Reynald tidak bisa berbuat banyak kali ini, dia juga tidak mungkin mempersulit Yasmin karena ulah Silvia. Dia hanya bisa membiarkan Silvia sesuka hatinya sekarang untuk mendampingi ke jamuan makan malam.
"Aku akan berganti pakaian dulu." Reynald tidak jadi mengambil hadiah dari dalam laci untuk Yasmin, dia berbalik ke kamarnya.
"Aku siapkan jas dan pakaian untuk kamu, Reynald." Dikeluarkannya dari dalam lemari pakaian baru untuk suaminya, terlihat serasi dengan gaun yang sedang dipakainya. Sengaja ini bagian dari rencana Silvia.
"Aku akan pakai baju yang lain," ucap Reynald menolak.
"Kamu mau orang lain tahu ada bara api dalam rumah tangga kita?" Silvia tersenyum sinis menatap Reynald
"Ck, aku pastikan ini terakhir kalinya kamu mengancamku. Mana bajuku?" Terpaksa Reynald menahan dirinya malam ini, memastikan semuanya baik-baik saja.
'Maafkan aku, Yas.'
Reynald dan Silvia berjalan berdampingan layaknya pasangan harmonis dan penuh cinta, Romi dapat membaca arti kode dari mata Reynald padanya pertanda atasannya itu tidak jadi pergi dengan Yasmin ke jamuan makan malam.
'Aku harus mengabari nona Yasmin, kasihan kalau dia menunggu dijemput.'
Romi : Nona, maaf anda harus berangkat sendiri ke jamuan makan malam perusahaan. Ada sesuatu yang membuat Tuan tidak bisa menjemput anda.
Di tempat lain, Yasmin mendesah pelan setelah membaca pesan dari Romi. Dia memutuskan untuk naik taksi online saja dari pada tidak berangkat sama sekali.
Apalagi tadi siang dia mendadak diberitahukan Regan untuk datang ke jamuan makan malam dengannya. Sejujurnya dia tidak tahu mengenai makan malam itu, tadi pagi pun saat berangkat dengan Reynald, suaminya itu tidak bicara apapun.
"Ya sudahlah aku bisa menunggu taksi saja." Yasmin menyimpan ponselnya ke dalam tas tangan yang diberikan Reynald tadi siang berikut gaun yang juga dikenakannya sekarang. Berkali-kali dia mendesah berat, pakaian milik Reynald masih tergantung sempurna di dalam lemarinya.
"Kenapa dia tidak datang kemari dulu? Apa dia punya janji dengan istri pertamanya atau, ah sudahlah nanti juga aku melihatnya di sana."
***
Kedatangan Reynald bersama Silvia mengundang banyak perhatian dari kolega dan karyawannya di Hartawan Grup terlebih bagi para kaum hawa yang begitu sangat penasaran dengan istri CEO mereka. Sebagian berdecak kagum dan sebagian lagi ada yang mencibir.
"Hey, lihat deh pak Reynald akhirnya membawa istrinya. Ini pemandangan yang langka loh. Foto dulu ah," ucap Dina mengarahkan kamera ponselnya secara diam-diam ke arah pasangan yang sedang berjalan menuju meja mereka.
Reynald duduk di kursinya di ikuti oleh Silvia.
Dari arah samping datang Yasmin, berjalan dengan sangat pelan karena dia sedikit terlambat. Untungnya tidak ada yang memperhatikan kedatangannya karena fokus mereka teralihkan pada penampilan Silvia yang glamour.
"Yas eh itu lihat istrinya pak Reynald." Sani menunjuk meja Reynald dengan dagunya yang tidak terlalu jauh dari tempatnya. Awalnya Yasmin diam memaku tapi saat temannya itu mengucapkan nama suaminya otomatis dia melirik pada meja tempat Reynald dan Silvia berada.
Sejenak Yasmin diam hampir tak berkedip, terutama pada sosok perempuan yang berada di samping suaminya.
'Astaga, bukankah dia adalah perempuan yang aku lihat di lift waktu itu. Jadi dia istri pertamanya suamiku. Pantas dia tidak jadi menjemputku, tapi tak apa aku hanya istri simpanan saja tidak boleh terlalu banyak berharap,' batin Yasmin.
Tatapan mesra Silvia tertangkap jelas sekali oleh Yasmin yang tanpa dia sadari mengarah pada wajah datar Reynald. Meski wajahnya berekspresi datar saja mempesona. Beberapa pelayan segera bergerak menyiapkan hidangan di atas meja. Sementara Reynald baru menyadari kalau istri keduanya itu duduk tidak jauh dari tempatnya.
Untuk beberapa detik tatapan mereka saling bersirobok, ada suatu rasa yang tak mampu untuk dijabarkan. Terlebih melihat Silvia yang terus bersikap mesra di tengah banyak orang.
Yasmin masih diam, Dina dan Sani bicara pun dia tidak mendengarkannya sana sekali. Matanya terus memperhatikan Silvia yang memasang senyum yang terus terkembang.
Silvia mulai menyantap makanan pembukanya setelah perwakilan Hartawan Grup memberikan sepatah dua patah kata untuk memulai jamuan makan malam ini.
Tatapan Reynald saat ini masih tetap
mengarah pada Yasmin dengan wajah datar nya. Ingin sekali dia menghambur memeluknya jika saja tidak ada Silvia yang menjadi penghalang besar hubungannya.
"Sayang, ayo kita makan." Silvia memperhatikan Reynald yang bergeming sedari tadi.
Menyadari sesuatu sedang terjadi, Silvia mengikuti arah pandang suaminya. Dia mulai bertanya-tanya kepada siapa tatapan suaminya itu jatuh.
Silvia memperhatikan perempuan yang tak lain adalah Yasmin dengan seksama. Dia sedikit mengingatnya, dimana dia pernah bertemu dengan perempuan itu. Dan bila diperhatikan perempuan itu seperti mirip dengan perempuan di foto bersama suaminya tersebut.
'Jangan-jangan," batin Silvia curiga.
Tak ingin melewatkan kesempatan bersama suaminya, Silvia menyodorkan sendok berisi makanan ke arah Reynald. Tapi Reynald menepisnya membuat bibir merah istrinya itu langsung cemberut.
"Aku bukan anak kecil!" Suara Reynald membuat semua orang mengarahkan pandangannya pada Silvia. Karena ucapan sinis suaminya membuat tangan Silvia mengepal, dia otomatis malu karena Reynald malah mempermalukan dirinya.
Wajah Silvia tampak memerah karena emosinya mulai naik. Untuk membuktikan kecurigaannya, dia ingin menguji siapa perempuan yang mencuri perhatian suaminya tersebut.
"Bawakan makanan yang lain!" kata Silvia dengan intonasi tinggi.
Yasmin mengernyit bingung, dia melihat kearah terdekatnya. Tidak ada seorangpun pelayan di sana dan tatapan Silvia mengarah padanya.
"Sayang, bolehkan kalau aku ingin dia yang melayani kita?" tanya Silvia memancing sikap Regan.
"Apa maksudmu?" tanya Reynlad
"Dia, dia karyawanmu kan? Aku ingin dia yang melayani kita. Apa tidak boleh?" Silvia semakin sengaja.
Reynald bisa membaca apa maksud Silvia dia menahan kegeramannya sampai terlihat rahangnya mengeras.
"Apa yang kamu rencanakan sebenarnya?" bisik Reynald sedikit emosi.
"Sayang, kenapa kamu marah. Apa dia orang spesial itu? Apa dia perempuan yang aku cari itu?"
'Apa dia tahu yang sebenarnya?' batin Reynald
"Apa yang kamu bicarakan? Dia bukan siapa-siapa," ucap Reynald.
"Kalau begitu boleh dong dia melayani kita." Belum mendapat jawaban dari Reynald, Silvia kembali memanggil Yasmin.
"Hey, kamu. Kamu dari tadi saya panggil kenapa hanya diam saja!" Silvia mulai berteriak lantang. Secara tidak langsung dia sudah mengacaukan acara jamuan makan malam tersebut.
"Silvia, jaga sikapmu!" tegas Reynald tidak bisa menahan emosinya.
"Dia tidak mendengarku, padahal aku sudah memanggilnya dari tadi."
Sani dan Dina saling bertatapan, dia menduga Silvia sengaja mempermalukan Yasmin di depan umum.
Yasmin ragu-ragu untuk bangkit dari tempatnya, namun demi Silvia tidak mengeluarkan nada tingginya lagi, dia akhirnya bangkit menuju tempat Silvia dan Reynald.
"Ibu memanggil saya?" tanya Yasmin.
"Ya, tolong kamu bereskan semua makanan ini dan ganti dengan yang lain!" perintah Silvia.
Yasmin menatap Reynald yang juga sedang menatap ke arahnya.
"Kenapa kamu malah menatap suami saya? Jangan-jangan kamu mau godain suami saya ya?"
Sontak perkataan Silvia memancing rumor di kalangan semua karyawan Hartawan Grup dan menjadikan Yasmin buah bibir dalam semalam.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments