Part 4

⭐️⭐️

Sesudah selesai sarapan, Syaina tampak duduk santai di depan televisi ruang keluarga. Wema duduk disebelah Syaina dengan baju santainya.

“Bukankah ini hari minggu, tidakkah kakak habiskan waktu bersama Kate?”

“Inginnya sih begitu, tapi Kate mendadak harus ke kantor,” ucap Wema sambil merampas remot kontrol dari tangan Syaina.

“Kenapa tidak kakak antar?” tanya Syaina dengan nada sedikit meninggi sambil mengambil alih kembali remot kontrol dari tangan kakaknya.

“Untuk apa? Kate bisa nyetir sendiri” jawab Wema seadanya.

Hal tersebut malah makin membuat Syaina geram.

“Dasar cowok! Kenapa aku harus punya kakak sepertimu, nilai kepekaan kakak nol ya, sebesar telur dinosaurus! Dan kenapa juga sahabatku bisa jatuh cinta terhadap orang sepertimu,” ucap Syaina emosi. Sedangkan Wema menatap adiknya sambil berkerut dahi, bingung dengan apa yang adiknya katakan.

“Syaina, kenapa dari dulu sikapku tuh selalu salah dihadapanmu, Kate bilang tadi dia tidak apa-apa kok.”

“Perhatian kakak itu minus ya, untung di perguruan tinggi tidak ada mata kuliah tentang memahami wanita, coba kalau ada, aku bisa tebak dengan keyakinan seribu persen, kalau kakak pasti akan mendapat nilai D-. Kakakku yang jenius … terkadang apa yang diucapkan oleh wanita dengan apa yang ada di dalam hatinya itu bertolak belakang. Kebanyakan wanita sering mengalah karena mereka masih punya keyakinan kalau suatu saat nanti kekasihnya akan mengerti dengan apa yang diharapkannya. Satu hal lagi, walau semandiri apapun seorang wanita, dia tetap ingin diperhatikan,” papar Syaina panjang lebar.

Ucapan Syaina sepertinya tidak sia-sia, setidaknya Wema sedikit serius mencerna ucapan dari adiknya.

“Aku selalu menganggap bahwa apa yang diucapkannya itu sesuai dengan apa yang diinginkan, memang sekompleks itu ya wanita?” ungkap Wema polos. Mendengar ucapan kakaknya, Syaina hanya mampu menghela nafas panjang.

“Wanita itu memang selalu ingin dimengerti dan itu adalah tugas laki-laki, tapi untungnya masih ada satu hal yang bisa aku banggakan sebagai seorang adik, kakak dapat nilai sempurna dalam hal ini, yaitu ke-se-ti-a-an,” sanjung Syaina sambil berlalu meninggalkan Wema dan memberikan remot kontrol ke pangkuan kakaknya dengan cara melempar, namun Wema tidak ada respon sama sekali membiarkan remot televisi mengenai perutnya. Wema masih tertegun, membeku beberapa detik, memikirkan perkataan adiknya dari sudut pandang seorang wanita.

“Baiklah, Kate. Aku akan datang menemuimu,” gumam Wema sambil tersenyum lebar lalu lekas beranjak dari sofa menuju kamar tidurnya.

Ketika Syaina ke dapur, dia mendapati mamanya sedang sibuk membuat sesuatu.

“Mama sedang membuat apa?” tanya Syaina penasaran.

“Pudding strawberry kesukaanmu."

“Mama ….” Rengek Syaina manja dan memeluk mamanya dari belakang sambil mengitip pudingnya yang masih berada di atas kompor menyala. Maklum saja mama dan papa Syaina jarang berada di rumah, mereka sering ke luar negeri. Syaina hanya tinggal berdua dengan kakaknya, hanya ditemani dengan dua orang pembantu rumah tangga dan seorang supir. Sungguh kesepian. Namun satu minggu ini, sampai Syaina berangkat ke Indonesia, mama dan papanya sepakat untuk berada terus di rumah. Inilah kado yang diminta Syaina saat pertunangannya.

“Syaina, kenapa kamu tidak pergi bersama Harry?” tanya mama Syaina.

“Nanti malam. Kata Harry, dia tidak mau mengganggu kebersamaanku dengan mama dan papa. Untuk itu, setelah pertunangan kemaren dia sengaja menahan diri untuk tidak bertemu denganku,” terang Syaina sambil melepas pelukannya dan beralih disebelah mamanya.

“Harry lelaki yang baik ya.” ucap mama Syaina dengan senyuman khas seorang ibu, saat mendapati bahwa anak perempuannya berada dipelukan laki-laki yang benar-benar mencintai putrinya.

“Iya, Ma.”

“Harry sudah tahu tentang keberangkatanmu ke Indonesia?”

“Belum, rencananya nanti malam aku akan memberi tahu dia,” jelas Syaina.

“Syaina, mama boleh nitip sesuatu?”

“Pasti boleh, apa mamaku sayang?”

“Doa untuk kakek dan nenekmu. Sudah dua tahun mama tidak ziarah ke sana.” Sepasang netra perempuan bergelar ibu berkaca kaca..

“Pasti, Ma. Bukan kampung halaman namanya jika tidak meninggalkan rasa rindu,” papar Syaina.

“Itu benar, mama kangen kampung halaman, kangen dengan kakek dan nenekmu,” kenang mama Syaina dengan wajah yang murung. Tiba-tiba papa Syaina datang dari arah belakang, dan langsung memeluk mama Syaina. Adegan yang begitu romantis, batin Syaina.

“Haduh, anaknya ini dapat apa ya? Mamaku sudah dikuasa penuh,” goda Syaina. Mendengar ungkapan Syaina, papa dan mamanya pun serta merta tertawa bersamaan, tersenyum geli.

“Bilang saja iri, iya kan?” sekarang gantian papanya yang menggoda Syaina.

“Kok tahu?” ucap Syaina sambil nimbrung dalam pelukan mama dan papanya.

“Mama sangat senang melihat senyuman di wajahmu ini sayang?” ucap mama Syaina kepada putri yang selalu dianggap princess little-nya, mama Syaina membelai penuh kasih pipi cabi Syaina.

***

“Syaina … Syaina … Syaina ….” Panggil Kate sembari berlari menaiki anak tangga satu persatu dengan berlari menuju kamar Syaina. Syaina kaget dengan suara Kate yang datang tiba-tiba. Namun Kate lebih terkejut lagi dengan apa yang dilihatnya, dikamar Syaina. Kate terbengong sebentar di depan pintu, dan beberapa detik kemudian Kate tidak bisa menahan shocknya.

“Syaina!!” teriak Kate lalu mendekat ke arah Syaina.

“Benar ini kamu? No makeup, no dress, no high hill, no curly hair, and no parfum?” Kate benar-benar kaget melihat perubahan Syaina, dia memutar-mutar tubuh Syaina dan menggoyang-goyangkannya sampai Syaina terlihat pusing, mungkin bintang di atas kepalanya sudah hampir tujuh buah.

“Kate hentikan, aku pusing,” pinta Syaina pasrah.

“Apa kau tidak jadi ke Indonesia besok pagi?”

“Justru aku ini sedang mencoba pakaian yang akan ku pakai ketika di Indonesia nanti,” terang Syaina yang sudah duduk di sofa pink-nya dengan memegangi kepalanya.

“Apa pakaianmu akan seperti ini? Sepatu kets, celana jins, ikat pinggang ala-ala punk, kaos oblong, kemeja kotak-kotak, kalung tengkorang, dan topi butut?” tanya Kate dengan mendiskripsikan semua yang dikenakan Syaina detail mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Apa aku berlebihan?” tanya Syaina sedikit tidak percaya diri.

“Apakah di Indonesia sedang musim punk?” tanya Kate polos.

“Ah tidak, semua ini untuk memberi pelajaran pada orang yang akan kumenejeri.”

“Harus seperti ini?” tanya Kate dan Syaina mengangguk cepat.

“Dia seorang artis Indonesia yang bintangnya sudah sangat redup, banyak skandal yang dilakukan, dan skandal terdasyatnya adalah tentang wanita seksi, dia selalu menginginkan kalau asisten maupun menejernya adalah seorang wanita cantik, berpakaian seksi, feminim, langsing, mempunyai usia yang lebih tua darinya pokoknya idealnya seorang cewek matang menurut versinya. Aku ingin memberi pelajaran padanya. Pokoknya akan kubuat diriku berkebalikan dari semua kriteria menejer sebelumnya,” terang Syaina puas.

“Dia laki-laki obsesi kali ya,” tebak Kate.

“Bukan obsesi. Tapi tidak tahu cara bersyukur,” balas Syaina mengimbuhi predikat baru pada si artis.

“Apa kamu benar-benar akan melakukannya?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!