Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu

Bab 20 – Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu

Alya duduk termenung di tepi ranjangnya. Kepalanya terasa berat. Tekanan itu seakan terus menekan dadanya, membuat napasnya terasa sesak. Ia memijat pelipisnya pelan, mencoba meredakan sakit kepala yang mulai menyerang akibat percakapan panjang yang baru saja ia lalui dengan Randy di kantor.

Pikirannya berputar cepat, mengulang kembali setiap kata yang Randy ucapkan saat menjelaskan isi pertemuannya dengan Laras—Mamanya.

"Mama kamu benar-benar serius, Alya. Aku sudah mencoba menjelaskan semuanya. Tapi dia... dia nggak mau mendengar. Mama bilang perjodohan ini adalah jalan terbaik demi masa depan keluarga kita. Dia tidak akan menyerah begitu saja."

Kalimat itu terus menggema di kepala Alya. Ia meraih ponselnya dengan lemas. Pesan dari Randy masuk beberapa menit lalu.

“Maaf, Alya. Aku sudah berusaha, tapi Mama kamu keras kepala. Sepertinya dia benar-benar ingin semuanya berjalan sesuai keinginannya.”

Alya menatap layar ponsel itu lama. Matanya mulai terasa panas, tapi air matanya tak juga jatuh. Mungkin karena ia sudah terlalu sering berada dalam situasi seperti ini—dipaksa memilih bukan atas dasar perasaan, tetapi atas dasar kepentingan.

Ia menghela napas dalam-dalam, lalu bangkit. Diteguknya segelas air putih untuk menenangkan diri, tapi tetap saja rasa sesak itu tidak hilang. Rasa seperti dicekik oleh ekspektasi, oleh ambisi orang tuanya, oleh kehidupan yang seakan tak memberinya pilihan selain patuh.

Tiba-tiba ponselnya kembali bergetar.

Calvin.

“Aku di depan apartemen.”

Alya terdiam sejenak. Ia mengerutkan kening. Ia memang pernah mengirimkan share-loc apartemennya pada Calvin beberapa waktu lalu ketika pria itu iseng bertanya di mana ia tinggal. Ia tak mengira Calvin akan benar-benar datang.

Tergesa, Alya berjalan ke pintu. Saat ia membukanya, sosok Calvin berdiri di sana—dengan jaket hitam, tangan diselipkan ke dalam saku, dan tatapan mata yang seperti biasa… dingin dan tajam, tetapi malam ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dalam sorot matanya. Seperti seseorang yang diam-diam mengamati retakan hati orang lain, walau tak tahu harus berkata apa.

“Kenapa kamu di sini?” tanya Alya, suaranya serak tapi tetap tenang.

“Cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja.”

Alya mengedipkan mata, sedikit terkejut. Kalimat itu begitu sederhana, tapi ada getaran halus di dalamnya. Getaran yang membuat hatinya bergetar… karena ia tahu, Calvin bukan tipe pria yang mudah peduli.

Ia mundur memberi jalan, dan Calvin pun melangkah masuk, duduk tanpa berkata apa-apa. Hening menyelimuti ruang tamu yang temaram.

“Kamu kelihatan kacau,” ujar Calvin akhirnya, dengan nada datar tapi tajam seperti biasa.

Alya tertawa hambar. “Kamu memang nggak pernah basa-basi, ya?”

Calvin mengangkat bahu. “Ngapain basa-basi kalau aku bisa bilang langsung?”

Alya tidak menjawab. Ia hanya menunduk. Tangannya meremas bantal kecil di sofa, berusaha menahan gejolak emosinya sendiri.

“Banyak pikiran?” tanya Calvin lagi.

“Ya… semacam itu.”

“Masalah keluarga?”

Alya mengangguk pelan, tapi tidak memberi penjelasan lebih jauh.

Calvin mengamati wajahnya. Ia tahu ada sesuatu yang lebih dalam di balik mata itu. Tapi ia tidak mendesak. Ia tahu rasanya saat luka terlalu dalam untuk diceritakan.

“Kamu nggak harus cerita kalau belum siap,” katanya pelan.

Alya menoleh, menatap wajah pria itu. Ia tidak pernah menyangka Calvin bisa punya sisi selembut ini. Selama ini ia hanya melihat sisi dingin dan tak tersentuh dari pria itu. Tapi malam ini… entah kenapa, Calvin terasa lebih dekat. Lebih nyata. Lebih hangat dalam caranya yang tidak biasa.

“Aku cuma lelah,” bisik Alya akhirnya.

Calvin mengangguk sekali, lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.

Lagi-lagi hening. Tapi tidak membebani. Justru hening itu terasa menenangkan. Seperti ruang aman yang tak membutuhkan kata-kata.

Alya memejamkan matanya sejenak. Hatinya berdebar tidak karuan. Ia ingin bercerita. Ingin sekali. Tapi ia takut… takut jika Calvin tahu semuanya, ia akan pergi.

Ia membuka mata dan melirik Calvin. “Kamu pernah merasa... seperti hidup kamu sudah ditentukan orang lain sejak awal?”

Calvin menoleh, menatapnya lama.

“Pernah,” jawabnya pelan. “Dan itu menyebalkan.”

Alya tersenyum kecil. Senyum yang pahit. “Aku sedang mengalaminya sekarang.”

“Tapi kamu bisa melawan.”

Alya menggeleng. “Kadang… melawan pun terasa sia-sia.”

Calvin menatapnya dalam. Ada luka di sana. Luka yang tak terlihat tapi terasa begitu nyata. Ia tidak tahu apa yang sedang Alya sembunyikan. Tapi satu hal yang pasti… ia ingin menjadi orang yang tidak pergi. Setidaknya kali ini.

“Kalau kamu butuh tempat untuk bersandar, aku di sini,” ucapnya pelan.

Alya menoleh cepat. Sorot matanya sedikit terkejut.

“Kamu?”

Calvin mengangguk. “Mungkin aku bukan orang yang baik. Tapi aku tahu rasanya jadi seseorang yang terlalu sering dituntut, terlalu sering dipaksa kuat.”

Alya akhirnya menunduk, dan untuk pertama kalinya… air mata itu jatuh, tanpa bisa ia tahan.

Calvin tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya membiarkan Alya menangis, tanpa menghakimi, tanpa bertanya—hanya duduk di sampingnya, diam, tapi menjadi satu-satunya yang membuat Alya merasa tidak sendiri malam ini.

Dan untuk pertama kalinya… Alya merasa sedikit lebih ringan.

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3 Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4 Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5 Bab 5 Rasa Penasaran
6 Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7 Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8 Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9 Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10 Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11 Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12 Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13 Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14 Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15 Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16 Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17 Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18 Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19 Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20 Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21 Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22 Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23 Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24 Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25 Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26 Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27 Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28 Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29 Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30 Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31 Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32 Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33 Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34 Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35 Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36 Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37 Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38 Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39 Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3
Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4
Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5
Bab 5 Rasa Penasaran
6
Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7
Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8
Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9
Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10
Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11
Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12
Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13
Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14
Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15
Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16
Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17
Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18
Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19
Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20
Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21
Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22
Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23
Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24
Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25
Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26
Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27
Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28
Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29
Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30
Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31
Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32
Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33
Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34
Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35
Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36
Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37
Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38
Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39
Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!