiran itu.

********

Setelah cerita Arjuna selesai, Cahaya yang mendengarnya dan mengetahuinya sontak terkejut. Seperti baru mengetahui sesuatu yang besar dan menggemparkan, jantung Cahaya berdebar kencang, tangannya sedikit bergetar sembari menutupi mulutnya. Matanya membulat sempurna.

Lalu ia berkomentar, "Jas-Jasmine...Jasmine... ternyata seperti itu yang Jasmine alami. Jun, Terima kasih ya sudah mau jadi teman Jasmine. 

Aku benar-benar nggak bisa bayangin kalau nggak ada kamu saat itu, pasti hidup Jasmine akan..." Cahaya tidak melanjutkan ucapannya, air matanya mengalir deras. Dengan cepat, ia meraih tangan Arjuna yang tergeletak di atas meja dan menggenggamnya erat.

"Jun, minggu depan kita nikah yuk! Kita nikah di KUA aja, nggak usah pakai resepsi. Cukup dihadiri kerabat terdekat termasuk Jasmine." Cahaya mengatakannya dengan sedikit bergetar, matanya berbinar-binar penuh harap.

Arjuna terkejut mendengar ucapan tiba-tiba Cahaya. Lalu dengan kedua mata membola ia menimpali, "Minggu depan? Kamu jangan bercanda deh, kita belum mempersiapkan apapun, restu dari ibuku pun belum kita dapatkan. Kita juga belum jujur soal hubungan kita sama Jasmine. Kamu jangan ngada-ngada ya!" Arjuna sedikit meninggikan suaranya. Penolakan tersirat jelas dalam nada bicaranya.

Menikah, baginya, adalah proses yang membutuhkan persiapan matang. Minggu depan? Mustahil!

"Ya kita segera jujur aja sama Jasmine. Kita nggak bisa selamanya terus nutupin hubungan kita kan? Kita juga harus minta restu sama ibumu. Kamu...nggak mau ya nikah sama aku?" Air mata Cahaya masih mengalir deras.

Arjuna menghela nafas, lalu menarik tangannya yang di pegang Cahaya. Dia sedikit mendekatkan tubuhnya, menghapus air mata Cahaya dengan jari jempolnya. Arjuna kembali duduk di kursinya, matanya menatap wajah Cahaya yang masih bercucuran air mata.

"Yaudah, kita nikah Minggu depan," ujarnya, suaranya tegas meski hatinya bergetar. Dia melanjutkan, "Besok setelah jam kantor selesai, kita akan ke rumah Jasmine untuk jujur tentang hubungan kita. Kita juga perlu meminta restu dari ibu dan adikku setelah itu."

Dia menatap Cahaya, mencoba membaca ekspresi di wajahnya. "Jadi... kamu siapkan untuk besok? Kita akan ngasih tau mereka semuanya. Kecuali soal pernikahan kita. Jasmine jangan tau ini dulu. Dia pasti terkejut."

Namun, di balik keyakinan itu, ada keraguan yang menggelayuti pikirannya. Arjuna merasa sedikit takut dengan reaksi mereka semua jika dia dan Cahaya mengatakan jujur soal hubungan mereka. Rasa cemas ini membuat hatinya berdebar, tetapi dia tahu langkah ini harus diambil.

Tiba-tiba kata-kata ibunya atau entah perintah di masa lalu, saat setelah ayahnya meninggal terlintas di benaknya,

"Nanti, Ibu ingin melihat kamu menikah dengan perempuan yang baik, Arjuna. Yang memiliki budi pekerti yang luhur dan berasal dari keluarga yang baik. Ibu ingin kamu bahagia dengan pilihanmu sendiri, tapi ingat, itu bukan tante-tante!

Ibu nggak mau kamu jadi sama kayak ayah kamu, yang menikahi ibu yang dulu adalah janda dan berumur lebih tua dari ayahmu. Kamu ingat ya Jun, jangan menikahi perempuan yang lebih tua darimu! Jangan menikahi tante-tante!" 

Nafas Arjuna langsung tercekat setelah mengingat kata-kata ibunya di masa lalu. Jika seumpama dirinya dan Cahaya jujur kepada ibunya soal hubungan mereka, apakah ibunya akan setuju?

Atau justru akan marah dengan mereka dan menyuruh mereka putus? Pikiran Arjuna langsung berkecamuk setelah mengingat itu. Dia takut jika ibunya akan melarang.

"Makasih ya Sayang, aku semakin nggak sabar buat besok. Meskipun rada ragu juga, takut sama respon mereka, tapi aku siap kok. Aku cinta sama kamu, aku siap menghadapi resiko apapun. Meskipun itu adalah penolakan dari Jasmine," Cahaya tersenyum lebar, matanya berbinar-binar.

Jantungnya berdebar kencang, menanti hari esok yang terasa begitu dekat. Rasa tidak sabar bercampur dengan sedikit ketakutan, menyelimuti hatinya.

Namun, saat mengingat niatnya untuk menikah dengan Arjuna minggu depan, semua rasa takut itu perlahan sirna. Cahaya berharap, niatnya itu bukan sekadar keinginan, melainkan akan benar-benar terwujud.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!