Pagi ini Lowell sibuk merengek pada Misca untuk dibuatkan bekal makan siang dan meminta Misca sendiri yang mengantarkan nya kerumah sakit. "Biar semua orang anggap kalau gue sudah punya pacar. " Akunya, ia mengatakan maksud keinginannya.
"Hah?, tunggu. Kenapa sekarang pakai lo gue? " Bingung Misca.
"Ya'kan sekarang lo saudara gue, bukan temen gue lagi. " Lowell berkata sambil memeluk Misca dari belakang seperti biasa dulu saat di Universitas.
"Lowell."
Tiba-tiba Gregorius men jewer kuping keponakannya agar melepaskan menantu nya. "Aw, apa lah paman ini. " Ia memegangi telinganya yang baru dijewer Gregorius, ia berkomentar tidak terima.
"Dia kakak mu! " Memperingatkan nya.
"Dia juga sahabat ku, paman. " Balasnya tidak terima.
Misca hanya tersenyum menanggapi, tanganya melepaskan lengan Lowell dari perutnya. Ia duduk dimeja makan dan menyiapkan makanan untuk Lowell, "sarapan dulu ya, nanti gue bantu deh jadi pacar lo." Dengan itu Lowell duduk disamping Misca dan Gregorius duduk disisi sebelah kanan nya yang memosisikan Misca di tengah-tengah.
"Lo mau bekal apa? "
"Apa aja yang penting lo yang masak. "
"Untuk papa? " Tanya Gregorius.
"Iya pa, nanti Misca antar juga ya.. "
"Ye, bilangin. Padahal dia juga mau. " Sindir Lowell yang ditanggapi dengan senyum masam Gregorius.
Navaro pulang untuk makan siang dirumah bersama istrinya, lebih tepatnya dengan Mierra. Ia mengerutkan kening ketika melihat dua bekal yang sudah berada dimeja makan, ia mengingat percakapan antara Misca dan Lowell juga papa nya tadi pagi.
"Avira.. " Misca datang dari dapur dan membawa tas untuk membawa bekal yang sudah ia siapkan.
"Iya mbak, ini minum nya. " Avira berlari kecil menghampiri Misca dengan membawa dua botol minum untuk masing-masing bekal.
"Terimakasih"
"Sama-sama mbak. " Avira membantu Misca memasukkan bekal dan minum ke dalam tas. "Mbak pergi dengan siapa?" Tannya nya.
"Dengan pak supir, " Ia bersiap pergi tapi sebelum pergi ia melihat Navaro. "Aku pergi antar bekal papa dan Lowell. " Katanya dingin dan membuang pandangannya jelas bahwa ia malas memandang wajah pria itu.
"Kalau mau pergi, pergi saja, " Mierra yang menjawab. Ia berkata dengan ketus pada Misca. Misca menatap Mierra sebelum beralih kepada Navaro lagi.
"Oh, ternyata tidak bisa bicara, " cibir nya yang tertuju untuk Navaro. "Kalau kamu punya masalah bilang, tidak perlu nyindir-nyindir gitu. " Mierra tidak terima.
Misca mengabaikan dan melangkah meninggalkan ruang makan dengan santainya. Ditengah-tengah langkahnya ia terhenti karna suara Navaro yang menegurnya.
"Jangan pergi terlalu lama, pak supir memiliki pekerjaan lain. " Navaro berucap tanpa mau repot-repot melihat kearah nya.
Misca mengedikkan bahu sebelum melanjutkan langkahnya, ia tidak terlalu mendengarkan suaminya yang tidak ia sukai itu. Jika ia bisa mengulang waktu ia berjanji pada dirinya sendiri akan kabur dari pernikahannya.
Dimobil menuju kantor Gregorius, Misca melihat sekitar dalam diam. Untuk sejenak ia melupakan masalahnya, ia terhanyut dalam pikirannya sendiri yang mengelana entah kemana.
Sesampainya dikantor Misca langsung menuju ke lantai atas untuk menemui mertuanya, sesampainya diruangan Gregorius ia disambut hangat penuh sayang.
"Maaf sayang papa merepotkan mu, " ia berujar sambil mengambil alih tas bekal nya dari tangan menantunya itu. "Oh iya sayang, nanti ayah kamu berkunjung kesini untuk membahas beberapa pekerjaan. "
Gregorius menceritakannya sambil menuntun Misca ke sofa panjang sebelum mendudukkan nya untuk istirahat.
"Papa... "
"Ya? "
"Kalau misalnya Misca tidak bisa memberikan keturunan juga, bagaimana? " Misca menatap wajah tua mertuanya itu dengan ragu-ragu." Jujur Misca juga takut jika ia tidak bisa memberikan keturunan bagi Gregorius.
Ia tidak menyukai Navaro bukan berarti ia tidak bertanggung jawab atas segala kewajibannya, hanya saja ia tidak menampakkan nya dengan jelas.
"Sayang nya papa, dengar ini... " Dengan lembut Gregorius mengangkat satu tanganya untuk mengusap lembut puncak kepala menantunya, "papa memang ingin cucu dari kalian tapi.. " Ia berhenti sejenak, memilih kata-kata bijak agar tidak membuat suasana berubah tegang atau sekedar canggung.
"Alasan papa menikah'kan kalinya sebenarnya bukan karna cucu. " Ia menatap wajah cantik menantunya itu dengan tatapan lembut.
"Itu hanya alasan belaka saja, yang sebenarnya adalah untuk menyadarkan Navaro pada suatu hal. "
Misca menautkan alisnya bingung, tapi ia tidak berkomentar, ia memilih diam untuk mendengarkan penjelasan mertuanya.
"Bahwa dulu ia pernah berjanji akan menikahimu. " Ia sangat membuat Misca terkejut, Misca hampir tidak percaya dengan mertuanya.
"A-aku tidak tahu"
"Dulu waktu kalian masih berusia lima tahu kalian pernah bertemu, tapi karna faktor keadaan yang mengharuskan keluarga mu pindah, kita terpisah. " Gregorius mengingat-ingat masa lalu kala itu. "Kerna tidak ingin berpisah dengan mu Navaro pernah berjanji akan menikahimu agar kalian bisa tinggal bersama-sama. " Lanjutnya.
"Tapi sekarang ia tidak mengingat itu, ia sudah gila karna wanita itu, sayang.. "
"Maafkan dia, ya.. "
"Maaf untuk apa, pa? "
"Kerna ia melupakanmu. "
"Itu tidak perlu pa, aku juga tidak mengingat nya sama sekali. " Jujurnya pada Gregorius.
Bukannya marah atau merasa canggung, Gregorius malah tersenyum penuh haru kepada menantunya. "Ini lah yang papa suka dari kamu, sayang. " Sambil membelai lembut rambut Misca.
"Kejujuranmu sangat berarti bagi papa," memeluknya erat seolah tidak ingin kehilangan.
Tidak berapa lama Eres Gavin federov ayah Misca datang, untuk beberapa saat mereka saling melepas rindu sebelum akhirnya Misca izin undur diri untuk mengatakan bekal makan siang Lowell.
"Lowell.... "
Misca berlari kecil menghampiri Lowell yang sedang berkumpul dengan beberapa dokter lain di sana. Lowell yang mengerti Misca melakukan itu karna ada beberapa temanya, ia langsung melakukan aksinya dengan sempurna.
Ia sedikit berjongkok dengan kedua tangan ia rentang kan untuk menunggu kehadiran Misca. Begitu Misca sampai ia membawa Misca kedalam pelukan nya dan dengan sedikit drama ia mengangkat tubuh mungil Misca dan berputar. Seolah pasangan yang manis dan serasi mereka mendapatkan banyak pujian dari orang-orang yang berada di sekitar mereka.
"Wow, sekalinya bawa wanita lo langsung nge ulti kita, ya.. "
"Gila lo, jadi selama ini lo nyembunyiin bidadari yaa.. "
"Parah sih lo Lowell! "
"Oh ya ampun mereka cinta yang manis"
"Lihatlah betapa serasi nya mereka"
"Saya juga ingin. "
"Cara mendapatkan wanita seperti pasangan Lowell dimana ya? "
"Ini kah yang dinamakan surga? "
"Hei Lowell, lo harus memberi tahu gue sedikit resepnya. "
"Oh cinta yang manis sangat jarang kutemui."
Berbagai pujian, pertanyaan yang dilontarkan oleh para dokter dan staff membuat wajah Lowell sedikit memerah karnanya.
Misca yang menyadari itu tersenyum merekah, dan ya. Lowell tidak memberi kesempatan pada mereka untuk melihat senyum Misca yang memabukkan.
Dengan cepat ia menggendong Misca ala pengantin ke ruang pribadinya, katakanlah bahwa ia sedikit serahkan untuk kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Margaret
idaman ku om om itu😌😌
2025-06-01
0