Bab 20

Alletta terkejut saat seseorang menariknya masuk ke dalam lorong yang sepi.

"Kamu jual diri, ya?"

Alletta semakin terkejut mendengar pertanyaan itu.

Leana, wanita cantik berumur 25 tahun yang telah menarik Alletta ke lorong sepi. Wajah Lea terlihat menahan amarah. Bahkan cengkraman tangannya di tangan Alletta pun sangat erat.

"M-maksud Bu Lea apa?" Alletta meringis seraya berusaha melepaskan cengkraman itu.

"Jangan pura-pura! Beberapa kali saya lihat kamu 1 mobil sama Pak Kean. Saya juga tau kalau beberapa hari lalu kamu makan malam bersama Pak Kean, Pak Tenggara dan Pak Reygan di restoran!"

Alletta terbelalak mendengar penuturan Lea. Bagaimana wanita itu tau? Kalau sudah seperti ini, dia tidak bisa mengelak.

"Ngaku kamu! Selain jual diri ke Pak Kean, pasti kamu jual diri ke mereka juga, kan?!" sentak Lea terus menekan Alletta agar mengaku.

"Nggak, Bu. Saya gak pernah jual diri!" elak Alletta.

Lea mendengus. "Ganjen sekali kamu sama mereka! Sadar Alletta, kamu dan mereka itu gak setara! Gadis kampungan kaya kamu itu gak cocok sama Pak Kean ataupun Pak Tenggara dan Pak Reygan!"

"K-kita cuma teman. Saya gak ada hubungan lebih sama mereka bertiga. Ibu jangan asal menuduh, saya bisa tuntut Anda atas kasus pencemaran nama baik!" ancam Alletta.

Bukannya takut, Lea malah tertawa sinis. "Kamu mau nuntut saya?" Wanita itu semakin mendekat pada Alletta.

"Dari segi penampilan saja, sudah menjelaskan kelas kamu, Alletta. Jangan main-main atau saya tidak tinggal diam dan memberi kamu pelajaran yang gak akan pernah kamu lupakan!"

Alletta menatap tajam Leana. "Meskipun saya berada di bawah Bu Lea, setidaknya saya masih punya sopan santun!"

Leana melotot tajam. "Kurang ajar! Berani sekali kamu berkata seperti itu sama saya?! Mau saya laporin ke Pak Keandra, hah?!" sentak nya.

"Silakan, saya gak takut. Selagi saya benar, buat apa takut? Lagi pula kita sama-sama makan nasi," sinis Alletta. Setelah itu dia berbalik meninggalkan Leana yang mengerang kesal.

****

Ternyata hidup sebagai orang yang berkecukupan selalu saja mendapat banyak ujian. Padahal mereka hanya diam, tapi masih saja banyak yang membully. Benar kata orang, uang adalah segalanya. Dengan adanya uang, kita bisa memiliki kekuasaan. Itu sebabnya Alletta ingin kaya. Tapi sampai sekarang dia tidak kaya kaya. Yang ada kaya orang stress.

Tapi untuk kebutuhan sehari-hari, syukurnya masih bisa tercukupi, bahkan lebih. Ini semua berkat Keandra yang menerimanya bekerja di perusahaan, kalau tidak diterima, mungkin Alletta sedang luntang-lantung di jalanan untuk mencari pekerjaan. Terlebih, mencari pekerjaan bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak orang di luar sana yang jadi pengangguran karena sulit mendapat pekerjaan. Apalagi syarat-syarat nya yang tidak masuk akal.

"Alletta, kamu ikut saya menghadiri pertemuan dengan Pak Willie."

Ya Tuhan, entah ini kabar baik atau kabar buruk untuk Alletta.

"Kok saya, Pak?" tanya Alletta gugup.

Sekarang dia ada di ruangan Keandra karena pria itu yang memintanya untuk datang, tak lupa Alletta juga membuatkan kopi untuk Keandra.

"Lah kenapa? Kamu bekerja sama saya kan?"

"I-iya, tapi kan itu bukan tugas saya. Harusnya Pak Jovandra yang menemani Bapak ke sana," balas Alletta.

Harusnya memang begitu.

"Suka-suka saya. Memangnya kamu siapa ngatur-ngatur? Kamu bosnya?"

Keandra selalu bisa membuat Alletta skakmat. Gadis itu menghela nafas berat. Aneh saja, karyawan biasa seperti dirinya malah diajak ke pertemuan dengan klien besar mereka.

"Saya mengajak kamu karena public speaking kamu bagus, Alle. Siapa tau nanti saya butuh bantuan kamu di sana," ujar Keandra membuat Alletta paham.

"Iya, Pak," balas Alletta pada akhirnya. "Kapan berangkatnya?"

"Hari Sabtu pagi, Minggu sore kita pulang," jawab Keandra.

Alletta mengangguk paham. "Ada yang bisa saya bantu lagi? Kalau tidak ada, saya permisi."

Keandra mengangguk. "Ya, silakan keluar."

Alletta membungkuk pada Keandra lalu segera keluar dari sana.

Kenapa harus aku?! Pak Jovan juga bagus public speaking nya! Batin Alletta berteriak. Terlihat sekali kalau itu semua hanya akal-akalan Keandra saja.

"Sabar, Alletta. Dia bos kamu," gumamnya seraya mengelus dada.

Entah bagaimana reaksi teman-temannya nanti, apakah mereka akan kaget?

"Pasti Keyla makin ngejek aku kalau gini," gumamnya lagi.

Keyla itu hobi mengejeknya dengan Pak Kean. Pasti gadis itu akan berfikir yang aneh-aneh.

"Disuruh ngapain lagi kali ini, Ta?" tanya Sella.

Alletta ragu untuk menjawab. "Nanti aja, tunggu pulang dari kantor."

Mendengar jawaban dari Alletta, Keyla pun tersenyum menggoda. "Pasti ada something ya?"

"Key!" tegur Alletta melotot tajam. Dia takut karyawan lain mendengarnya dan mereka bisa berfikir yang tidak-tidak.

"Hehehe..." Keyla menyengir lebar, hal itu membuat Alletta berdecak kesal.

****

"Kamu membantah ucapan saya?"

Baru saja membuka pintu mobil, Alletta langsung ditodong pertanyaan oleh Keandra. Terlebih wajah pria itu terlihat kesal.

"M-maksud nya apa, Pak?" tanya Alletta gugup. Dengan ragu dia duduk di samping Keandra lalu menutup pintunya.

"Saya bilang, jangan terima tamu di malam hari. Tapi kenapa kamu ngeyel?"

Alletta mengerutkan keningnya bingung. "Bapak tau dari mana?"

"Kamu gak perlu tau tentang itu. Yang penting, kamu melanggar apa yang saya ucapkan!"

"Pak Lorenzo sama Pak Reygan ya? Mereka cuma mau main aja, Pak," bela Alletta.

"Masih aja kamu ngeyel. Mereka itu laki-laki, Alle. Kalau mereka aneh-aneh sama kamu, gimana?" Tatapan Keandra semakin tajam. Tangannya mencengkram setir mobil sampai urat di tangannya timbul.

"Gak aneh-aneh kok, Pak. Cuma nonton bareng." Alletta masih membela diri. Karena faktanya memang benar, dia tidak melakukan yang aneh-aneh.

"Kamu itu pacar saya, lupa?" desis Keandra. "Ubah cara bicara kamu kalau di luar jam kerja!"

Alletta menghela nafas berat. "Kita cuma pura-pura, kan? Bapak sendiri yang bilang."

"Tetap aja kamu pacar saya!" balas Keandra.

"Pura-pura."

Keandra berdecak kesal. Pria itu langsung melajukan mobilnya begitu saja hingga membuat Alletta tersentak ke depan karena dia belum memakai sabuk pengaman.

"Sshhh..." Alletta meringis sembari memegangi keningnya yang sakit karena terbentur.

Melihat hal itu, Keandra terkejut, ia langsung saja menghentikan mobilnya dan memeriksa kening Alletta.

"Sakit? Maaf, saya kelepasan," sesal Keandra. Pria itu mengelus kening Alletta dengan lembut.

"Nggak apa-apa, Pak."

"Perlu ke rumah sakit gak?" Keandra semakin khawatir.

"Nggak perlu. Ini gak parah kok," balas Alletta. Keandra terlalu berlebihan menurutnya.

"Beneran?" Keandra menatap Alletta dengan menyesal.

"Iya, Pak Kean..."

Keandra menghela nafas lega. "Kita mampir ke minimarket dulu ya?"

Alletta hanya mengangguk saja.

Ini masih pagi buta, sekitar jam 4. Mereka akan menuju ke kediaman Pak Willie. Tidak jauh, hanya sekitar 4 jam perjalanan saja.

Keandra sengaja mengendarai mobil sendiri karena dia ingin berdua dengan Alletta. Kalau ada orang lain, dia tidak bisa leluasa nanti. Modus memang.

bersambung...

Terpopuler

Comments

Noey Aprilia

Noey Aprilia

Dmi apa subuh2 udh jln aja???
nyetir sndri pula....
Cckkk.....kean emng udh bucin akut,mskpn ga mau ngaku sih....

2025-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!