Bab 16

Reynald menyusul Yasmin menuju tempat tidur setelah selesai mandi dan memakai piyama tidurnya, dia sudah membeli banyak pakaian ganti untuk sehari-hari dan ke kantor.

Sudut bibirnya terangkat ke atas saat melirik Yasmin yang sudah lebih dulu terlelap dalam buaiannya, kemudian kepalanya menggeleng sambil membenarkan selimut Yasmin yang sedikit tersingkap. Agak lama Reynald menatap istrinya, menikmati pahatan karya maha indah ciptaan Tuhan.

Direbahkan tubuh tingginya di sebelah Yasmin, tangannya dia lingkarkan di perut ramping istrinya tersebut. Malam ini tidak ada kegiatan panas apapun, hanya mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah.

***

Suara gemericik air terdengar syahdu di luar sana, sejak pagi buta alam semesta sudah diguyur hujan cukup deras hingga membuat udara pagi ini terasa dingin menembus kulit.

Yasmin menggeliatkan tubuhnya seiring Reynald yang lebih dulu beranjak bangun.

"Pagi, Sayang." Senyum Reynald tersungging manis, rambutnya sedikit acak-acakkan tapi tidak mengurangi ketampanannya.

Yasmin mengulum senyumnya, membetulkan letak bantalnya agar nyaman sambil puas menatap wajah suaminya.

"Pagi, Pak." Yasmin masa bodoh Reynald bisa melihat wajahnya yang polos.

"Saya senang melihat wajahmu yang polos sangat cantik apalagi sehabis bangun tidur seperti ini terlihat natural," ucap Reynald mengagumi wajah cantik istrinya.

Dibandingkan Silvia yang hampir setiap hari Reynald melihatnya dengan make up. Dan selalu ingin tampil sempurna.

"Masa sih, Pak." Wajah Yasmin merona karena malu.

"Saya tidak pernah berbohong. Kapan saya berbohong?" Nyawanya belum terkumpul semua tapi Reynald sudah membuat sisa-sisa nyawanya melayang di udara. Tanpa sadar dia tersenyum lebar, lepas tanpa beban.

"Teruslah tersenyum seperti itu, karena saya tidak mau kamu bersedih." Reynald mengedipkan sebelah matanya sebelum dia bangkit ke kamar mandi.

*

"Apa hari ini agenda di kantor padat?" tanya Yasmin yang sedang memakaikan dasi untuk suaminya.

"Heem, bulan ini pekerjaan sedang banyak-banyaknya. Dan hari ini saya harus meeting dengan empat perwakilan dari perusahaan yang berbeda. Jujur ini sangat membuat saya jenuh." Nada bicara Reynald terdengar sedikit tertekan, wajar beban pekerjaan memang selalu mempunyai konsekwensi seperti itu.

"Semoga pekerjaannya lancar, sayangnya saya tidak bisa selalu berada di sisi anda."

Reynald meraup wajah Yasmin yang tirus dengan kedua tangannya, memindai satu persatu bagian wajah istrinya tersebut. Mulai dari kedua mata sampai bibir yang kini merekah merah.

"Cukup do'akan saja pekerjaannya lancar, biar kita bisa bersama-sama lagi menghabiskan waktu kita berdua." Terakhir sebelum mereka berdua berangkat, Reynald mencium bibir istrinya sejenak.

"Ayo kita berangkat," ajak Reynald

"Apa sebaiknya saya tidak naik taksi saja, soalnya saya tidak mau orang-orang sampai tahu kita ada,-"

"Di luar masih hujan dan saya rasa taksi akan datang terlambat, jadi kita berangkat bersama."

"Huuuuuuh." Yasmin menghela napas panjang setelah Reynald berjalan lebih dulu keluar rumah.

Romi mengangguk hormat pada keduanya, membukakan pintu secara bergantian lalu menutupnya kembali.

Sopir mulai menyalakan mesin mobil, bersiap menembus hujan yang turun semakin deras.

"Pulangnya sama-sama," kata Reynald memecah keheningan yang terasa saat di perjalanan.

"Eemmh, apa sebaiknya saya pulang sendirian saja. Soalnya,-"

"Kamu takut ada orang yang mengetahui hubungan kita, heem?" tanya Reynald

"Iya, Pak."

"Terserahlah." Reynald menyerah, membiarkan Yasmin dengan pemikirannya sendiri.

Suasana kembali hening, Yasmin jadi tidak enak sudah mengatakan hal itu pada suaminya. Meskipun dia tahu kalau Reynald pasti sudah memikirkan sampai hal detail mengenai hubungan mereka.

***

Menjelang siang, Helen mengabarkan pada Reynald tentang rencana jamuan makan malam semua karyawan Hartawan Grup kantor pusat sebagai bentuk syukur karena kerja sama dengan para investor maupun klien berjalan lancar dan menghasilkan keuntungan besar.

"Urus saja semuanya dengan Romi, ya meskipun jamuan makan malam ini hanyalah bentuk kecil disamping bonus yang mereka dapatkan setidaknya kita merasakan kebersamaan," ujar Reynald menyerahkan semua urusan nanti malam pada sekretaris dan asisten pribadinya.

Sesuai permintaan Silvia, Helen mengabarkan acara nanti malam.

Mendapatkan pesan dari sekretaris suaminya, tentu saja Silvia langsung merangkai sebuah rencana matang. Menjelang sore, dia sudah menyiapkan jas mahal yang sengaja dia pesan untuk Reynald dan yang terpenting gaun yang akan dikenakannya tampak serasi dengan milik Reynald.

Senyum puas tercetak jelas di wajah Silvia, dia yakin malam ini akan menjadi malamnya. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menyuruh Reynald pulang sebelum berangkat ke restauran tempat diselenggarakannya acara makan malam dan memastikan Reynald berangkat bersamanya.

*

Reynald berdecak kesal, dia lupa ada sesuatu yang tertinggal di rumah utama.

"Rom, kita ke rumah utama dulu. Kenapa aku sampai ceroboh, hadiah untuk Yasmin malah tertinggal di dalam laci kerjaku. Aku membelinya sebelum kami menikah dan sialnya aku baru ingat." Reynald memejamkan matanya sejenak. Setelah dari rumahnya dia berniat menjemput Yasmin lalu berangkat bersama ke restoran.

Mobil berputar balik kembali, untungnya jalanan tidak terlalu padat. Beberapa menit kemudian, mobil telah sampai di depan rumah mega milik Reynald.

Romi turun lebih dulu, membukakan pintu untuk atasannya tersebut.

Wangi parfum menguar sebelum Reynald mendekati pintu kamar utama yang sedikit terbuka, dia bisa melihat Silvia sedang berdiri di depan cermin besar di kamar mereka sambil menyemprotkan parfum berkali-kali. Matanya memicing memperhatikan dandanan Silvia seperti hendak pergi ke pesta.

"Reynald," sapa Silvia sumringah menyadari kehadiran suaminya yang berdiri di luar pintu.

Reynald tidak membalasnya dia hanya diam saat Silvia menghampiri dirinya.

"Kamu kenapa belum berganti pakaian?" Silvia memindai pakaian yang melekat pada tubuh suaminya.

"Berganti pakaian?" tanya Reynald penasaran.

"Ya, bukankah malam ini kita akan berangkat ke acara jamuan makan malam karyawan perusahaan?"

'Dari mana dia tahu?' batin Reynald.

"Ya, aku akan berangkat." Reynald kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja.

Silvia mengikuti langkah lebar Reynald dari belakang.

"Kenapa kamu mengikutiku?" tanya Reynald tidak senang.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh tahu apa yang sedang suamiku lakukan?"

"Ck, apa yang kamu mau?" tanya Reynald setengah kesal.

"Kita akan berangkat sama-sama ke restoran, sebagai istri dari CEO sudah pasti aku harus ikut kan?" Silvia tersenyum penuh arti.

"Sayangnya aku tidak berniat mengajakmu ke sana, karena aku tidak nyaman berdekatan denganmu." Reynald tak peduli dengan tatapan Silvia sekarang. Tatapan penuh benci.

"Oh ya, bagaimana kalau aku buka di depan semua karyawanmu kalau kamu berselingkuh dengan salah satu karyawanmu. Aku bisa saja bertanya satu-satu pada karyawanmu siapa perempuan dalam foto itu," ucap Silvia mengancam.

"Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" Suara bariton Reynald sedikit menekan.

"Aku tidak merencanakan apa-apa, aku hanya ingin ikut dan mendampingimu. Aku masih istrimu jadi tidak ada salahnya aku meminta itu."

Reynald mengusap wajahnya kasar. Jika Silvia susah untuk dilarang maka Reynald harus siap dengan sesuatu yang akan dilakukan Silvia setelah ini.

***

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!