Tidak ada yang bersuara selama makan, hanya lirikan mata yang dilemparkan Reynald pada perempuan yang duduk di sampingnya sedang menikmati makanan dengan lahap.
"Saya selalu senang melihat kamu makan, makan apapun kamu selalu menikmatinya." Reynald menyimpan sendok dengan posisi terbalik tanda dia sudah selesai.
"Kata ibu tidak baik kalau kita tidak bersyukur atas makanan yang kita makan. Walaupun kita tidak suka tetap harus dinikmati," jawabnya santai.
"Jadi kamu tidak suka dengan makanan ini?" Mata Reynald memicing meminta jawaban.
"Bukan begitu, bukan. Makanan ini enak dan saya suka."
'Ya ampun susah sekali bicara dengan pria sepintar dia.'
Yasmin mengikuti Reynald menyimpan sendoknya dengan posisi yang sama. Lalu dia membereskan piring dan bekasnya supaya tidak terlihat berantakan.
"Jangan menyentuhnya, biarkan saja." Reynald menarik tangan Yasmin lalu digenggamnya erat.
"Pak, saya khawatir ada yang curiga dengan kedatangan saya ke sini. Saya takut akan ada yang tahu," ucap Yasmin takut-takut.
"Saya sudah perhitungkan semuanya, kamu tidak usah takut ya. Mengenai permintaan saya kemarin, apa kamu memikirkannya Yasmin?" Pria itu sedang menatapnya tajam, menanti jawaban dari sang perempuan.
"Ah itu saya memikirkannya, jujur saya masih ragu karena hubungan yang terjalin di antara kita hanya sebatas perjanjian. Apa Bapak serius dengan permintaan itu?"
Mata Reynald menatap manik mata Yasmin secara bergantian. Perempuan di depannya memang memiliki wajah cantik, malah lebih cantik dari Silvia. Tidak perlu perawatan macam-macam untuk mempercantik dirinya, dengan tampilan flawless seperti ini saja sudah bisa membuat Reynald tertarik.
"Kamu membuat saya nyaman, berada di dekat kamu menciptakan suasana berbeda yang tidak pernah saya dapatkan dari istri saya."
Yasmin melayangkan tatapan tanya, lalu seperti apa hubungan pernikahan Reynald sampai dia berselingkuh?
"Pernikahan saya sudah tidak sehat lagi, saya rasa dengan perceraian akan membuat saya dan dia tidak tersakiti. Saya ingin memiliki pernikahan yang normal seperti orang lain, apa saya salah?"
Yasmin tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada pernikahan Reynald, kalaupun dia bertanya itu dirasa tidaklah sopan.
"Kita akan melakukan pernikahan secara siri dulu, setelah saya bercerai saya baru akan mengurus pernikahan kita secara resmi."
Yasmin semakin dibuat tidak berdaya, dia memang perlahan mulai ada rasa pada pria yang berstatus suami orang lain itu hanya saja untuk sebuah pernikahan dia tidak seyakin itu.
"Kamu ragu?"
"Kalau anda hanya menginginkan tubuh ini, saya rasa biarlah tetap begini keadaannya. Tapi kalau Bapak memang mempunyai rasa lebih dari ini saya akan menerima Bapak menjadi suami saya."
Reynald memejamkan matanya sejenak.
"Apa saya harus jujur sama kamu, Yasmin?"
"Apa? Jujur apa?"
Reynald memegang kedua lengan Yasmin.
"Saya jatuh cinta pada pandangan pertama, saat kamu menangis di dalam lift. Kamu tidak sadar kamu menaiki lift yang salah. Sejak saat itu saya ingin tahu tentang kamu dan ingin melindungi kamu dari orang-orang yang menyakitimu. Kamu sadar sekarang?"
Pria itu mengatakannya dengan meyakinkan, sampai pikiran Yasmin mencoba mengingat apa benar yang dikatakan Reynald.
"Jadi semua yang Bapak lakukan sama saya itu bukan semata-mata karena perjanjian atau sex semata?"
"Bukan, saya mencintai kamu, Yasmin."
Yasmin merasa jantungnya kembali berdebar kencang, selalu setiap Reynald mengatakan sesuatu yang membuatnya merona. Seperti pengakuannya sekarang.
"Saya,-"
Reynald lebih cepat membekap bibir Yasmin dengan mengulum bibirnya. Lidah Reynald menyapu seluruh rongga mulut Yasmin tak tersisa. Tangannya sudah menjalar menyusuri dua buah aset berharga yang ditutupi kemeja polkadot. Semakin kuat remasan itu membuat Yasmin mendesah pelan.
Reynald menghentikan kegiatannya seketika.
"Saya tidak mau kita melakukannya di sini, saya tidak mau dicap tidak tahu tempat." Reynald kemudian terkekeh sendiri.
Kemudian ibu jarinya mengusap bibir bawah Yasmin yang basah sisa ciumannya barusan.
"Lipstik kamu sampai hilang, sebagai gantinya saya akan berikan kamu seratus buah lipstik."
Yasmin lalu memukul ringan lengan Reynald yang menurutnya lucu.
'Ini yang aku inginkan, Yasmin. Aku ingin bersikap harmonis dengan istriku bukan terus perseteruan yang aku dapatkan setiap hari di rumah. Dan pilihanku tepat untuk menjadikanmu istriku, Yasmin.'
Reynald mengecup puncak kepala Yasmin. Sungguh sekujur tubuh Yasmin terasa meremang. Seumur dia berumah tangga dengan Tommy pun tidak pernah mantan suaminya mengecup puncak kepalanya. Yasmin merasa Reynald memperlakukannya dengan istimewa, lebih istimewa.
***
"Kamu sudah pulang?" Silvia mencoba membantu Reynald membukakan jasnya lalu menyimpannya di atas sofa.
"Romi, kamu boleh pulang." Reynald memberikannya komando, lagipula ini sudah di luar jam kerja Romi sebagai asistennya.
"Baik, Pak. Saya permisi, Bu." Romi menganggukkan kepalanya kepada kedua majikannya itu.
Romi lebih dulu menyerahkan tas kerja Reynald pada Erna, asisten rumah tangga di sana.
Erna mengambilnya untuk disimpan di ruang kerja dan mengambil jas di atas sofa lalu meninggalkan kedua majikannya yang sedang duduk dan saling mendiamkan.
"Kamu jahat ya, kamu pulang duluan ke Jakarta tanpa memberitahuku! Kalau aku tidak datang lagi ke kantormu mana aku tahu kamu masih di Bali atau tidak. Aku kira kamu tidur di hotel karena marah padaku," ujar Silvia penuh kemarahan.
"Aku sudah bilang sama kamu untuk tidak menggangguku saat aku kerja! Apalagi kedatanganmu kemarin ke Bali sungguh membuatku terganggu. Silvia, lebih baik kamu pikirkan untuk melanjutkan pernikahan ini!" Reynald bangkit dari duduknya hendak pergi.
"Melanjutkan pernikahan ini? Jadi ada perempuan lain di hati kamu?" Silvia mulai menyerang Reynald.
"Kamu hanya perlu berintrospeksi diri, aku sudah lelah bekerja tapi kamu malah sibuk mencecarku. Kamu tidak berusaha untuk menjadi lebih baik." Reynald begitu saja meninggalkan Silvia seorang diri di ruang santai keluarga.
Sebuah kata keluarga yang Reynald rindukan dalam arti yang sebenarnya.
"Reynald, Reynald!" Silvia mulai berteriak saking kesalnya.
Di balik pintu ruang makan, Erna terus mengelus dada. Setiap hari pertengkaRan selalu mewarnai rumah tangga Reynald dan Silvia.
Semua keluarga tahu kehidupan Silvia yang seorang sosialita kelas atas. Hidup bergelimang harta dan kasih sayang suami yang mencintainya perlahan harus hilang akibat sikapnya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments