Bab 7 Nadine Sang Pendengar

Bab 7 : Nadine Sang Pendengar

Nadine mengeratkan jemarinya di balik celemek kerjanya. Ia tahu batasannya, tapi tatapan Randy penuh harap. Pria itu bukan hanya atasannya, tapi juga seseorang yang baru beberapa hari lalu dikenalnya.

Randy tersenyum tipis, melihat keraguan di wajah Nadine. “Sebentar saja.”

Nadine menarik napas pelan, lalu mengangguk. “Baik, Pak.”

Randy melangkah lebih dulu, dan Nadine mengikutinya dari belakang. Mereka keluar dari kantor menuju sebuah kafe kecil di dekat gedung tempat mereka bekerja. Suasana di dalamnya tenang, hanya ada beberapa pelanggan yang sedang menikmati makan siang.

“Duduklah,” ujar Randy, menarik kursi untuk Nadine.

Nadine ragu sejenak sebelum duduk. Ia merasa canggung. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa seorang petinggi perusahaan sepertinya akan mengajaknya makan siang.

Seorang pelayan datang, dan Randy langsung memesan makanan. “Saya pesan nasi goreng spesial dan es teh. Kamu mau makan apa?”

Nadine menggeleng cepat. “Saya tidak lapar, Pak.”

Randy menghela napas. “Setidaknya minum sesuatu?”

Nadine berpikir sejenak. “Jus jeruk saja, Pak.”

Pelayan mencatat pesanan mereka lalu pergi. Suasana di antara mereka terasa canggung. Nadine menundukkan kepala, memainkan ujung celemeknya.

“Kamu betah, kerja disini?”

Nadine menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Iya, Pak. Saya bersyukur bisa bekerja di sini.”

Randy mengangguk pelan. “Bagus kalau begitu.”

Hening lagi. Nadine merasa bingung dengan situasi ini. Randy sepertinya butuh teman bicara, tapi kenapa harus dirinya?

Tak lama, pesanan mereka datang. Randy mulai makan, sementara Nadine hanya meminum jusnya perlahan.

“Kamu tahu?” Randy tiba-tiba berkata. “Terkadang saya iri dengan orang-orang yang bisa hidup dengan sederhana.”

Nadine mengernyit bingung. “Maksud Bapak?”

Randy tersenyum kecil. “Saya selalu sibuk. Dari kecil saya dituntut untuk terus bekerja keras. Kadang saya ingin punya hidup yang lebih sederhana, seperti kamu.”

Nadine terdiam. Dia tidak tahu harus merespons bagaimana.

“Kamu bahagia dengan hidupmu sekarang?” tanya Randy lagi.

Nadine berpikir sejenak sebelum menjawab. “Saya tidak tahu, Pak. Tapi saya berusaha mensyukuri apa yang saya punya.”

Randy menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum. “Kamu orang yang kuat.”

Nadine tersenyum kecil, merasa tersanjung sekaligus bingung.

Randy mengaduk es tehnya dengan sendok kecil, menatap cairan kecokelatan yang berputar di dalam gelas. Nadine, yang duduk di depannya, menunggu dengan sabar, tidak ingin memaksanya bicara.  

“Ada hal-hal dalam hidup yang tidak bisa kita kendalikan, Nadine,” akhirnya Randy membuka suara.  

Nadine tetap diam, membiarkan pria itu melanjutkan.  

“Saya tumbuh di keluarga yang menuntut banyak hal. Sejak kecil, saya harus jadi yang terbaik. Tidak boleh salah, tidak boleh lemah. Dan sekarang, setelah semua yang saya capai, saya masih merasa kosong.”  

Nadine mengerutkan kening, mencoba memahami kata-kata Randy. “Kosong?”  

Randy mengangguk pelan. “Apa gunanya sukses kalau saya tidak benar-benar bahagia? Setiap hari hanya tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan ekspektasi orang-orang. Saya lelah.”  

Nadine menggigit bibirnya, merasa simpati. Dia tidak pernah berpikir bahwa seorang pria seperti Randy—yang tampak sempurna dari luar—bisa merasa seperti itu.  

“Kadang kita hanya butuh jeda, Pak,” ujar Nadine akhirnya. “Mungkin Bapak terlalu keras pada diri sendiri.”  

Randy terkekeh pelan. “Mungkin.” Ia menatap Nadine sejenak sebelum berkata, “Kamu pasti berpikir, kenapa saya cerita ini ke kamu?”  

Nadine sedikit terkejut, tapi mengangguk jujur.  

Randy tersenyum. “Karena kamu terlihat jujur. Tulus. Saya jarang bertemu orang seperti itu.”  

Pipi Nadine sedikit memanas. Ia tidak tahu harus berkata apa.  

Randy melanjutkan, “Saya iri dengan orang-orang seperti kamu, Nadine. Bisa hidup tanpa harus memikirkan tekanan yang besar.”  

Nadine menggeleng. “Saya juga punya beban, Pak. Mungkin berbeda, tapi tetap berat bagi saya.”  

Randy terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Benar. Semua orang punya beban masing-masing.”  

Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.  

Setelah beberapa saat, Randy menghela napas panjang. “Terima kasih sudah mendengarkan.”  

Nadine tersenyum tipis. “Saya tidak bisa memberi solusi, tapi saya bisa mendengar.”  

“Itu sudah lebih dari cukup,” kata Randy, kali ini dengan ekspresi yang lebih tenang.  

Obrolan mereka berakhir di situ, tapi Nadine tahu bahwa pertemuan ini akan membekas dalam ingatannya. Ada sesuatu di mata Randy—sebuah kesepian yang tak pernah ia lihat sebelumnya.  

Dan ia bertanya-tanya, apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih dari pertemuan mereka?

Setelah selesai makan, Randy membayar dan mereka pun keluar dari kafe.

“Terima kasih sudah menemani saya,” ujar Randy ketika mereka kembali ke kantor.

“Sama-sama, Pak,” jawab Nadine pelan.

Randy menatapnya sejenak sebelum berkata, “Saya harap kita bisa mengobrol lagi lain kali.”

Nadine tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis sebelum kembali ke pekerjaannya.

Hatinya masih bertanya-tanya, kenapa Randy tiba-tiba tertarik untuk mengobrol dengannya?

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3 Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4 Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5 Bab 5 Rasa Penasaran
6 Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7 Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8 Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9 Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10 Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11 Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12 Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13 Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14 Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15 Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16 Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17 Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18 Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19 Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20 Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21 Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22 Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23 Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24 Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25 Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26 Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27 Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28 Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29 Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30 Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31 Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32 Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33 Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34 Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35 Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36 Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37 Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38 Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39 Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy
3
Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan
4
Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius
5
Bab 5 Rasa Penasaran
6
Bab 6 Perjodohan yang Tak Diinginkan
7
Bab 7 Nadine Sang Pendengar
8
Bab 8 Langkah Awal Menuju Hati Calvin
9
Bab 9 Dinginnya Sikap Calvin, Namun Ada Rasa Penasaran
10
Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
11
Bab 11 Alya yang Tak Mau Menyerah
12
Bab 12 Nadine di Balik Seragam Cleaning Service
13
Bab 13 Randy yang Mulai Peduli
14
Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor
15
Bab 15 Ketertarikan yang Berbahaya
16
Bab 16 Calvin, Lelaki dengan Masa Lalu Kelam
17
Bab 17 Di Balik Senyum Calvin
18
Bab 18 Perjodohan yang Dipaksakan
19
Bab 19 Tatapan yang Menyimpan Luka
20
Bab 20 Di Bawah Tekanan dan Tatapan Dingin Itu
21
Bab 21 Mimpi Buruk yang Selalu Kembali
22
Bab 22 Saat Semua Terasa Menyesakkan
23
Bab 23 Nadine dan Hati yang Tak Bisa Dibohongi
24
Bab 24 Suara Hati yang Tak Terucap
25
Bab 25 Bayangan Luka yang Belum Sembuh
26
Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka
27
Bab 27 Amarah Seorang Ibu, Luka Seorang Anak
28
Bab 28 – Cinta yang Tak Sejalan, Rencana yang Tak Berjalan
29
Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan
30
Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine
31
Bab 31 – Bayangan Masa Lalu yang Tak Terlupakan
32
Bab 32 – Luka yang Kembali Terbuka
33
Bab 33 – Tertarik Bukan Cinta
34
Bab 34 – Antara Pilihan dan Keharusan
35
Bab 35 – Bayang-Bayang yang Tak Pernah Diinginkan
36
Bab 36 – Bayangan yang Terus Mengintai
37
Bab 37 – Rahasia yang Tak Pernah Usai
38
Bab 38 – Gaun yang Tak Pernah Kupinta
39
Bab 39 – Tatapan yang Menghakimi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!