Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah

Bab 11: Alya yang Tak Mau Menyerah

Alya duduk di sofa apartemennya, masih merasakan tekanan dari pertemuan dengan Mamanya beberapa jam yang lalu. Wanita paruh baya itu datang dengan satu tujuan, memastikan Alya menerima perjodohan dengan Randy.

"Alya, ini bukan hanya tentang kamu. Ini tentang keluarga, bisnis, dan masa depanmu," ucap Mamanya dengan nada penuh ketegasan.

Tapi Alya tidak peduli. Baginya, Randy hanyalah sahabat. Dia tahu Randy pria yang baik, terlalu baik bahkan, dan itu yang membuatnya tidak bisa membayangkan hidup dengan seseorang yang hanya ia anggap sebagai saudara.

"Ma, aku sudah besar. Aku tahu apa yang aku mau," balasnya, mencoba tetap tenang meskipun di dalam hatinya ia marah.

Mamanya mendesah, lalu berdiri dengan penuh wibawa. "Kamu pikir hidup hanya tentang apa yang kamu mau, Alya? Suatu saat kamu akan mengerti bahwa cinta saja tidak cukup. Kamu butuh kestabilan, dan Randy bisa memberimu itu."

Alya menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak membalas dengan kata-kata yang lebih tajam. Setelah Mamanya pergi, ia menghembuskan napas berat dan menatap langit-langit.

Dia tidak akan menyerah begitu saja.

***

Malam itu, Alya duduk di teras kafe tempat ia sering menghabiskan waktu. Kopi di cangkirnya sudah hampir habis, tapi pikirannya masih sibuk memikirkan Calvin. Pria itu benar-benar berbeda dari siapapun yang pernah ia kenal—dingin, penuh teka-teki, tapi justru itulah yang membuatnya semakin tertarik.

Matanya menangkap sosok yang baru saja masuk ke dalam kafe. Calvin.

Jantungnya berdegup lebih cepat. Dengan cepat, Alya berdiri dan menghampiri pria itu sebelum dia sempat duduk.

"Hai," sapanya, mencoba bersikap santai meski jantungnya berdetak kencang.

Calvin menoleh, alisnya sedikit terangkat. 

Alya tersenyum, mengambil tempat duduk di depannya sebelum pria itu sempat menolak.

Calvin menatapnya tanpa ekspresi. "Apa yang kamu mau?"

Alya pura-pura berpikir. "Ngobrol. Seperti yang dilakukan orang-orang normal."

Calvin mendengus pelan, tapi tidak langsung menyuruhnya pergi. Itu sudah cukup bagi Alya.

Calvin menyesap kopinya dengan santai, seolah pertanyaan Alya tidak terlalu penting. Tatapannya tetap dingin, tapi ada sedikit kilatan geli di matanya.  

"Apa kamu sudah save nomorku di ponselmu?" ta Alya, menatap Calvin penuh harap.  

Calvin mengangguk pelan, lalu tersenyum miring. "Iya."  

Alya mengerutkan kening, merasa aneh dengan sikap pria itu. "Terus, kenapa nggak menghubungi aku lebih dulu?" tanyanya, mencondongkan tubuh ke depan dengan penasaran.  

Calvin menaruh cangkir kopinya di meja, lalu menatap Alya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Kalau aku menghubungimu lebih dulu, itu artinya aku tertarik."  

Alya mengerjapkan matanya, sedikit terkejut dengan jawabannya. "Dan?"  

Calvin menyeringai kecil. "Dan aku bukan tipe orang yang menunjukkan ketertarikanku dengan cara seperti itu."  

Alya menatapnya dengan penuh selidik. "Jadi, kamu tertarik atau nggak?"  

Calvin tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap Alya dalam-dalam sebelum akhirnya mengangkat bahu. "Itu sesuatu yang harus kamu cari tahu sendiri."  

Alya mendengus pelan, tapi senyumnya semakin lebar. Calvin memang sulit ditebak, dan itu justru membuatnya semakin tertarik.

Selama beberapa minggu setelahnya, Alya semakin gencar mendekati Calvin. Ia selalu menemukan alasan untuk muncul di tempat yang sama dengan pria itu. Awalnya, Calvin selalu berusaha menghindar, tapi lama-lama dia mulai terbiasa dengan kehadiran Alya.

"Apa kamu tidak punya kesibukan lain selain menggangguku?" tanya Calvin suatu malam, ketika Alya kembali muncul di kafe.

Alya tertawa kecil. "Mengganggu? Aku hanya ingin berteman."

Calvin menatapnya, mata gelapnya seolah mencoba menembus pikirannya. "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan, Alya."

"Tahu," Alya menatapnya dengan penuh keyakinan. "Aku ingin mengenalmu."

Calvin terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas. "Kamu terlalu keras kepala."

Alya tersenyum. "Sudah biasa aku dengar."

Alya tahu dia sedang bermain api. Tapi dia tidak peduli. Entah mengapa, ada sesuatu dalam diri Calvin yang membuatnya tidak bisa mundur. Ada luka di matanya, ada rahasia yang ia sembunyikan. Dan Alya ingin tahu semuanya.

Dia tidak akan menyerah.

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3 Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4 Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5 Bab 5 Rasa Penasaran
6 Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7 Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8 Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9 Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10 Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11 Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12 Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13 Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14 Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15 Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16 Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17 Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18 Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19 Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20 Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21 Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22 Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23 Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24 Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25 Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26 Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27 Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28 Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29 Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30 Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31 Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32 Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33 Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34 Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35 Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36 Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37 Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38 Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39 Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3
Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4
Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5
Bab 5 Rasa Penasaran
6
Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7
Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8
Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9
Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10
Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11
Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12
Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13
Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14
Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15
Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16
Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17
Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18
Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19
Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20
Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21
Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22
Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23
Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24
Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25
Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26
Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27
Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28
Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29
Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30
Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31
Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32
Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33
Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34
Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35
Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36
Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37
Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38
Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39
Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!