Alletta melenguh. Dia semakin mengeratkan selimutnya. Badannya terasa remuk. Dia juga merasa kalau badannya panas. Sepertinya Alletta demam.
Gadis itu membuka mata saat mendengar suara alarm. Dia memaksakan diri untuk bangun.
"Pusing...," keluhnya. Alletta diam sejenak sambil memijat pelipisnya.
Alletta keluar kamar dan menuju dapur. Dia menggoreng telur untuk sarapan. Setelah itu minum obat dan minum air hangat. Hampir 30 menit dia duduk di kursi pantry hanya untuk menenangkan diri.
Setelah selesai. Alletta segera mandi air hangat dan bersiap ke kantor. Kalau bukan karena ada yang dikerjakan, Alletta sudah minta izin hari ini.
****
Sesampainya di kantor, Alletta langsung duduk di kursinya dan menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.
Tangan dingin seseorang menyentuh pipinya membuat Alletta terkejut.
"Kamu demam?!" tanya Keyla panik. Tangannya terasa panas setelah menyentuh pipi Alletta.
"Aku udah minum obat, kok," balas Alletta lemas.
"Gak bisa, Ta. Jangan maksain diri, ya? Aku bilang ke Pak Kean aja gimana?" Keyla menatap Alletta dengan khawatir.
"Nggak perlu. Aku harus kerjain ini, tinggal dikit lagi." Alletta menyalakan komputernya dan mulai bekerja.
Sepertinya demam efek lembur dan melewatkan makan malam kemarin.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Keyla dan dijawab anggukan oleh Alletta.
"Ta, beneran deh, mending kamu istirahat di apart aja. Biar aku yang bilang ke Pak Keandra," ucap Keyla. Dia mengelus punggung Alletta.
"Nggak perlu, Key. Aku gak papa. Udan mendingan kok."
Keyla berdecak. Inilah sifat Alletta yang tidak dia sukai. Alletta itu acuh dengan kesehatannya dan lebih memilih mementingkan orang lain.
Keyla menyerah. Dia kembali duduk di kursinya. Sebagai teman, tentu Keyla sangat khawatir dengan Alletta. Terlebih Alletta tinggal sendiri di kota ini, berbeda dengannya yang tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya.
"Mau kopi?" Sella datang menawari Keyla kopi.
Anak kantoran memang langganan kopi, biar selalu melek.
Keyla menggeleng. "Aku mau kurangi kopi."
Sella mendengus. "Paling bentar lagi ke dapur buat bikin kopi," ujarnya seraya duduk di kursi.
"Nggak ya!" Keyla cemberut.
Sella beralih menatap Alletta yang sudah mulai berkutat dengan komputernya. Tapi, ada yang berbeda dengan temannya itu.
"Alletta kenapa, Key?" bisik Sella.
"Dia sakit. Aku udah suruh dia istirahat tapi dia gak mau," jawab Keyla.
"Serius?!" Sella melotot. Alletta termasuk orang yang jarang sakit sebenarnya. Jadi, dia agak syok saat tau Alletta sedang sakit.
"Aku takut dia pingsan, Sel," ucap Keyla khawatir.
Sella terdiam. Dari punggungnya saja, Sella bisa melihat betapa lemasnya Alletta.
Keduanya sontak kembali bekerja saat Lea tiba-tiba datang.
"Alletta," panggil Lea. Dia berdiri di samping meja Alletta.
"Iya, Bu?" jawab Alletta. Dia menghentikan pergerakan nya sejenak.
"Kamu sakit?" tanya Lea. Dia melihat wajah Alletta yang pucat.
"Cuma pusing sedikit. Bu Lea ada keperluan apa?" tanya Alletta.
"Oh ini. Saya mau minta tolong kerjakan ini. Gak banyak kok. Hari ini saya agak sibuk soalnya. Kalau sudah selesai, nanti kasih ke saya, ya?"
Alletta menatap flashdisk yang diberikan Lea. Dia tersenyum tipis lalu mengangguk. "Baik, Bu."
Lea tersenyum. "Makasih ya, Alletta. Maaf kalau saya merepotkan kamu."
Alletta menggeleng. "Nggak apa-apa, Bu."
Lea tersenyum, dia pun segera pergi dari sana setelah berpamitan. Tepat saat Lea keluar, Sella dan Keyla langsung menghampiri Alletta.
"Ta, kok kamu mau, sih? Itu kan tugasnya Bu Lea. Jangan mau!" kesal Keyla. Dia hendak mengambil flashdisk itu, tapi Alletta lebih dulu mengambilnya.
"Cuma sedikit kata Bu Lea. Gak papa selagi aku sanggup," balas Alletta.
Wajah Sella dan Keyla sudah tidak ramah. Mereka kesal sekali.
"Aku mau lapor Pak Kean kalau gitu! Masing-masing karyawan sudah ada tugasnya, kenapa Bu Lea seenak jidat nyuruh kamu yang kerjakan?" ucap Sella.
Alletta memijat pelipisnya. Dia menatap kedua temannya dengan sendu. "Jangan bikin masalah semakin runyam. Kalian mau aku dimarahi Pak Kean? Udahlah, gak papa. Nanti kalau aku gak bisa, aku minta bantuan kalian."
"Apa nih?" Faldo datang dan ikut bergabung. Di tangannya ada secangkir kopi dan juga sandwich.
"Bu Lea suruh Alletta kerjain tugas. Padahal itu bukan tugas Letta. Tapi, dia malah terima-terima aja. Aku mau lapor Pak Kean malah gak dibolehin sama dia." Sella mencebikkan bibirnya sambil menunjuk Alletta.
"Bu Lea ke sini? Tumben," ujar Faldo sambil mengunyah. Dia beralih menatap Alletta.
"Mana file nya? Biar aku yang kerjain, kamu selesaikan yang kemarin aja, Ta," ujarnya.
Alletta menggeleng. "Nggak perlu. Aku bisa kok."
"Jangan keras kepala, Ta. Kalau kamu begini terus, kapan kamu istirahat nya?" ujar Sella.
"Cepet, mana file nya? Mumpung aku gak sibuk hari ini," kata Faldo.
Alletta menghela nafas. Dia menyerahkan flashdisk nya ragu-ragu. Faldo langsung menyambarnya dan memasukkannya ke dalam kantong baju.
"Kalau Bu Lea tau gimana?" tanya Alletta. Dia khawatir kalau Lea memarahinya nanti.
"Gampang. Nanti aku tinggal ngadu ke Pak Kean," sahut Keyla yang diangguki oleh Sella.
"Lanjut aja. Jangan maksain diri kalau gak sanggup." Faldo menepuk-nepuk pundak Alletta lalu berjalan menuju kursinya diikuti Sella dan Keyla.
Ah, setidaknya pekerjaannya sedikit ringan hari ini.
Memang hanya Faldo yang bisa membujuk Alletta. Lelaki itu memiliki sifat tegas dan pemaksa, kalau Faldo sudah memutuskan sesuatu, maka Alletta, Sella maupun Keyla tidak bisa menolak.
****
"Sebelum ke ruangan saya, buatkan kopi dan bawa ke sini."
"Baik, Pak."
Keandra memutuskan sambungannya setelah selesai. Alletta pun segera membuatkan kopi untuk si bos. Entah apa yang membuat Keandra ketagihan dengan buatan kopi Alletta. Padahal racikannya sama seperti yang lain, tidak ada yang berbeda.
Alletta mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan Keandra.
"Sudah kamu perbaiki semuanya?" tanya Keandra. Dia menerima map yang Alletta berikan dan mulai memeriksa isinya.
"Sudah, Pak." Alletta menjawab seadanya.
Alletta masih berdiri di depan Keandra, sedangkan Keandra asik membaca sambil meminum kopi buatan karyawannya.
"Bagus. Lain kali jangan sampai ada kesalahan lagi. Ini adalah berkas penting," ucap Keandra.
Alletta mengangguk. "Saya pastikan tidak ada kesalahan lagi, Pak."
"Hm."
Keandra menatap Alletta sambil meminum kopi. "Kamu sakit?" tanyanya.
Alletta menggeleng. "Cuma pusing. Saya juga sudah minum obat tadi."
Keandra tersenyum miring. "Oh ya? Berarti kamu tidak apa-apa, kan?"
Alletta mengangguk. Dia merasa aneh dengan senyuman itu. Sepertinya...
"Kalau begitu, tolong bereskan ruang rapat. Saya baru melakukan pertemuan dengan klien tadi."
Tiada hari tanpa menyiksa. Ah, ini sudah biasa. Alletta hanya bisa mengangguk pasrah.
"Saya permisi dulu," pamitnya.
Menyebalkan. Tapi Alletta tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.
"Apa para cleaning service di sini sudah mengundurkan diri? Kenapa harus aku?" kesalnya sambil terus berjalan.
"Ini juga, kepala pusing terus!" Alletta berkali-kali memukul kepalanya agar tidak semakin pusing.
"Awas aja kalau gaji ku gak dinaikin 3 kali lipat," gumamnya lagi. Dia mencebikkan bibirnya mengingat betapa menyebalkan nya Keandra.
Alletta memasuki ruang rapat, dia menghela nafas. Ini sepertinya Keandra sengaja tidak menyuruh petugas kebersihan untuk membereskan semuanya. Dia yakin Keandra sudah berniat membuatnya kelelahan.
Tanpa Alletta tau, Keandra memantaunya lewat CCTV yang ada di sana. Pria tampan itu tersenyum puas melihat Alletta yang menurut. Sambil menyeruput kopinya, Keandra terus mengamati Alletta.
Asik dengan tontonan nya, tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Keandra kembali menegakkan tubuhnya dan bersikap biasa saja.
"Masuk!" ujarnya dengan tegas.
Dia melihat laki-laki yang ia ketahui adalah teman Alletta.
"Maaf mengganggu waktunya. Saya datang untuk memberikan ini." Faldo, lelaki itu menyerahkan map pada Keandra.
Keandra mengerutkan keningnya bingung. Dia tidak pernah menyuruh Faldo mengerjakan sesuatu hari ini.
Dengan kening berkerut, Keandra mulai membuka map itu dan membaca isinya. Sontak saja dia menatap Faldo dengan tatapan sedikit tajam.
"Ini tugas Lea, kenapa kamu yang antar ke sini?" tanyanya.
Faldo tersenyum tipis. "Bu Lea menyuruh Alletta yang mengerjakan, tapi karena Alletta sibuk, saya mengajukan diri untuk mengerjakannya, Pak. Apakah ada yang salah?" tanya Faldo. Dia memasang wajah polosnya. Padahal ini adalah rencananya.
Rahang Keandra mengeras. Dia membanting map tersebut ke atas meja. Lalu menelpon seseorang lewat telepon kantor.
"Datang ke ruangan saya sekarang."
Setelah mengatakan itu, Keandra menutup sambungannya.
"Duduk," suruhnya pada Faldo dan Faldo menurut saja. Dalam hati ia bersorak riang. Jika Sella dan Keyla tidak mampu mendatangi Keandra, maka dia yang turun tangan.
Tak lama kemudian, Lea datang dengan kebingungan.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya. Dia melirik Faldo yang duduk di sofa dengan wajah tengil.
"Apa ini? Saya meminta kamu yang mengerjakannya, bukan orang lain!" Kendra mengangkat map itu menunjukkan nya pada Lea.
Lea terdiam kaku. Dia menunduk takut. Sekarang dia tau kenapa Faldo ada di sini.
"Maaf, Pak. Saya ada urusan lain, jadi—"
"Jadi kamu menyuruh orang lain untuk mengerjakannya? Begitu?" Keandra melempar map tersebut ke meja. Wajahnya sangat tidak bersahabat. "Urusan apa yang membuat kamu lalai? Sebesar apa jabatan kamu sampai kamu seenaknya seperti ini?"
Keandra menghela nafas kasar. Rahangnya semakin mengeras. Dia benci pada orang yang melempar tugasnya pada orang lain. Itu artinya mereka tidak bertanggung jawab.
"Kembali ke ruangan kamu dan kerjakan apa yang saya suruh tadi. Kalau sampai kamu menyuruh orang lain lagi, maka saya tidak segan memecat kamu," ucap Keandra.
Lea membungkuk sambil terus menunduk. "Maaf, Pak. Akan saya kerjakan. Kalau begitu saya permisi."
Keandra mengibaskan tangannya mengusir Lea.
Setelah Lea keluar, Keandra menatap Faldo yang sudah berdiri dari duduknya.
"Kalau ada yang berani menyuruh-nyuruh kalian lagi, langsung lapor pada saya. Mengerti?"
"Mengerti, Pak."
"Silakan keluar," ujar Keandra dan dituruti oleh Faldo.
Keandra menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Dia sungguh tidak habis pikir dengan Lea yang bersikap seenaknya. Untungnya Faldo yang mengerjakan, kalau sampai Alletta yang mengerjakan, maka Keandra langsung memecat Lea detik itu juga.
Mengingat Alletta, ia jadi teringat bahwa gadis itu sedang sibuk membersihkan ruang rapat. Keandra kembali ingin memantau CCTV ruang rapat.
Tiba-tiba wajahnya berubah khawatir, dia memajukan wajahnya mendekat ke layar komputer. Di video CCTV itu memperlihatkan Alletta yang terbaring di lantai. Sial, sepertinya Alletta benar-benar sakit dan berakhir pingsan di sana.
Tanpa menunggu lama, Keandra langsung bergegas menuju ruang rapat. Dia berlari sekencang mungkin, berharap Alletta tidak kenapa-kenapa.
Brak!
Dia membuka pintu dengan kasar. Pria itu segera menghampiri Alletta. Ia menepuk-nepuk pipi Alletta.
"Alletta, kamu dengar suara saya? Jangan bercanda!" ujar Keandra.
Alletta benar-benar pingsan. Keandra segera menggendong Alletta keluar dari sana. Dia melangkah cepat menuju lift dan memencet tombol menuju lantai dasar. Ia akan membawa Alletta ke rumah sakit.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
vj'z tri
wokeh lanjut Thor 🥳🥳🥳
2025-03-01
0