Satu Atap, Dua Madu 3

    Ya Allah, ya Tuhanku, kuatkan lah aku, doa Almira di dalam hati. Jangan sampai Almira tumbang sebelum melihat semuanya secara jelas.

     Almira menekan tombol play dengan terburu-buru. Dia tak sabar ingin memaki dan membalas perbuatan orang yang sudah memfitnah suaminya. Almira tak akan membiarkan rumah tangganya hancur karena fitnah yang keji ini.

    Duar!!! Mata Almira melotot dan melihat video singkat tersebut berulang-ulang. Suaranya, gerakannya, bahasa tubuhnya, dan juga suara erangan yang khas sangat dia hafal.

    Dengan gerakan lambat Almira meremas dadanya sendiri untuk mengurangi sesak yang amat sangat yang tiba-tiba dia rasakan. Sebelumnya dia tidak memiliki riwayat penyakit paru dan sejenisnya. Tetapi sesak ini seakan benar-benar menghentikan nafasnya, hingga sakit itu menjalar ke seluruh dada dan punggungnya.

   Gawai yang dia pegang dengan satu tangannya yang lain masih memutar video pendek tersebut tapi dia sudah tidak kuat menontonnya lagi. Matanya semakin berkunang-kunang dan semakin lama semakin gelap pandangannya. Hingga akhirnya ponsel tersebut terlepas begitu saja dari tangannya sementara kesadarannya sudah hilang kembali persis saat suntikan anastesi mulai bekerja pada tubuhnya.

       Ruangan tempat Almira di rawat seketika hening. Tak ada suara atau pergerakan apapun selain detik jam dinding yang terus berputar tak kenal lelah.

       Siska yang sedang berada di lorong rumah sakit menuju ruangan tempat sang menantu menunggu pemulihan kesehatan tubuhnya, tersenyum gembira sambil menggendong cucunya yang tampan.

      "Waaah, cucu Eyang, ganteng banget sih. Sayangnya Eyang Kakung masih dalam perjalanan dinas. Kalau enggak, hmm... pasti dia seneng banget." ucap Siska pada cucunya yang masih merah. Bayi itu tetap diam tak bergeming meskipun sang nenek terus mengajaknya ngobrol tentang apa saja.

      Kebahagiaan Siska mudah terlihat oleh siapapun yang berpapasan dengannya hingga terkadang ikut tersenyum melihat ulah nenek baru tersebut.

      "Assalamu'alaikum Bunda. Ci ganteng datang nih." seru Siska sambil membuka pintu ruangan dan menutupnya kembali dengan kakinya.

      Wanita tersebut cukup kesulitan membuka pintu dengan sang cucu yang berada dalam dekapannya. Namun, senyum bahagia yang tersungging di bibir Siska sontak menghilang berganti dengan raut muka yang bingung. Dengan perlahan dia menurunkan bayi mungil itu ke dalam boks yang sudah tersedia tak jauh dari ranjang Almira.

     Pertama kali yang dilakukan Siska setelah berhasil meletakkan cucunya tanpa menimbulkan tangis, adalah memungut ponsel Almira yang tergeletak di lantai dengan kondisi layar yang sedikit retak.

     Sementara itu matanya beralih pada lengan Almira yang menggantung di sisi ranjang. Mata sang menantu yang terpejam rapat menimbulkan banyak tanya di benak nenek baru tersebut.

      Apakah Almira pingsan kembali? Tapi kenapa? Bukannya tadi sudah siuman? Seketika timbul inisiatif Siska untuk memencet tombol darurat di sisi atas tempat tidur Almira.

       Siska masih bingung dengan keadaan ini. Jika tidur biasa Almira pasti akan mendengar seruan salam darinya ataupun pintu yang membuka dan menutup. Sepanjang mengenal Almira, Siska tidak pernah melihat tidur sang menantu yang seperti orang mati begini.

        "Ada apa ya Bu?" belum juga tanda tanya di benaknya terjawab Suster rumah sakit sudah sampai di sana dengan tergopoh-gopoh.

        "Anu Suster. Menantu saya sepertinya pingsan lagi. Padahal saya tinggal sebentar saja tadi. Cuma ambil bayi di ruangan, langsung balik lagi."

        "Apakah tadi pagi sudah berbicara normal?" tanya perempuan berhijab itu sambil memeriksa tekanan darah dan nadi si Almira.

         "Normal. Normal banget malah. Sudah nggak muntah juga seperti semalam. Malah tadi sempat ngecek ponselnya." jawab Siska gugup. Ada kekhawatiran tercetak jelas di wajah perempuan yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah setengah Abad tersebut.

        "Hm. Ini pasien pingsan Bu. Memang ini jarang terjadi kecuali tekanan darahnya tidak normal. Tapi setelah saya cek semua normal. Apa ada keluhan lain dari pasien yang kami tidak tahu?"

        "Nggak Sus. Dia tadi baik-baik saja. Bahkan tidak merasa pusing lagi katanya."

        "Baiklah Bu. Saya koordinasi dulu dengan dokternya. Maaf dokter masih visite ke pasien lain. Sebentar lagi pasti juga ke sini. Saya permisi dulu. Kita sama-sama tunggu dokternya."

         "Iya Sus. Terima kasih." sahut Siska lemah.

         Siska masih terus berpikir kenapa sang menantu terlihat berbeda di lihat dari raut wajahnya. Apa karena suaminya belum datang menengok sehingga dia merasa begitu sedih?

        Tak lama, Siska mengambil gawainya sendiri dan menghubungi putranya. Namun panggilan itu tak terjawab hingga dering di ponsel itu berhenti dengan sendirinya.

        'Huh. Kebiasaan. Pasti bangun kesiangan karena nggak ada Almira yang mengurusnya. Lagian aneh banget Iqbal. Tahu istrinya sedang membutuhkan kehadirannya dia malah pamit pulang.' gerutu Siska kesal.

Entah datang dari mana ide itu hingga pikiran tersebut melintas begitu saja di benaknya. Tanpa banyak berpikir, wanita tersebut mengambil gawai Almira dan langsung memeriksa isinya.

         Setelah beberapa saat memeriksa, dahinya berkerut melihat sebuah video yang masih berputar berulang-ulang di ponsel sang menantu. Karena ruangan tempat diambilnya video bercahaya remang-remang, Siska tak bisa melihat dengan jelas isi video tersebut.

       Tetapi, suara mengerang panjang dan racauan tak jelas itu seketika membuat bulu kuduknya berdiri. Dia tahu persis itu suara apa. Tentu saja hal itu semakin membuat nenek cantik itu penasaran. Tak kehilangan akal, wanita itu langsung mengorek-ngorek isi tas kecilnya untuk mencari kacamata yang selalu di bawanya kemanapun dia pergi.

       Sejak kemampuan penglihatannya menurun, Siska tak lupa membawa benda ajaib itu untuk menolongnya di beberapa kondisi darurat yang sering di alaminya yang berkaitan dengan penglihatan.

      Setelah menemukan benda tersebut, Siska duduk dengan tenang, tepatnya berusaha tenang walaupun tangannya sudah gemetaran sendiri. Siska tahu itu adalah video asusila. Tapi siapakah pelaku dalam video tersebut. Apakah ada hubungannya dengan pingsannya Almira?

     'Dasar anak kurang ajar. Ba**sat!' desis Siska tertahan dengan nafas memburu hingga dadanya terlihat turun naik dengan cepat akibat dirinya yang menahan marah yang amat sangat.

      Dengan cepat, Siska mematikan video tersebut dan menutup layarnya. Siska ingin mengembalikan benda itu ke dalam laci, tapi sayangnya tenaga yang dia miliki tidak memadai dengan keinginan hatinya.

   ..Seandainya tidak mengingat kondisi menantu dan cucunya yang membutuhkan kehadirannya, pasti dia sudah pingsan dari tadi.

     Pantesan Almira sampai pingsan lagi. Seandainya dia yang berada di posisi Almira, tak terbayangkan rasa sakit yang di alaminya. Siska tak sanggup membayangkannya.

     Apalagi kondisi Almira belum pulih seperti semula. Sungguh biadab orang yang ada di dalam video tersebut terlebih yang sengaja mengirimkannya. Semoga Almira bisa cepat sadar dan selamat, kalau itu dirinya rasanya dia ingin mati saja.

     Siska masih bingung dengan isi video berdurasi pendek tersebut. Iqbal tampak begitu menikmati kelakuan bejatnya di luar rumah saat istrinya berjuang melawan maut demi bisa memberikannya keturunan.

     Siska berusaha untuk tidak menangis. Tapi apalah daya, dia hanya seorang manusia biasa. Isakan nya mulai terdengar dan semakin lama semakin keras tak terkendali.

      Siska bingung harus menyikapi kejadian ini dengan cara apa. Tubuh wanita itu terguncang hebat sebelum akhirnya luruh ke sofa dalam posisi miring bertepatan dengan kedatangan seseorang yang langsung menangkap tubuh Siska.

     "Bu, bangun. Ibu, tolong bangun. Ini ada apa?" seru wanita tersebut dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

sukur si ibunya mengutuk juga kelakuan bejat anak kandungnya yg begtu 😡😡

2025-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Satu Atap, Dua madu 1
2 Satu Atap, Dua Madu
3 Satu Atap, Dua Madu 3
4 Satu Atap, Dua Madu 4
5 Satu Atap, Dua Madu 5
6 Satu Atap, Dua Madu 6
7 Satu Atap, Dua Madu 7
8 Satu Atap, Dua Madu 8
9 Satu Atap, Dua Madu 9
10 Satu Atap, Dua Madu 10
11 Satu Atap, Dua Madu 11
12 Satu Atap, Dua Madu 12
13 Satu Atap, Dua Madu 13
14 Satu Atap, Dua Madu 14
15 Satu Atap, Dua Madu 15
16 Satu Atap, Dua madu 16
17 Satu Atap, Dua Madu 17
18 Satu Atap, dua madu 18
19 Satu Atap, Dua Madu 19
20 Satu Atap, Dua Madu 20
21 Satu Atap, Dua Madu
22 Satu Atap, Dua Madu 22
23 Satu Atap, Dua Madu 23
24 Satu Atap, Dua Madu 24
25 Satu Atap, Dua Madu 25
26 Satu Atap, Dua Madu 26
27 Satu Atap, Dua Madu 27
28 Satu Atap, Dua Madu 28
29 Satu Atap, Dua Madu 29
30 Satu Atap, Dua Madu 30
31 Satu Atap, Dua Madu 31
32 Satu Atap, Dua Madu 32
33 Satu Atap, Dua Madu 33
34 Satu Atap, Dua Madu 34
35 Satu Atap, Dua Madu 35
36 Satu Atap, Dua Madu 36
37 Satu Atap, Dua Madu 37
38 Satu Atap, Dua Madu 38
39 Satu Atap, Dua Madu 39
40 Satu Atap, Dua Madu 40
41 Satu Atap, Dua Madu 41
42 Satu Atap, Dua Madu 42
43 Satu Atap, Dua Madu 43
44 Satu Atap, Dua Madu 44
45 Satu Atap, Dua Madu 45
46 Satu Atap, Dua Madu 46
47 Satu Atap, Dua Madu 47
48 Satu Atap, Dua Madu 48
49 Satu Atap, Dua Madu 49
50 Satu Atap, Dua Madu 50
51 Satu Atap, Dua Madu 51
52 Satu Atap, Dua Madu 52
53 Satu Atap, Dua Madu 53
54 Satu Atap, Dua Madu 54
55 Satu Atap, Dua Madu 55
56 Satu Atap, Dua Madu 56
57 Satu Atap, Dua Madu 57
58 Satu Atap, Dua Madu 58
59 Satu Atap, Dua Madu 59
60 Satu Atap, Dua Madu 60
61 Satu Atap, Dua Madu 61
62 Satu Atap, Dua Madu 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Satu Atap, Dua madu 1
2
Satu Atap, Dua Madu
3
Satu Atap, Dua Madu 3
4
Satu Atap, Dua Madu 4
5
Satu Atap, Dua Madu 5
6
Satu Atap, Dua Madu 6
7
Satu Atap, Dua Madu 7
8
Satu Atap, Dua Madu 8
9
Satu Atap, Dua Madu 9
10
Satu Atap, Dua Madu 10
11
Satu Atap, Dua Madu 11
12
Satu Atap, Dua Madu 12
13
Satu Atap, Dua Madu 13
14
Satu Atap, Dua Madu 14
15
Satu Atap, Dua Madu 15
16
Satu Atap, Dua madu 16
17
Satu Atap, Dua Madu 17
18
Satu Atap, dua madu 18
19
Satu Atap, Dua Madu 19
20
Satu Atap, Dua Madu 20
21
Satu Atap, Dua Madu
22
Satu Atap, Dua Madu 22
23
Satu Atap, Dua Madu 23
24
Satu Atap, Dua Madu 24
25
Satu Atap, Dua Madu 25
26
Satu Atap, Dua Madu 26
27
Satu Atap, Dua Madu 27
28
Satu Atap, Dua Madu 28
29
Satu Atap, Dua Madu 29
30
Satu Atap, Dua Madu 30
31
Satu Atap, Dua Madu 31
32
Satu Atap, Dua Madu 32
33
Satu Atap, Dua Madu 33
34
Satu Atap, Dua Madu 34
35
Satu Atap, Dua Madu 35
36
Satu Atap, Dua Madu 36
37
Satu Atap, Dua Madu 37
38
Satu Atap, Dua Madu 38
39
Satu Atap, Dua Madu 39
40
Satu Atap, Dua Madu 40
41
Satu Atap, Dua Madu 41
42
Satu Atap, Dua Madu 42
43
Satu Atap, Dua Madu 43
44
Satu Atap, Dua Madu 44
45
Satu Atap, Dua Madu 45
46
Satu Atap, Dua Madu 46
47
Satu Atap, Dua Madu 47
48
Satu Atap, Dua Madu 48
49
Satu Atap, Dua Madu 49
50
Satu Atap, Dua Madu 50
51
Satu Atap, Dua Madu 51
52
Satu Atap, Dua Madu 52
53
Satu Atap, Dua Madu 53
54
Satu Atap, Dua Madu 54
55
Satu Atap, Dua Madu 55
56
Satu Atap, Dua Madu 56
57
Satu Atap, Dua Madu 57
58
Satu Atap, Dua Madu 58
59
Satu Atap, Dua Madu 59
60
Satu Atap, Dua Madu 60
61
Satu Atap, Dua Madu 61
62
Satu Atap, Dua Madu 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!