...“Ruas-ruas penuh angan terselip begitu saja, bertahan sebentar dalam bait sajak tak sengaja ku cipta.”...
...🍬🍬🍬...
Begitu bahagia bisa bersua tanpa harus lewat online lagi dengan mereka, tidak sabar juga saling menukar kado yang sudah di bahas lewatgrup.
Berhubungan dengan jarak rumah tak terbilang dekat, harus meninggalkan jejak kenangan semisalnya tukaran kado dengan JJS.
Syukur bisa mendapati tiket konser tanpa harus menahan sakit hati, tidak bisa mendapati kesempatan emas untuk mendongak melihat sang idola dari bawah panggung.
Sudah sejam konser usai, mereka sebagian menunggu dikedai ice cream.
“Loh, kok Rizka tidak ada?” Ana membuang suara.
Saat melihat mereka dalam grup berkumpul, semua ups..ralat hanya Rizka saja tidak ada di tengah-tengah mereka.
“Bukannya dia fans garis depan Bang Jey, kok bisa sih dia tidak datang nonton? Padahal semalam sudah janji meet with JJS.” Resya berkomentar sangat sedih.
Semua terdiam.
Kalau mau jujur, semenjak konser menghitung jari perempuan itu tetiba berubah dan susah di hubungi biar sekali pun lewat japri.
“Padahal semalam sudah ku chat, kalau mau ke sini, barengan. Tapi, nggak ada respon sama sekali. Centang dua loh.” Kata Ana.
“Mungkin ada kesibukan yang jauh lebih penting, maklumi saja. Insyaallah di lain waktu bisa ketemu lagi kok.” Gina berusaha menghentikan percakapan itu.
Semua mengalihkan pandangan ke Gina, berusaha mencerna apa yang di katakan adalah benar.
“Ok deh, kalau gitu kita mau ke mana dulu nih?”
“Bagaimana kalau makan dulu? Laper, aku belum makan dari rumah soalnya.” Resya berkomentar.
Fix. Mereka mencari tempat untuk mengisi perut hanya sebagian saja, karena ada beberapa sudah makan dari rumah. Lainnya batas pesan minum, menemani JJS lagi kelaparan, solidaritas terlihat walau bersitatap awal.
Tadi sebelum berangkat ke warung, ada beberapa barang-barang terjual, lucu-lucu ingin terbawa pulang mereka sayang duit jajan dibawa tidak seberapa.
“Kalau uangku lebih, udah ke beli nih.” Lesu Gina.
“Iya nih, Jey. Uh..kalau tahu seminggu yang lalu uang jajanku, di tabung, supaya bisa kebeli botol minuman ini.” Ana menambahkan.
“Kalau saja ada Rizka, sudah di borong kali yak? Kan, dia fans garis terdepan Bang Jey.” Celetuh Resya.
Yup. Mereka sudah tahu kebiasaan masing-masing terutama perempuan disebut itu.
Jey adalah panggilan untuk fans Harris J.
Usai makan, kali ini mereka menjelajahi photobox yang ada di mall, amazon.
Be the way, hari ini mereka terlihat kompak mengenakan seragam bertulis Love Who You Are yang sudah jauh-jauh hari di beli lewat online.
Oh yah tadi sebelum ke mall, mereka sudah bertukar kado. Ada senyum-senyum senang di antara mereka bisa rasakan apa yang sudah lama di pendam, sebab jarak juga sih.
“Eh, gimana kita nanti sekalian buat vlog vidio?! Biar ada kenang-kenangan gitu.” Seru Resya.
Ok. Di perbolehkan, tapi, “jangan kirim ke grup JJS Ina eh? Soalnya kasihan sebagian dari mereka tidak bisa hadir, karena jarak juga sih trus pastu tidak dapat ijin sama ortu, simpan aja buat kita-kita?” Usul Ana.
Bagian edit vlog vidio nanti ada Nila sembari mentag nama mereka dalam vidio.
“Kasihan Rizka, kalau tahu trus lihat kita fotbar dan tukar kado gini, tidak dapat kesempatan.” Sedih Nila.
Well. Sebagian dari mereka pasti paham posisi satu JJS itu, karena sudah kelas tiga tidak memungkinkan juga bagi orang tua Rizka memperbolehkan datang ke konser idola.
Menghabiskan waktu meet with JJS memang detak langka, sebab rumit bersitatap offline hanya menunggu hari tertentu, salah satunya konser idola.
Sayang sebagian JJS tidak bisa menghadiri karena harus fokus belajar untuk persiapan bekal ujian nasional akan mendatang.
“Eh, tadi aku beli CD yang ada tanda tangannya Bang Jey!” Seru Dilla.
“Wih, mahal itu Jey, 150 ribu kan?” Lirih Nila.
Di balas dengan anggukan cepat dari Dilla. Sebagiannya lagi hanya terdiam, karena tahu Dilla memiliki rupiah-rupiah banyak.
Walau demikian, tidak melihat kepongahan JJS yang satu itu, melainkan rendah hati bahkan sempat menawari apakah mau dibelikan justru di luar dugaan mereka menolak secara halus.
Katanya sih tidak spesial kalau bukan dari duit sendiri, berasa bukan berjuang beli dari kantong masing-masing.
“Nggak papa, Dil, makasih loh udah nawarin kita tadi? Lebih baik duitnya kamu tabung aja buat beli keperluan apa kah daripada boroskan kita hanya CD gituan, udah bisa kita download gratis kok lagu-lagunya di internet.” Kata Ana tulus.
“Iya, Dil. Sudah ketemu gini aja, sangat-amat cukup buat kita semua. Yang kita prioritaskan tuh solidaritas bukan benda yang di belikan.” Resya menambahkan.
Lainnya mengangguk setuju.
“Makasih..udah mau jadi temanku!” Seru Dilla, terharu.
...🍬🍬🍬...
Sejak itu, tanpa sengaja mampir di daun telinga terus menggumpalkan angan yang cipta kesan dan kagum ketika nada-nada menjadi favorit dalam aplikasi musik Adinda.
Yang biasa mendengar lagu anime dan barat, beralih ke dakwah modern kepemilikan bule london.
Booming begini kenapa tidak ada yang bisa ngundang Harris J ke Jayapura juga? Siapa tahu bisa bersitatap tanpa sengaja, begitu?
Bahkan melulu duduk manis dan nonton acara konser bule london itu lewat youtube. Pun tanpa sadar produksi sebal, melihat fans terlalu fanatik menjadi penonton di bawah panggung konser.
Kali pertama tahu ada artis menghiasi nada di baluti religi berasal dari london, sangat jauh pun selalu menerka kalau mualaf.
Kalau saja ada yang sponsori untuk undang bule itu, mungkin orang pertama datang foto bukan menganyunkan kaki nonton konser.
Buat apa menghabiskan duit untuk hal sia-sia dan letih saja? Lebih baik kertas rupiah itu terpakai hal apa kah daripada di pakai beli kertas tiket konser.
Adinda jadi menginginkan satu hal, yang mungkin begitu mustahil di dapatkan.
“Pengen ah..” Tetiba saja tercetus rasa ingin begitu tinggi.
Tapi, berpikir lagi hal apa yang harus di gapai begitu tinggi itu? Kalau menanggapi diri payah tak memiliki kebanggaan bagus.
“Ma, pengen loh ketemu Harris J.” Pernah, sore itu berujar.
“Harris J siapa?” Hana bengong menanggapi.
Sangat tahu intonasi penasaran tapi berbalut cuek. Kok masih saja menggebu menyampaikan mengenai bule london yang bermodal mbak google dapat informasinya, walau samar.
“Emang Harris J mau konser di Jayapura?”
Uhuk! Kok menyentil rasa ingin tahu ananda sih? Benar juga, tidak memungkinkan langkah itu pergi konser di indonesia paling ujung, timur.
Karena Jakarta adalah pusat utama untuk mengundang artis-artis papan atas, bahkan ukuran Harris J sedang booming sekali pun begitu mustahil di datangkan ke Jayapura.
Maybe hanya band smash saja atau yang masih memungkinkan untuk di undang ke Jayapura buat konser.
Ma, boleh ndak saya bermimpi tinggi ketemu dia? Tapi bukan di konser. Pengen nangis kalau saja diksi ini tercetus dan dapat penolakan menohok.
Cukup tersimpan rapi dalam batin.
Selalu melakukan hal disukai menjadi cibiran kalau tidak membuahkan hasil melainkan buntung terus.
Kan, sukses bukan sebuah tolak ukur bruntung tiap melakukan sesuatu digemari kan? Butuh proses panjang pun melewati air mata untuk mendapati kebahagiaan sebenarnya.
Tapi, mereka selalu menuntut diri harus membuahkan hasil tidak memberikan dukungan lebih kala tahu terbujur gagal justru menyurutkan rasa ingin itu.
Apa tidak salah dalam dare to dream big bakal tersusun keping-keping tanpa modal apa-apa dari gadis sederhana itu? Dengan begitu bakal menghapus tak berguna terganti apresiasi nyata lewat keping tanpa modal tersebut.
Mengetahui fakta selalu menciutkan mental, melulu tercibir tak berguna melakukan sesuatu cukup buat Adinda tersenyum getir.
Di mana kah harus menemukan sudut pandang yang mendukung tanpa menghakimi kepercayaan diri telah dibangun dengan sungguh-sungguh?
Berdiri di tengah gulita tanpa titik terang asa dalam menarik jemari yang membutuhkan motivasi, itulah saat ini sedang terasa dalam membangun sesuatu mungkin tidak akan berfaedah.
Justru terus percaya dengan mimpi besar tanpa sadar tercipta dalam kepala.
Big dream. Benar, itu terlahir ketika tidak sengaja nonton acara MOTD di acara TV, melihat rasa geli di ekspresi artis london pegang adonan kue itu cukup mengundang tawa dari Adinda sendiri.
Bukan terfokus ke Harris J aplikasikan adonan tersebut, melainkan ada beberapa fans mengejutkan di hari birthdays-nya, membangkitkan rasa big dream.
“Iya, pas lagi mau ngambil pesanan kue ini, sempat ada kecelakaan kecil. Makanya aku pakai masker.” Penuturan satu fans itu ke hots, buat dia menghelakan napas lega.
Ada satu hal tidak perlu di cemburukan, yaitu lihat mereka mengidolakan penyanyi.
Kamu harus terlihat beda, okay?! Kok menyemangati dalam batin sih?
Sesuatu beda yang mana dan berasal dari segi apa? Kalau tahu tidak memiliki kebanggaan yang menonjol dalam keluarga, hanya bisa menyusahkan saja dengan deret-deret angka kurang enak di potret oleh kedua bola mata.
Tersenyum getir.
Tetap keras kepala buat ..
Ruas-ruas penuh angan
Terselip tak ku duga
Sempat cemburu antusias
Tak masalah lagi kok
Selagi kau bertahan
Dalam diksi yang ku buat.
Diksi-diksi berbaris sangat manis tanpa sadar telah nangkring di aplikasi notes HPnya, seperti mengalun-ngalun begitu berarti. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments