Misca setelah berpakaian ia langsung berlari kekamar Avira dengan susah payah. Mengetuk-ngetuk pintu kamar dengan putus asa, setelah Avira membuka pintu Misca langsung jatuh ke lantai dengan keras.
"Mbak.... " Panik Avira, ia berusaha membopong Misca keranjangnya. "Mbak sebentar ya, saya ambil air hangat dulu untuk kompres mbak. "
Dengan terburu-buru ia berlari kedapur, menyiapkan air hangat dan mencari handuk kecil untuk ia gunakan mengompres Misca. Setelah semua selesai ia kembali kekamar nya dan mendapatkan tubuh Misca menggigil hebat, cepat-cepat ia memposisikan dirinya duduk di tepi ranjang untuk mengompres Misca.
Beberapa jam berlalu tapi Misca masih menggigil dan kali ini lebih gila, Avira kembali berlari menghampiri kamar Navaro, mengetuk pintu sambil memanggil-manggil sampai ia baru tersadar bahwa Navaro beberapa jam lalu pergi bersama Mierra.
"Si*l, bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana mereka bisa melupakan mbak? " Dengan kepanikan yang semakin bertambah ia menelpon Gregorius, Gregorius Harold adalah orang tua Navaro.
Gregorius membawa dokter kepercayaan keluarga mereka untuk memeriksa Misca, ia menunggu sambil terus membelai lembut puncak kepada menantunya itu. "Apa yang terjadi padanya, Lowell Henry? " Kekhawatiran terlihat jelas diwajahnya, begitu juga dengan Avira.
"Tenang lah paman, dia hanya kelelahan dan sedikit depresi. " Ucapnya datar sambil terus melihat pasien nya. "Ini obat untuknya, diminum tiga kali sehari dan pastikan dia menghabiskan obatnya. "
Tanpa mengalihkan pandangan nya dari Misca ia memberikan obat itu pada Avira, ia tanpa sadar menggenggam jari-jari Misca yang terasa dingin. Gregorius menegur keponakannya itu dengan toyor an pelan sebagai peringatan bahwa ia tidak diperbolehkan menyentuh menantunya melebihi pemeriksaan.
"Paman ayolah, " kesalnya pada Gregorius.
"Dia kakak mu Lowell, sadarlah! " Ada nada kasar dari tanggapan yang Gregorius berikan kepada Lowell, dokter kepercayaan keluarga selama beberapa tahun ini yang merupakan keponakannya.
Dengan kesal Lowell melepaskan genggaman nya dan menghadap pamannya untuk berbicara, "ini sudah malam, bolehkah keponakan dokter mu ini menginap disini? " Tanyanya sopan dengan nada bicara yang di lebih-lebih kan.
Tidak kuasa menahan diri dari rayuan keponakannya Gregorius tersenyum menanggapi itu dan memberi anggukan untuk jawabannya.
Dengan kegirangan Lowell memeluk pamannya sebelum kembali normal dan bersikap dingin. Gregorius tertawa melihat perubahan ekpresi cepat dari Lowell.
"Tapi... Kenapa dia disini? " Tanya Lowell saat melihat sekelilingnya seperti bukan kamar Misca.
Gregorius yang baru menyadarinya pun melihat Avira yang diikuti Lowell, Avira gugup sejenak sebelum ia berbicara, "saya tidak mengetahui apa-apa, yang saya tahu mbak sudah berdiri berada didepan pintu kamar saya sambil mengetuk-ngetuk pintu. " Ia mendongak dari menunduk untuk melihat Misca, "begitu saya buka pintu mbak jatuh. Saya bawa mbak ke ranjang saya untuk istirahat sebelum mbak menggigil. " Lanjutnya.
"Kamu tahu alasan nya? " Lowell bertanya sambil menghampiri Avira seolah mengintrogasinya.
"Tidak, pak. " Ia bahkan mundur karna takut. Gregorius mendengarkan dengan saksama sampai ia teringat dekat putra nya.
"Dimana Navaro? " Ia bertanya, tapi ia memerintahkan Lowell agar memindahkan Misca ke kamar nya. "Bapak dan ibuk keluar satu jam sebelum mbak mendatangi saya, pak. "
Paginya Misca turun dari kamar dengan keadaan masih lemas dan wajahnya pucat. Ia duduk disamping mertuanya, "papa... Papa kapan datang, kenapa tidak memberi tahu Misca? " Berbagai pertanyaan Misca lontarkan kepada mertuanya itu.
"Bagaimana papa bisa memberitahukan kedatangan papa jika kamu saja tidak sadarkan diri. " Misca yang mendengar itu ia langsung memeluk mertuanya dan mengingat kejadian semalam. Ia memejamkan matanya dalam pelukan hangat Gregorius.
"Papa, papa kapan datang?" Tanya Navaro yang baru saja masuk, "kenapa papa tidak memberitahu kami? " Sambung Mierra yang berdiri disamping suaminya yang memeluk pinggang nya erat, sangat romantis.
"Apa yang kalian tahu tentang papa jika tentang Misca saja kalian tidak tahu. " Jawab Gregorius dingin, terlihat jelas bahwa ia marah dengan mereka.
"Yang jelas-jelas tinggal satu rumah dengan kalian. " Sambung nya.
Lalu mengabaikan mereka dengan memperhatikan Misca, "kamu mau makan apa, sayang? Jika kamu tidak ingin makan dirumah kita bisa keluar. " Katanya penuh sayang dan perhatian.
Misca diam sebelum ia membuka mata, pertama kali yang ia lihat adalah Lowell yang menyodorkan paha ayam goreng ke Misca dengan memainkan matanya untuk menggoda Misca. Misca melihat dengan tatapan curiga, benar saja Lowell menarik kembali ayam goreng nya dan memakannya dengan rakus sambil meng iri-iriin Misca.
Misca tersnyum dan tertawa tepat saat Gregorius akan memarahi Lowell, "hahaha... Kamu dari dulu gak pernah berubah." Ada kecerian dari kata-katanya, "ya karna aku tahu kamu gak suka ayam, wlee... " Lowell mengejek Misca dengan menjulurkan lidahnya dan satu matanya ia pejamkan.
"Hahaha... "
"Haha, hihi udah nikah aja kamu. "
"Hehe, tapi'kan aku sudah undang. "
"Kok aku gak tahu ya?" Tanyanya berpura-pura mengingat sesuatu.
"Siapa bilang kamu tidak tahu, kan kamu lagi.... " Gantung Misca sambil memainkan matanya dengan nakal untuk menggoda Lowell.
"Lagi...... " Tanyanya.
"Lagi, seduces a Caucasian widow. "
"Oh sh*t." Pembicara mereka ditutup dengan tawa renyah.
Navaro memperhatikan pembicaraan keduanya dengan dingin, sementara Mierra menatap jijik pada Misca. Berbeda dengan Gregorius, ia terlihat senang dan puas saat Misca tertawa lepas seperti ini.
Sarapan yang biasa nya sepi kali ini ramai karna kehadiran Lowell dan candaan yang penuh dari Lowell dan Misca. Tidak sampai disitu saja, karna sekarang Misca sedang menjahili Lowell dengan mencabut kabel game nya.
"Loh kok mati, ini mati lampu apa gimana? " Tanyanya bingung. "Kenapa Lowell? " Tanya Misca dengan polos nya, ia melakukan nya dengan sangat mulus sampai Lowell tidak menyadarinya.
Ini sudah menjadi makanan bagi Misca untuk menjahili Lowell-teman se universitas dan satu gedung apartemen. Jadi ia bisa dengan mudah menipu Lowell.
"Ini loh, tiba-tiba mati. " Adunya pada Misca yang dalang sebenarnya. "Kamu masih ingat dengan teror hantu Labu gak? " Tanya Misca sambil mendekati Lowell, ia dengan sengaja berdiri disamping nya untuk menakut-nakuti Lowell.
Lowell yang takut ia mengangguk sambil menelan ludah, memejamkan matanya dan mencengkram erat lengan Misca seolah takut ditinggalkan sendirian. Misca yang menyadari ketakutan Lowell yang sudah datang ia dengan sengaja berlari kencang ke sembarangan arah yang membuat Lowell panik seketika.
"MISCA...... jangan tinggalin aku......... " Jerit nya pada Misca yang sudah berada di depan pintu menuju ruangan lain. Tidak ada pilihan lain Lowell mengikuti Misca dengan ketakutan yang mengejar nya. Karna tubuh Misca lebih kecil ia dengan mudah berlari dan berpindah tempat dengan cepat.
"No no no please don't leave me alone. " Saat ia akan mencapai Misca, Misca tersadung karpet dan hampir tersungkur jika tidak ditangkap dengan cepat dengan Gregorius.
"Sayang hati-hati, ada apa? " Tanya Gregorius lembut pada Misca. Tapi yang menjawab bukan Misca melainkan Lowell.
"Ada, ada hantu Labu, paman. " Ia bahkan bersembunyi dibalik tubuh Gregorius. "Hantu Labu? " Bingung Gregorius.
"Ahahaha... " Misca tertawa terbahak-bahak sampai ia ingin menangis rasanya.
"Aneh aneh saja kamu ini. "
"Serius paman ada hantu Labu. Tadi dia mengganggu ku main game. " Akunya pada Gregorius.
Gregorius menggeleng kan kepalanya dan berjalan menuju Misca dan duduk disamping menantu nya. Lowell yang tidak ingin duduk sendiri pun mengangkat Misca dan mendudukkan nya di pangkuannya agar ia tidak duduk sendirian.
Misca semakin tertawa lepas melihat Lowell yang tidak berubah dengan ketakutan nya pada hantu Labu. Gregorius bingung dengan keponakannya "sudah tidak ada apa-apa lagi, sekarang. " Ujar Misca dengan lembut dan melepas tangan Lowell yang memeluk perut nya erat.
Navaro merasa tidak suka dengan pandangan itu jadi dia mengalihkan pandangannya dengan beberapa dokumen yang terletak di meja. Mierra melihat kesempatan dengan pemandangan ini, ini bisa menjadi bumerang bagi Misca pikirnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Jamayah Tambi
Macam ada yg tak kena ni
2025-05-20
0
Margaret
kak. aku sapa ya?🗿
2025-06-01
0