Bab 17 Di Balik Senyum Calvin

Bab 17: Di Balik Senyum Calvin

Alya menatap tangan Calvin yang terbalut perban. Luka itu terlihat jelas meskipun ia berusaha menyembunyikannya di balik lengannya. Mata Alya menyipit, mencoba memahami situasi, tetapi Calvin hanya duduk tenang, menyandarkan punggungnya ke kursi kafe seperti tidak terjadi apa-apa.

"Apa yang terjadi?" tanyanya akhirnya, suaranya terdengar lembut namun penuh ketegasan.

Calvin mengangkat bahu, menatap cangkir kopinya sebelum akhirnya menoleh ke Alya dengan senyum tipis. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan."

Alya tidak terpengaruh oleh jawaban itu. Ia mengenal tatapan seseorang yang sedang berusaha menutupi sesuatu. "Aku tanya apa yang terjadi dengan tanganmu."

Calvin diam sejenak, kemudian menatap lurus ke depan. "Aku memecahkan cermin," katanya singkat.

Alya mengerutkan kening. "Kenapa?"

Senyuman itu kembali muncul di bibir Calvin, tetapi Alya tahu itu bukan senyuman bahagia. Itu adalah senyuman seseorang yang terbiasa menyembunyikan rasa sakitnya.

"Terkadang, aku nggak suka melihat bayanganku sendiri," ucapnya ringan, seolah yang ia katakan hanyalah fakta sederhana.

Alya menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Ia tidak mengenal Calvin cukup lama, tetapi ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya ingin bertahan.

"Apa yang kamu lihat di cermin itu, Calvin?" tanyanya pelan.

Calvin menatapnya dalam diam, lalu kembali menyesap kopinya sebelum menjawab, "Seseorang yang seharusnya nggak ada."

Alya menggigit bibirnya. Ada banyak pertanyaan di kepalanya, tetapi ia tahu Calvin bukan tipe orang yang akan menjawabnya dengan mudah.

Mereka kembali diam. Hanya suara kendaraan dan hiruk-pikuk kota yang mengisi ruang di antara mereka.

Tetapi dalam diam itu, Alya menyadari sesuatu.

Calvin tidak baik-baik saja.

Dan meskipun ia tidak tahu seberapa dalam luka yang pria itu sembunyikan, Alya ingin mengulurkan tangannya.

Namun, pertanyaannya adalah...

Apakah Calvin akan membiarkannya?

**

Calvin menatap tangan yang terbalut perban itu setelah Alya pergi.

Ia tahu gadis itu penasaran.

Ia tahu Alya tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan jawaban.

Tetapi apakah Calvin siap memberikan jawaban itu?

Tidak.

Karena jawaban itu terlalu kelam.

Karena jika Alya mengetahuinya, ia mungkin akan pergi—seperti orang-orang lainnya.

Seperti Nadine.

Calvin menarik napas panjang, pikirannya kembali ke masa lalu.

Saat Nadine datang ke dalam hidupnya, ia pikir ia bisa memiliki seseorang yang benar-benar memahami dirinya.

Tetapi semakin Nadine mencoba mendekat, semakin ia mendorongnya menjauh.

Ia tidak tahu bagaimana menerima cinta.

Ia tidak tahu bagaimana caranya mempercayai seseorang.

Dan pada akhirnya, ia menyakiti satu-satunya orang yang mungkin bisa menyelamatkannya.

Dan sekarang, Alya datang.

Alya yang tidak takut dengan sikap dinginnya.

Alya yang keras kepala dan tidak mau menyerah.

Alya yang mungkin bisa melihat luka yang selama ini ia sembunyikan.

Tapi apakah ia benar-benar ingin seseorang melihatnya?

Apakah ia siap untuk melepaskan topeng yang selama ini ia pakai?

Calvin menatap pantulannya di gelas kaca.

Senyuman itu masih ada.

Senyuman yang ia pakai sejak kecil.

Senyuman yang menyembunyikan luka yang tidak pernah benar-benar sembuh.

Dan mungkin...

Luka itu tidak akan pernah sembuh.

**

Sepulang dari kafe, Calvin berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Hujan baru saja berhenti, meninggalkan aroma tanah basah yang bercampur dengan udara dingin malam itu.

Kepalanya penuh dengan pikiran yang berputar-putar. Tentang Alya. Tentang Nadine. Tentang dirinya sendiri.

Tangannya masih sedikit berdenyut karena luka yang belum sepenuhnya sembuh. Tetapi rasa sakit itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang ia rasakan di dalam hatinya.

Calvin berhenti di depan sebuah jendela toko yang gelap. Refleksinya terlihat samar di sana, bercampur dengan pantulan lampu jalan.

Ia menatap matanya sendiri.

Mata seorang lelaki yang penuh luka.

Lelaki yang tidak pernah benar-benar tahu bagaimana rasanya dicintai tanpa syarat.

Lelaki yang selalu merasa sendirian, bahkan di tengah keramaian.

Tangannya terangkat, hampir menyentuh bayangannya sendiri.

Tetapi ia berhenti.

Karena ia tahu…

Bayangan itu bukan dirinya yang sebenarnya.

Bayangan itu adalah seseorang yang ia ciptakan untuk bertahan hidup.

Seseorang yang ia gunakan untuk menyembunyikan rasa sakitnya.

Ia menghela napas, lalu melangkah pergi.

Karena pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar bisa menyelamatkannya dari dirinya sendiri.

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3 Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4 Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5 Bab 5 Rasa Penasaran
6 Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7 Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8 Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9 Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10 Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11 Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12 Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13 Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14 Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15 Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16 Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17 Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18 Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19 Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20 Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21 Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22 Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23 Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24 Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25 Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26 Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27 Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28 Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29 Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30 Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31 Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32 Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33 Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34 Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35 Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36 Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37 Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38 Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39 Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3
Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4
Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5
Bab 5 Rasa Penasaran
6
Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7
Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8
Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9
Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10
Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11
Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12
Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13
Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14
Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15
Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16
Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17
Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18
Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19
Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20
Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21
Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22
Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23
Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24
Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25
Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26
Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27
Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28
Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29
Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30
Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31
Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32
Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33
Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34
Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35
Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36
Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37
Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38
Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39
Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!