PERNIKAHAN YANG DIATUR
Gadis muda yang berusia 24th, dosen dari salah satu universitas terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya karna perjodohan dari dua keluarga bersahabat. Katanya agar keluarga mereka bersatu itulah yang dikatakan orang tua Eres Misca.
Namun, Misca mendapatkan kenyataan bahwa ia hanya dinikahi untuk melahirkan anak.
Kenyataan itu ia ke tahu ketahui saat Navaro Azael Harold membawanya pulang kerumah dan memperkenalkan nya dengan istri pertamanya yaitu Mierra Alista. Mierra Alista yang mengetahui suaminya pulang ia segera berlari memeluk suaminya mesra dengan sengaja menyampaikan pesan tersembunyi kepada Misca.
Navaro langsung terhanyut dengan rayuan Mierra, ia menuruti Mierra yang membawanya keatas menaiki tangga menuju kamar mereka dan meninggalkan Misca sendirian diruang tamu dengan barang-barang bawaannya. Misca hanya mematung menyaksikan semuanya, tatapan matanya terus mengikuti kemana Navaro melangkah sebelum ia dikejutkan dengan seorang pelayan yang akan mengantarkan Misca ke kamar nya untuk istirahat.
Misca duduk terdiam disisi ranjang, ia menunduk melihat cincin pernikahannya yang melingkar sempurna dan pas di jari manisnya. "Kenapa bunda dan ayah menyembunyikan kenyataan ini? " Tanyanya pada dirinya sendiri. Dengan sedih ia menjatuhkan punggungnya ke kasur dengan hati-hati ia membiarkan tatapannya menatap langit-langit kamar dengan sesekali memejamkan mata atau sekedar berkedip.
Beberapa jam berlalu, malam menyambutnya dengan hangat. Ketika baru saja Misca ingin membuka ponselnya untuk mengabari kakaknya, seseorang mengetuk pintu kamarnya sambil berkata, "buk, bapak dan buk Mierra sudah menunggu ibuk dimeja makan untuk makan malam. " Kata pelayan dari luar.
Misca awalnya ingin menolak karna merasa tidak enak dengan Mierra tapi ayahnya mengirimkan pesan agar ia bisa menerima keluarga barunya sendiri. Misca sangat kesal tapi ia tidak ingin menolak karena merasa tidak nyaman dalam situasi ini yang mana ia juga istri pria itu.
Pelayan itu tersenyum saat Misca keluar, ia dengan sopan menuntun jalan pada Misca menuju ruang makan. Sesampainya diruang makan Misca dapat melihat bahwa Mierra menatap nya tidak suka yang ia tampilan secara langsung.
"Lain kali jangan terlambat. " Ucapnya pada Misca sebelum menyiapkan makanan untuk nya dan suaminya. Misca yang masih enggan dibantu dengan pelayan nya, menari salah satu kursi yang berseberangan dengan Navaro dan Mierra.
"Terimakasih, " uajar Misca pada pelayan itu yang langsung dijawab dengan anggukan serta senyuman, melihat senyuman dari pelayan itu Misca membalasnya dengan senyum manis. "Boleh aku tahu nama mu? " Misca bertanya pada pelayan itu sebelum ia pergi, "nama saya Avira Dwi, buk. "
"Senang bertemu dengan mu, Avira. " Sambil menunjukkan senyum Misca mulai menyiapkan makanan sendiri tanpa memperhatikan Navaro sementara Avira, ia kembali ke dapur menyiapkan kebutuhan lainya.
Selesai makan, Mierra menarik suaminya keruang keluarga untuk menonton TV, meninggalkan Misca sendirian diruang makan dan terlihat bahwa Navaro juga tidak peduli atau sekedar memperhatikan keberadaan Misca. Misca merasa sedih karna suaminya benar-benar tidak memperhatikan nya dan hanya sibuk dengan istri tuanya.
Avira terkejut saat Misca datang kedapur dengan membawa piring kotor ke wastafel untuk mencucinya, dengan cepat Avira meng henti menghentikan Misca, "buk tidak, jangan, biar saya saja. " Avira menarik Misca agar mundur beberapa langkah dari wastafel dan menggantikan posisinya mencuci piring.
"Jangan panggil sayang ibuk, saya masih muda. " Kata Misca yang berdiri disamping Avira, menemani nya mencuci piring sebelum ia kembali berkata, "umur saya masih 24 tahun, " jelasnya pada Avira yang menjawab dengan anggukan. "Jadi panggil mbak? " Tanya Avira dengan hati-hati takut membuat situasi canggung, "itu lebih baik daripada ibuk. "
Misca pergi ke kulkas mencari minuman soda dan meminumnya, "usia kamu berapa?, seperti kamu juga masih muda, ya? " Misca terus bertanya sambil menyenderkan punggungnya dikulkas. "Iya, saya masih muda dan berusia 24 tahu, " jawab Avira. Ia mengelap tanganya setelah selesai mencuci piring, "wah, kita sama dong? " Misca terkejut dan langsung menghampiri Avira dengan senyum bahagia.
Ia merasa bahwa ia tidak sendirian dirumah ini, "tapi kenapa rumah ini terlalu sepi? " Melihat sekelilingnya dan tidak menemukan pelayan lainya, "mereka akan pulang sebelum malam, mbak. " Avira membawa Misca duduk disalah satu kursi yang ada didapur dan dengan semangat ia duduk disamping Misca, mereka mulai mengobrol bersama.
Saat tengah malam tiba, Navaro meninggalkan Mierra ketika ia sudah tidur nyenyak. Menghampiri kamar Misca dengan hati-hati agar tidak mengejutkannya.
Merangkak keranjang setelah mematikan lampu kamar, menyisakan cahaya redup untuk mereka, tangannya menyingkirkan sejumlah rambut kebelakang telinganya. Menjelajahi setiap inci wajahnya dengan tatapannya.
Tanpa perlu waktu lama Navaro sudah mendapatkan gairahnya, tangannya membelai lembut wajah Misca perlahan turun ke leher, dada, perut dan menghentikan sentuhannya di pinggangnya. Ia mendekatkan tubuhnya ketubuh Misca untuk mencium aroma tubuh wanita itu, tanpa peringatan ia mencium bibir Misca secara lembut tapi itu hanya sementara karna setelahnya ia kehilangan kendali dan melakukannya dengan kasar.
Misca membuka matanya dengan terkejut, lalu mendorong dada Navaro untuk memberinya ruang bernafas. "Ha ha, " ia terengah-engah. "Kamu tidak bisa menolak, ku. " Terlihat Navaro kesal dengan penolakan Misca.
Misca duduk dan bersandar di kepala ranjang, "tidak bisa kah kamu tidak mengejutkan ku seperti ini?" Tanyanya.
"Ah, ya. " Lalu Navaro mendekatkan dirinya lagi, tangannya terulur untuk menyentuh pipi wanita itu. "Katakan apa yang kamu inginkan? " Bertanya.
"Keadilan." Tegas Misca, ia berbicara tanpa memutuskan pandangan mereka. "Aku tahu aku istri kedua, tapi aku juga memiliki hak. " Lanjutnya, Misca mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu, "bukan hanya sekedar gudikmu. "
Setelah mengatakan nya ia mundur dan kembali bersandar pada kepala ranjang. Navaro yang mendengar nya terkejut, ia menatap tajam wanita didepannya dengan tangan nya mencengkram kuat leher wanita itu.
"Kamu tidak sepantasnya mengatakan itu, Eres Misca. " Katanya dengan marah, tanganya semakin memberi tekanan kuat ke leher Misca tanpa keperdulian setatus mereka.
"Ya itu bagus, bunuh aku dan kamu tidak akan mendapatkan keturunan," serkas Misca sebelum melanjutkan ucapannya. "Wanita yang hamil membutuhkan pengertian ekstra sertai ketenangan dihidupnya. Jadi, jika kamu ingin anak dari ku kamu harus membut hidupku tenaga terlebih dahulu, jika tidak makan... . " Misca dengan sengaja menggantung perkataannya.
"Apa maumu, jalang. " Navaro melepaskan tangannya dari leher wanita itu sebelum melanjutkannya dengan serkas. "Jadi orang tua mu mengajarkan mu untuk bertindak tidak sopan pada suami mu, ya? " Tersenyum smirk menghina wanita itu.
Bukanya marah yang Misca tunjukkan ia malah tersenyum tanpa memutuskan pandangannya dari wajah Navaro. "Oh, harus ku ingatkan padamu Navaro Azael Harold, " katanya dengan berani. "Tanpa jalang ini kamu tidak akan mempunyai keturunan. " Jawabnya tak kalah sombongnya dengan Navaro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Margaret
kakak. kakak. aku jadi miscasss nya, kalian siapa?😌
2025-06-01
0