Bab 20_Salah Tingkah

Setelah berkeliling pesantren, Ros mulai memahami suasana lingkungan yang akan menjadi tempat pelaksanaan program kursus jahit. Ia merasa nyaman berada di sini, melihat bagaimana santri-santri belajar dengan penuh semangat, lingkungan yang asri, serta suasana religius yang terasa begitu menenangkan.

Keinginan Ros sejak dulu yang ingin menjadi santri namun tidak kesampaian, kini terobati rasanya dengan bekerja sama dengan pesantren ini.

Di sisi lain, Fahri merasa pikirannya semakin kacau. Kehadiran Ros begitu mengusik hatinya, meskipun ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya. Ia mencoba bersikap sewajarnya, tetap tenang, tetap ramah, meskipun dalam hatinya ada sesuatu yang bergejolak.

Fahri yang semula punya banyak ide, kini redup seketika, ia menjadi banyak diam dan mendengarkan Ros, Adam, dan Ustadzah Aisyah yang berbicara bergantian. Sesekali Fahri curi-curi pandangan menatap wajah Ros. Namun, Ros tampak tidak menghiraukannya. Ia hanya fokus membahas tentang program jahit yang aka mereka rintis bersama di pesantren ini.

Setelah selesai berkeliling, mereka pun kembali ke rumah.

Saat mereka berjalan kembali ke rumah kiyai Nasir, Ustadzah Aisyah tersenyum dan berkata, "Mbak Ros pasti lelah setelah perjalanan dan diskusi panjang tadi. Bagaimana kalau kita makan siang dulu di rumah Kiyai?"

Ros mengangguk sopan, "boleh sekali, Ustadzah. Dengan senang hati," jawabnya dengan senyum lembut.

Muncul perasaan senang di hati Fahri, sebab itu artinya ia memiliki tambahan waktu untuk bersama dengan Ros.

Adam menimpali dengan semangat, "nah, pas banget! Makanan di rumah Paman jtu luar biasa enaknya. Saya jamin, Mbak Ros pasti suka!"

Fahri hanya tersenyum tipis, tidak banyak bicara. Ia berjalan di belakang mereka, mendengarkan obrolan ringan antara Adam dan Ros.

Setibanya di rumah Kiyai Nasir, suasana terasa hangat dan penuh keakraban. Meja makan sudah disiapkan oleh santri-santri perempuan yang bertugas membantu di rumah Kiyai.

Lauk-pauk tersaji dengan aroma menggugah selera—ada ayam bakar, sayur asam, tahu tempe goreng, dan sambal yang menggoda.

Fahri membantu menuangkan air ke dalam gelas sebelum duduk. Ia memastikan semua orang mendapat bagian lebih dulu sebelum akhirnya mengambil tempat duduk di sisi meja.

Mereka pun duduk mengelilingi meja makan. Ros duduk di antara Ustadzah Aisyah dan Bu Nyai Halimah. Adam duduk diantara Kiyai Nasir dan Fahri. Bu nyai Halimah berhadapan dengan Kiyai Nasir, Adam berhadapan dengan Ros, dan Fahri berhadapan dengan Ustadzah Aisyah.

Saat makan, Fahri makan dengan tenang dan tidak banyak bicara, tapi perhatiannya sebagian besar tertuju kepada Ros.

Saat suasana makan semakin santai, Kiyai Nasir melirik sekilas ke arah Adam dan Ros, lalu tersenyum. Dengan nada bercanda, beliau berkata, "saya perhatikan, Ros dan Adam ini tampaknya seumuran, ya? Sama-sama cerdas, sama-sama ambisius. Kalau ngobrol juga nyambung sekali."

Ucapan itu langsung disambut dengan tawa kecil dari Ustadzah Aisyah dan Bu Nyai Halimah.

Adam terkekeh, lalu menatap Ros dan Fahri dengan senyum menggoda, "lebih cocokan mbak Ros sama Fahri saja, sama-sama pebisnis," goda Adam.

Mendengar ucapan itu, Fahri langsung menatap wajah Ros, dan tersenyum kecil, menunggu reaksi dari Ros.

Ros tertawa kecil, "ah, Ustadz Adam bisa saja. Saya ini sibuk dengan bisnis, belum terpikir ke arah sana," ujarnya sambil tersenyum santai.

Fahri sedikit kecewa, tapi ia kembali bahagia, dari ucapan Ros, itu artinya masih sendiri dan belum punya calon, sebab ia sendiri belum kepikiran ke arah sana.

Ustadzah Aisyah ikut menimpali, "tapi memang betul sih, kalau diperhatikan, Ros dan Fahri punya banyak kesamaan. Bahkan wajahnyamu memiliki kemiripan."

Fahri kembali tersenyum, hatinya berbunga bunga sekali saat ini. Terlebih dikatakan memiliki wajah yang mirip dengan Ros. Tapi, ia langsung beristighfar di dalam hatinya.

"Wah benar, bagaimana ini Fahri?" goda Adam sambil tertawa kecil.

"Ah, sudah sudah, mari lanjut makan," ucap Kiyai Nasir sambil tertawa.

Fahri mengangkat gelasnya, meneguk air dengan perlahan, mencoba mengabaikan percakapan itu. Ia tidak ingin reaksinya terlihat jelas.

Namun, sesekali, saat tak ada yang memperhatikannya, ia menatap Ros dengan diam-diam.

Mengagumi perempuan itu dalam senyap.

Mengulang kembali dalam pikirannya, betapa takdir mempertemukan mereka kembali di tempat ini.

Selepas makan, mereka mengobrol sebentar di ruang tamu. Kemudian Ros pamitan pulang.

Fahri merasa seperti pria pengecut yang membiarkan Ros pergi begitu saja, tanpa memberitahunya bahwa mereka dulu satu sekolah.

"Keren ya mbak Ros ini," puji Ustadzah Aisyah saat mobil Ros meninggalkan pesantren.

"Sudah cantik, cerdas, berpendidikan, dan juga pebisnis," lanjutnya.

"Bener, makanya saya bilang cocok untuk Fahri, Fahri pun kan demikian," ujar Adam, "Bagaimana Fahri, cocok?" goda Adam.

"Ah, kamu ini Dam, perempuan seperti mbak Ros ini pasti punya seleranya sendiri. Tidak sembarang orang bisa dekat dengannya," sahut Fahri menepis godaan itu.

"Tapi kamu juga kan bukan pria sembarangan Fahri, kamu punya usaha, sarjana dari Cairo, apa lagi kurangmu?" tanya Adam.

"Saya bukan pejabat negara Dam, kan bisa saja mbak Ros ini minatnya sama pejabat negara, bukan pebisnis kuliner seperti saya. Atau dia minatnya sama pebisnis garmen atau konveksi," jelas Fahri. Padahal ia sebenarnya sedang mengutarakan kekhawatirannya.

"Betul juga ya Fah, lihat dari gayanya yang elegan, bisa jadi sih dia carinya yang pejabat negara gitu," ucap Adam.

Fahri semakin rendah diri mendengar ucapan Adam, padahal sebelumnya ia sendiri yang mengatakan hal demikian.

*****

Setelah sholat Ashar Fahri pamitan pulang, dan kembali ke kota. Ia benar-benar bahagia hari ini, sebab ia bisa bertemu kembali dengan cinta masa kecilnya, meski gadis itu tampak tak mengenali dirinya.

Di perjalanan pulang dia menyetel sholawat dengan volume pelan, ia menikmati perjalanan ini dengan santai.

Meski ia tidak tahu, apakah nantinya dia punya kesempatan untuk mengobrol dengan Ros atau tidak. Tapi seminimalnya dia sudah tahu, kalau Ros masih sendiri, dan masih hidup di dunia ini.

Setelah dua jam perjalanan, dia memutuskan untuk berhenti, untuk sekedar menikmati teh di sebuah restoran.

Dan tanpa di sangka, takdir kembali mempertemukan mereka. Fahri kembali menatap Ros, tengah sibuk dengan Laptopnya sambil menikmati segelas teh coklat panas.

Tentu saja, Fahri memberanikan diri untuk menghampiri Ros.

"Assalamu'alaikum," sapa Fahri.

Ros mendongak ke arah sumber suara. Tatapannya kini berbeda, tidak lagi seperti saat di pesantren tadi.

Perlahan Ros tersenyum, "wa'alaikumusslam, Ustadz Fahri?"

"Bisa saya duduk?" tanya Fahri sopan.

"Ya, silakan Ustadz," ujar Ros mempersilahkan.

"Jangan panggil Ustadz, panggil Fahri saja," ucapnya.

"Baiklah, Fahri, mau kemana dari mana?" tanya Ros dengan santai.

"Mau ke kota, kembali ke rumah, dari pesantren. Mbak sendiri kok bisa masih ad di sini, saya kirain sudah pulang," ucap Fahri.

"Ohh iya, tadi sempat mampir ke tempat lain, ada urusan kerjaan," sahutnya, "dan ini saya di sini juga lagi nunggu klien," sambungnya.

Fahri mengangguk, dan hendak berkata kata lagi, tapi...

"Nah itu dia sudah datang," ucap Ros sambil menunjuk seorang wanita yang sudah berusia 40 an datang mendekat ke arah mereka.

"Kalau begitu, saya pindah ke meja yang lain saja Mbak," ucap Fahri.

"Loh, kenapa di sini saja, tidak apa apa," ucap Ros.

"Ah, tidak enak, saya pindah saja," ujar Fahri beranjak pergi.

"Eh tunggu!" ujar Ros menghentikan langkah Fahri.

Fahri menoleh ke arah Ros, dengan alis terangkat.

"Jangan panggil saya mbak, kita seumuran loh," ujar Ros sambil tersenyum.

Fahri menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumusslam," jawab Ros lembut.

Di hadapan Ros, Fahri begitu salah tingkah. Ia tidak pernah sesalah tingkah ini sebelumnya.

Terpopuler

Comments

0v¥

0v¥

kenapa klo fahri ama santi, kenapa umi nya fahri tidak setuju, jgn karena masa lalunya santi kelam, semua dimata Allah sama klo benar 2 mau tobat di jalan Allah,

2025-03-09

0

Susi Akbarini

Susi Akbarini

duuhhhhh....
jadi penasarannn...
siapa akhirnya jodoh Santi..
❤❤❤❤❤❤

2025-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!