Wajib likeeeeeeee
***
Keluar dari rumah makan, Alletta langsung diajak Keandra untuk berangkat bersama. Niat hati balas budi dengan mentraktir Reygan, yang terjadi malah Keandra yang membayar semuanya. Dia malu sekali, terlebih pada Reygan. Mungkin lain kali Alletta akan membalas budi pada Reygan dengan cara yang lain.
"Pak, nanti turunin saya di halte aja. Jangan sampai masuk area kantor," pinta Alletta setelah cukup lama terdiam.
"Hm. Lagi pula saya gak niat ajak kamu sampai depan kantor," balas Keandra acuh. Dia tetap fokus menyetir tanpa menoleh ke arah Alletta.
Harusnya aku gak perlu bilang gitu tadi. Batin Alletta. Dia kesal campur malu. Keandra selalu berhasil membuatnya terdiam.
"Baik, Pak," ucap Alletta.
Hingga tak sampai 5 menit, Keandra menghentikan mobilnya di depan halte. Meskipun harus jalan kaki untuk ke kantor, Alletta tak masalah. Lebih baik jalan kaki daripada menjadi pusat perhatian para karyawan.
"Terimakasih, Pak."
"Hm." Setelahnya Keandra kembali melajukan mobilnya menjauh dari sana.
"Untung bos! Iiiihhhh kesel!" Tangan Alletta meremas-remas udara saking gemasnya. Dia kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Ia menghela nafas kasar, lalu segera berjalan menuju kantor yang sudah nampak. Hanya butuh waktu 4 menit untuk sampai di sana.
Sesuai arahan Keandra tadi pagi, ketika sampai, Alletta langsung menuju ruang rapat. Menurut saja dulu, masalah apa yang akan terjadi di sana belakangan saja.
"Alletta?"
Alletta menoleh saat namanya dipanggil. Dia tersenyum lalu membungkuk. "Bu Lea," sapanya.
"Ngapain kamu di sini?" tanya perempuan bernama Leana itu. Dia karyawan Keandra, tapi jabatannya lebih tinggi dari Alletta dan ruangan mereka pun berbeda lantai.
"Saya yang suruh," sahut Keandra. Dia menatap Lea sebentar lalu beralih pada Alletta. Ia menyerahkan sebuah map biru pada Alletta. Dengan ragu Alletta menerimanya.
"Ini apa, Pak?" tanya Alletta kebingungan.
"Nanti kamu presentasikan ini di depan."
Alletta melotot kaget, bukan hanya Alletta, tapi Lea juga terkejut dengan jawaban Keandra.
"Tapi, Pak. Rapat hari ini penting untuk perkembangan perusahaan. Bagaimana bisa Alletta yang mempresentasikan nya?" Lea menatap Keandra dengan tak terima.
Keandra balik menatap Lea dengan datar. "Siapa bosnya di sini? Kamu atau saya?"
Seketika Lea terdiam. Benar, yang punya kuasa di perusahaan ini adalah Keandra.
"Benar apa kata Bu Lea, Pak. Saya belum paham mengenai rapat hari ini," celetuk Alletta.
"Kamu menolak perintah saya, Alle? Belum bukan berarti tidak bisa, kan? Kamu masih ada waktu untuk memahaminya," balas Keandra seenak jidat.
Batin Alletta sudah berisik. Dia meneriakkan isi kebun binatang. Berbeda dengan wajahnya yang menerbitkan senyum yang terkesan terpaksa.
"Baik. Akan saya coba untuk pelajari lebih dulu," ucap Alletta. Dia kembali duduk di salah satu kursi dan mulai membuka map yang diberikan Keandra.
Keandra beralih menatap Lea yang menatap Alletta. "Keluar. Jangan ganggu konsentrasi nya," ujarnya.
Lea menoleh lalu mengangguk patuh. Dia pun keluar dari sana menyisakan Keandra dan Alletta yang sedang fokus.
"Kalau kamu berhasil, gaji kamu bulan ini saya naikkan 3 kali lipat," celetuk Keandra membuat Alletta mendongak dengan mata terbelalak.
"M-maksud Bapak?" tanya Alletta tergagap.
"Saya rasa, telinga kamu masih berfungsi dengan baik." Keandra menaikkan sebelah alisnya.
Ketika Alletta hendak bicara, pria itu segera menyerobot. "Sebaliknya. Kalau kamu gagal, gaji kamu saya kurangi 3 kali lipat."
Lagi-lagi Alletta terbelalak. Ini sebuah ancaman untuknya.
"Tidak usah terkejut seperti itu. Saya tau kamu mampu mempresentasikan nya. Itu bukan hal yang sulit," ucap Keandra.
Bukan hal yang sulit.
Andai Keandra memberi waktu Alletta selama 1 Minggu atau minimal 3 hari untuk memahami isi map itu, maka Alletta dengan percaya diri mempresentasikan nya. Tapi ini apa? Bahkan 1 jam tidak cukup untuk memahami isi map tersebut.
"Kamu masih ada waktu 1 setengah jam. Pelajari baik-baik." Setelah mengatakan itu, Keandra langsung keluar dari sana.
Alletta menjatuhkan kepalanya ke atas meja, dia merengek kesal. "Kenapa si tua itu makin semena-mena sama aku?! Aku bukan robot!"
Alletta kembali menegakkan tubuhnya. Dia menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan, berusaha untuk rileks.
"Tenang Alletta, kamu pasti bisa! Demi gaji naik 3 kali lipat! Setelah ini kamu bisa kirim uang banyak ke ibu!" gumamnya menyemangati diri sendiri.
****
Berkali-kali Alletta memukul kepalanya sambil bergumam tak jelas. Sekarang dia berada di dalam toilet. Rapat sudah selesai. Semuanya memang berjalan lancar, tapi, saat persentasi, Alletta sempat membuat kesalahan. Untungnya semua orang memaklumi.
Bukan kesalahan fatal sebenarnya, Alletta hanya salah baca saja, dia kurang fokus karena tatapan Keandra seakan ingin menelannya hidup-hidup.
"Aku gak mau lagi pokoknya!" ucapnya. Dia malu! Memang bukan kesalahan besar, tapi tetap saja malu! Dia berdiri di depan orang-orang penting masalahnya.
"Alletta!"
Alletta menoleh ke arah pintu, dia melihat Keyla yang tersenyum ke arahnya. Perempuan itu menghampiri Alletta.
"Kamu kapan datang? Kok aku gak tau?" tanya Keyla. Dia memang tidak tau jika Alletta ikut rapat hari ini.
Alletta menghela nafas berat. "Udah dari tadi, sih..."
Kening Keyla mengerut. Ia memperbaiki dandanannya sambil bertanya, "Muka kamu kenapa pucat banget? Sakit?"
Alletta menghela nafas lagi. "Aku habis disuruh Pak Kean persentasi buat rapat tadi, Key. Malu banget!"
"What?!" Keyla memekik. Dia menatap Alletta dengan kaget.
"Kok bisa?!" lanjutnya kebingungan.
"Kamu kayak gak tau Pak Kean aja. Gak tau, tiba-tiba dia suruh aku gitu aja. Bayangin, aku diberi waktu 1 setengah jam buat pahami semuanya. Apa gak stress aku?" Alletta menarik tisu untuk mengelap tangannya yang basah.
Keyla meringis. Pantas saja wajah Alletta terlihat tertekan.
"Kalau gitu kamu istirahat aja. Mau aku belikan makan?" tawar Keyla.
"Nggak perlu. Habis ini aku mau ke kantin kok," jawab Alletta.
Keyla mengangguk paham. "Kalau kamu butuh apa-apa langsung telpon aku ya, Ta."
Alletta mengangguk. "Aku ke kantin dulu," pamitnya dan diangguki oleh Keyla.
Sepertinya semangkuk sup ayam bisa memperbaiki mood nya.
Alletta tersenyum menyapa beberapa karyawan. Dia memang terkenal ramah di lingkungan kerja. Alletta ini tidak pernah murung berlebihan, ia selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Alletta baik, ramah, friendly, tapi dia juga tetap tau batasan. Seperti, jika ada orang yang tidak tau diri dia perlakukan baik, maka Alletta tak segan untuk berhenti memperlakukan orang itu dengan baik.
Alletta duduk di salah satu bangku dan mulai menikmati makanannya. Sup ayam tanpa nasi. Sengaja tidak pakai nasi, dia masih kenyang karena makan ayam bakar. Sekarang masih jam 4.
"Hai."
Alletta mendongak menatap seorang laki-laki yang berdiri di samping meja.
"Hai?" sapa Alletta ragu-ragu. Dia tidak pernah melihat manusia tampan di depannya ini.
"Boleh saya duduk?"
Alletta mengangguk berkali-kali. "Silakan."
Alletta masih diam. Dia bingung harus bagaimana. Entah dia kurang bergaul atau memang laki-laki di depannya ini adalah karyawan baru?
"Kamu pasti tidak mengenali saya, benar?" Si laki-laki tersenyum tipis.
Alletta tersenyum canggung, dia mengangguk kaku.
"Saya bukan karyawan baru. Saya karyawan lama, kita emang gak pernah ketemu, tapi saya sering lihat kamu." Dia mengulurkan tangannya pada Alletta dan disambut baik oleh gadis tersebut.
"Nama saya Lorenzo. Ruangan saya ada di lantai 8," ucapnya memperkenalkan diri.
Alletta terbelalak kecil. "Bapak satu ruangan sama Bu Lea?"
Lorenzo mengangguk. Dia melepaskan jabatan tangan mereka dan mulai mengaduk sup ayam miliknya.
"Panggil nama aja, gak perlu pakai embel-embel 'Bapak'. Saya gak setua itu, Alletta."
Lagi-lagi Alletta terbelalak, kali ini dia benar-benar terkejut. "Kok Bapak bisa tau nama saya?!"
Mereka baru kenal, tentu saja Alletta terkejut saat Lorenzo menyebut namanya.
"Siapa yang tidak kenal kamu? Saya rasa 80% karyawan di sini mengenal kamu. Karena kamu sering disuruh ini itu oleh Pak Keandra," jawab Lorenzo, lalu terkekeh kecil.
Ah, itu benar. Alletta memang selalu disuruh-suruh oleh Keandra, jadi dia terlihat sedikit mencolok.
Alletta mengangguk paham. Dia pun kembali memakan sup ayam nya.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Lorenzo.
Alletta menelan makanannya sebelum menjawab. "Apartemen yang dekat pom bensin."
Lorenzo menaikkan kedua alisnya, sedikit terkejut. "Really? Saya juga tinggal di sana. Baru beberapa hari lalu pindah."
Kali ini Alletta yang terkejut. Lihat, dunia begitu sempit ternyata.
"Di lantai berapa, Pak?" tanya Alletta.
"Lantai 10. Kamu sendiri?"
"Saya lantai 5," jawab Alletta.
Lorenzo mengangguk paham. "Kapan-kapan saya boleh berkunjung ke kamar apartemen kamu?"
Alletta tak langsung menjawab. Dia terlihat berpikir. Sebenarnya selama ini dia tidak pernah mengajak lelaki manapun untuk singgah ke apartemennya. Dia takut, sekalipun itu adalah lelaki yang dia percayai, kalau tidak ada hubungan darah, tetap saja Alletta harus waspada.
"Alletta!"
Alletta kembali mengatupkan bibirnya yang terbuka. Dia menoleh mendapati Keyla yang berlari menghampirinya.
"Kenapa, Key?" tanyanya.
Keyla mengatur nafasnya. Dia melirik Lorenzo sebentar lalu kembali menatap Alletta.
"Hp kamu ke mana sih? Aku telpon dari tadi juga!" kesal Keyla.
Alletta merogoh ponselnya. Ah ternyata dia mengaktifkan mode silent. Pantas saja tidak ada notifikasi terdengar.
"Pak Kean panggil kamu ke ruangannya. Ayo cepet. Kayaknya Pak Kean lagi marah, deh. Aku gak tau apa penyebabnya," ujar Keyla sedikit panik.
Mendengar itu, Alletta pun langsung berdiri. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan rapat tadi. Dia menatap Lorenzo yang sedari tadi diam menyimak.
"Saya duluan ya, Pak. Permisi," pamitnya lalu segera pergi dari sana diikuti Keyla.
Lorenzo tersenyum tipis melihat punggung mungil itu mulai keluar dari area kantin. Dia menatap sup ayam milik Alletta yang masih banyak. Bahkan gadis itu tak menyelesaikan makannya dan malah memilih datang menemui Keandra.
****
Alletta membuka pintu setelah Keandra menyuruhnya untuk masuk.
Di depan meja kerja, Keandra sedang membuka-buka kertas dengan kening berkerut. Benar kata Keyla, sepertinya bosnya itu sedang marah.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Alletta.
Keandra menyandarkan tubuhnya, dia melempar map yang dia pegang ke atas meja. Matanya menatap tajam Alletta yang menunduk.
"Ini kamu yang kerjakan?" tanya Keandra sambil menunjuk map itu.
Alletta mengangguk kaku. "Iya, Pak."
"Semuanya salah dan berantakan. Ada apa dengan kamu, Alletta? Tidak biasanya kamu seperti ini," ujar Keandra.
"Perbaiki. Saya kasih waktu sampai besok. Minimal jam 4 sore sudah ada di tangan saya. Paham?" lanjutnya.
"Baik, Pak," jawab Alletta. Dia mengambil map biru itu dan menggenggamnya.
Menyelesaikan semuanya tidak mudah. Ini adalah hasil yang Alletta kerjakan saat lembur waktu itu. Padahal dia sudah teliti, tapi kenapa bisa ada yang salah? Pantas saja kalau Keandra marah, karena biasanya kinerja Alletta selalu memuaskan.
"Ada yang ingin Bapak sampaikan lagi?" tanya Alletta dengan sopan.
Keandra menggeleng. "Buatkan saya kopi, setelah itu silakan revisi."
Alletta mengangguk. "Baik. Kalau begitu saya permisi, Pak."
Keandra mengibaskan tangannya mengusir Alletta.
Alletta menghela nafas. Dia memencet tombol lift dan menyandarkan tubuhnya di dinding lift.
"Aku udah cek berkali-kali sebelum kasih ke Bu Lea. Semuanya pas kok," ucapnya. Dia memijat pelipisnya yang berdenyut. Malam ini terpaksa harus lembur lagi.
Setelah membuatkan kopi untuk Keandra, Alletta langsung duduk di kursinya dan mulai memperbaiki kesalahannya.
Keyla dan Sella saling menatap, mereka melihat wajah lelah Alletta dengan prihatin.
"Apa lagi kali ini, Ta?" tanya Faldo yang entah dari mana.
"Ada yang salah sama file yang aku kerjakan kemarin, Do. Pak Kean minta aku revisi dan besok jam 4 harus sudah ada di tangan beliau," jawab Alletta tanpa menoleh dan tetap fokus pada komputernya.
Mendengar itu, Sella dan Keyla menghampiri keduanya.
"Revisi? Selama ini kamu gak pernah revisi loh, Ta. Kenapa bisa?" tanya Keyla. Tentu mereka tau kalau Alletta ini adalah orang yang teliti. Salah sedikit, pasti akan langsung diperbaiki.
"Itu yang bikin aku bingung, Key," balas Alletta pula. "Malam ini aku mau lembur aja. Biar cepat selesai."
"Mau aku bantu?" tawar Faldo.
"Nggak perlu. Aku bisa sendiri kok," jawab Alletta. Dia tersenyum menatap ketiga temannya.
"Kalian kayak gak tau aku aja." Alletta terkekeh kecil.
Sella, Keyla dan Faldo menghela nafas berat.
"Mau kopi? Aku bikinin dulu, ya." Tanpa menunggu jawaban Alletta, Faldo berlalu dari sana.
"Bentar deh, Ta." Sella bersuara. "Kan sebelum dikasih ke Pak Keandra, kita kasih ke Bu Lea dulu. Nah, kalau ada kesalahan, Bu Lea pasti bilang. Ini kok gak ada?"
Alletta terdiam. Jari-jari yang menari di atas keyboard sontak terhenti.
"Bener juga!" celetuk Keyla. "Kayaknya ada yang gak beres."
"Hus, jangan gitu. Mana mungkin Bu Lea tega sama aku," ucap Alletta. Dia berusaha berpikir positif.
"Ya, siapa tau aja, kan?"
Alletta menggeleng. "Udah udah, kalian lanjut aja. Aku mau fokus dulu."
Keyla dan Sella mengangguk pasrah. Mereka pun duduk kembali dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
bersambung...
LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
vj'z tri
udah like jangan lupa up nya tuambahinnn 🥳🥳🥳🥳
2025-02-26
1
vj'z tri
pasti lah 🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳
2025-02-26
1