Setelah aksi pijat-pijat, Alletta dan Keandra makan malam bersama di dalam ruangan Keandra. Pria itu benar-benar mengejek Alletta tentang tubuh gadis itu yang kecil. Jujur saja, Alletta cukup sakit hati. Namun, ada untungnya juga karena dia bisa makan malam gratis.
Kapan lagi Keandra sebaik ini, kan?
Alletta tersentak saat Keandra tiba-tiba berdiri. Matanya mengikuti ke mana perginya sang bos, ternyata hanya mematikan komputer yang masih menyala.
"Sudah selesai?" tanya Keandra ketika melihat Alletta sedang membereskan bungkus makanan.
Dengan mulut yang masih mengunyah Alletta mengangguk.
"Bereskan semuanya, saya antar kamu pulang."
Alletta terbelalak. Buru-buru dia menelan makanannya. "Nggak usah, Pak. Apartemen saya gak jauh dari sini kok," tolaknya.
"Memangnya saya suruh kamu jawab?" Dia memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil memandang Alletta. "Cepat. Saya gak mau nunggu lama."
Sebenarnya dia kenapa? Kok beda dari biasanya? Alletta membatin. Dia bingung dengan sikap Keandra sekarang. Tapi, tak ada gunanya memikirkan itu. Setidaknya uangnya tidak berkurang untuk membayar ojek.
Buru-buru Alletta membuang sampah ke tempat sampah yang ada di sudut ruangan. Setelahnya dia berdiri di depan Keandra sembari tersenyum.
"Sudah, Pak."
"Bereskan barang-barang kamu di bawah. Nanti saya susul."
Alletta membungkuk. "Baik, Pak." Ia pun segera melakukan apa yang disuruh oleh bos nya.
Di dalam lift, Alletta hanya diam sambil menatap pintu yang tertutup. Naik lift jam segini ternyata membuatnya sedikit merinding.
"Aku gak yakin," bisiknya tiba-tiba. "Pasti besok Pak Kean bakal suruh-suruh aku lagi. Biasanya kalau dia baik, besoknya pasti hajar aku habis-habisan."
Siapa yang tidak curiga? Keandra yang biasanya jahil dan membuat tensi darah Alletta naik, kini malah berbuat baik padanya. Pasti ada niat jahat di baliknya.
****
Alletta adalah gadis sederhana. Semuanya serba sederhana. Apartemen yang bersih, tidak ada barang-barang tak berguna yang memenuhi. Apartemen Alletta ini termasuk pemandangan yang nyaman dilihat. Selain rapi, cat temboknya juga tidak terlalu mencolok. Cream dan coklat.
Apartemen itu terdapat ruang tamu yang menyatu dengan dapur, kamar tidur dan juga kamar mandi serta toilet. Sangat cukup untuk Alletta yang memang tinggal sendirian.
Pagi ini tidak ada matahari menyapa, membuat Alletta semakin bergelung dalam selimut tebal. Namun, sayangnya suara alarm membuat tidurnya terusik. Itu adalah bunyi alarm yang kelima.
Alletta menguap, tangannya meraba ponsel dan menyalakannya. Seketika dia melotot dan reflek langsung terduduk.
"JAM 9?!" pekiknya.
"Mampus! Aku bisa dimarahin Pak Kean kalau begini!" Dia hendak melempar ponselnya, namun sebuah notif pesan membuatnya urung.
Keandra
Hari ini kamu masuk siang aja, Alletta. Nanti langsung temui saya di ruang rapat.
Entah Alletta harus senang atau tidak. Dia diperbolehkan masuk siang, tapi nanti harus menemui Keandra di ruang rapat. Ada apa di ruang rapat? Perasaannya tidak enak. Pasalnya Alletta tidak pernah menginjakkan kaki di sana.
"Kok aku, sih?" gumamnya seraya menggaruk kepalanya.
Tapi, dia buru-buru membalas pesan Keandra yang dikirim sejak pukul 6 pagi.
^^^Alletta^^^
^^^Makasih, Pak. Nanti saya berangkat lebih awal dan temui Bapak di ruang rapat.^^^
Setelah itu dia melempar ponselnya dan kembali masuk ke alam mimpi. Tak lupa sebelum itu dia menyetel alarm jam 11 siang.
****
Beda dengan di apartemen, di kantor tepatnya di ruang khusus karyawan, teman Alletta kebingungan saat tidak mendapati Alletta di tempatnya.
"Coba kamu hubungi dia."
"Sudah. Tapi gak aktif! Apa dia sakit? Semalam dia disuruh lembur sama Pak Kean."
"Mending kita tunggu balasan dari Alletta aja. Siapa tau dia emang gak masuk dan masih tidur."
Keyla menghela nafas berat, dia mengangguk menyetujui ucapan Sella.
"Kenapa sih?" Seorang lelaki tampan menghampiri mereka berdua.
Dia adalah Faldo, salah satu karyawan yang juga menjadi teman Alletta dan Keyla serta Sella.
"Alletta belum datang. Aku khawatir," jawab Keyla.
"Halah, paling juga masih tidur. Santai aja kali," balas Faldo sembari meminum kopinya.
"Masalahnya dia gak ada ngabarin aku, Do. Dia tinggal sendirian, kalau kenapa-kenapa gimana?"
"Alletta itu kuat. Mending kamu berpikir positif aja, siapa tau dia beneran masih tidur."
"Bener kata Faldo, Key," sahut Sella pula.
Keyla mengangguk lesu. Dia memang harusnya berpikir positif saja. Lagi pula, kalau Alletta sakit, gadis itu pasti mengabarinya.
"Kalian udah sarapan? Aku beli sandwich di kantin." Faldo memberikan 2 bungkus sandwich pada Sella dan Keyla. Kedua perempuan itu menerimanya dengan antusias.
"Makasih!" ujar keduanya dan diangguki oleh Faldo.
Sesama karyawan, tentunya mereka sangat rukun. Tidak ada kata bersaing di antara pertemanan mereka. Yang ada saling mendukung satu sama lain. Itulah yang membuat Alletta betah di sana meskipun bos nya sangat jahil. Selagi uang mengalir dan juga memiliki teman baik, Alletta masih sanggup.
****
Sebelum alarm berbunyi, Alletta sudah bangun. Ia langsung mandi. Rencananya sebelum ke kantor dia ingin makan di luar saja. Terlalu malas untuk memasak siang-siang begini.
Setelah rapi dengan celana panjang hitam dan juga kemeja berwarna maroon, Alletta menyambar tasnya dan langsung pergi dari gedung apartemen.
Tidak terlalu panas, karena habis hujan. Alletta berjalan hendak menuju sebuah rumah makan langganannya.
Jalanan lumayan ramai karena sudah hampir memasuki jam makan siang. Alletta tersenyum pada orang-orang yang berpapasan dengannya. Dia tak sadar kalau sedari tadi diincar oleh seseorang berpakaian serba hitam dengan masker dan topi yang menutupi wajahnya. Dengan langkah pelan dia mendekati Alletta tanpa sepengatahuan gadis itu.
Dan saat orang itu menarik tasnya, Alletta terkejut. Dia berteriak sambil berseru, "MALING! MALING!" Ia berusaha menarik tasnya, dan terjadilah aksi tarik menarik.
Orang-orang mulai berlari ke arah mereka, si pria panik dan langsung mendorong tubuh Alletta sampai perempuan itu terjatuh. Namun, Alletta tak diam saja, ia kembali bangkit dan berusaha mengejar maling tersebut, dibantu oleh beberapa warga.
"BALIKIN TAS SAYA!" pekik Alletta.
Di dalam tas itu tentu banyak barang berharga miliknya, termasuk dompet dan juga jam tangannya yang mahal.
Tiba-tiba, seseorang berlari berlawanan arah dengan maling tersebut dan langsung menendang si maling sampai dia terjatuh. Sebelum maling kembali bangkit, pria itu lebih dulu menindih dan memberikan pukulan bertubi-tubi.
Alletta terkejut, dia tidak berani mendekat karena takut terkena pukulan. Matanya menatap tasnya yang tergeletak di dekat kedua pria itu.
"Telpon polisi!" seru salah satu warga.
Mata Alletta berbinar saat melihat pria tampan yang telah menyelamatkannya. Meski panik, Alletta tetap saja terpesona.
"Tolong amankan lebih dulu, tunggu polisi datang," ujar si pria pada warga yang menahan maling nya.
Suara bariton tersebut membuat Alletta semakin terpesona. Alletta tetap berdiri di tempatnya sampai di pria mendatangi dan menyodorkan tasnya.
Alletta tersenyum sambil menerimanya. "Makasih banyak, Pak." Ia membungkuk sebagai tanda hormat.
"Oh iya, sebagai gantinya saya traktir Bapak makan siang hari ini, gimana?" tawar Alletta.
"Tidak—"
"Jangan nolak, please... Ini sebagai bentuk rasa terimakasih saya," sela Alletta.
Pria itu tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Tapi makannya di rumah makan gak apa-apa, kan? Hehehe..." Alletta menggaruk kepalanya canggung.
"Selagi bisa dimakan, bukan masalah buat saya."
Alletta tersenyum lebar.
"Oh iya! Namanya siapa kalau boleh tau?" tanyanya.
Pria itu menyodorkan tangannya mengajak Alletta bersalaman. Alletta terbelalak kecil, dia tak menyangka pria di depannya ini dengan suka rela mengulurkan tangan.
Alletta mengusap tangannya ke celananya, seolah menghilangkan debu. Lalu dia menyambut tangan besar itu dengan lembut.
"Reygan Arkatama."
****
Kedua manusia itu memasuki rumah makan dan duduk di kursi kosong. Alletta dan Reygan memesan ayam bakar dan juga teh hangat.
"Bapak baru pertama kali makan di tempat kayak gini, ya?" tanya Alletta.
"Sudah sering," jawab Reygan.
"Serius?!"
Reygan tersenyum geli. "Kenapa kamu kaget? Padahal itu hal yang normal."
"Saya pikir Bapak sering makan di restoran bintang 5 daripada makan di tempat begini." Alletta tersenyum canggung. Jangan salahkan dia, tampang Reygan seperti CEO membuat Alletta salah paham. Dia pikir selera pria itu seperti restoran mewah.
Tunggu! Jangan bilang kalau Reygan beneran CEO?
"BAPAK CEO?!" Mata Alletta melotot.
Reygan terkekeh kecil melihat ekspresi Alletta yang menurutnya lucu. Dia mengangguk menjawab pertanyaan perempuan di depannya.
Alletta memejamkan matanya, dia menunduk lesu. Mimpi apa dia semalam bisa bertemu CEO setampan Reygan Arkatama.
"Kenapa, Alletta?" tanya Reygan kebingungan.
"Harusnya saya ajak Bapak ke restoran tadi. Aduh, gak sopan banget! Ayo, Pak, lebih baik kita pindah!" Alletta bersiap berdiri tapi Reygan segera menahannya.
"Gak perlu. Saya nyaman di sini. Saya manusia seperti kamu, jangan memperlakukan saya seperti raja, Alletta," ucap Reygan. Dia paling tidak suka jika seseorang memperlakukan nya begitu sepesial, padahal mereka sama-sama manusia, yang membedakan hanyalah jabatan.
"Tapi, Pak—"
"No. Tidak ada tapi-tapi. Bersikap seperti biasa, jangan terlalu berlebihan," sela Reygan.
Pada akhirnya Alletta memilih mengangguk saja. Meski hatinya merasa tidak nyaman. Terlebih sedari tadi dia mengoceh. Harusnya dia bersikap kalem saja tadi. Alletta jadi malu.
Reygan geleng-geleng kepala melihat Alletta yang diam saja sambil menunduk memainkan jari-jarinya. Secepat itukah dia berubah? Padahal Reygan suka mendengar ocehan Alletta yang bertanya ini itu.
Tak lama kemudian, makanan mereka datang. Alletta meringis melihat ayam bakar di depannya. Perlahan dia mendongak menatap Reygan.
"Pak, beneran gak apa-apa kan? Habis ini Bapak bisa sakit perut gimana?"
Reygan menghela nafas berat. Dia melipat tangannya di atas meja, badannya sedikit condong ke depan, matanya menatap lurus ke arah Alletta.
"Saya baik-baik aja, Alletta. Kamu tidak perlu berlebihan. Hm? Saya sudah sering makan di rumah makan seperti ini."
Suara lembut Reygan dan tatapan matanya yang tulus membuat Alletta mengangguk tanpa sadar.
Reygan tersenyum puas. Dia menyuruh Alletta agar segera memakan makanannya.
Mereka makan sambil berbincang sedikit agar tidak canggung. Meski baru kenal, Reygan merasa nyaman dengan Alletta. Dia suka perempuan seperti Alletta ini, karena Alletta tidak berusaha menjadi orang lain. Terlebih saat mendengar ocehannya, Reygan sangat suka.
"Alletta."
Alletta terkejut, dia melotot mendapati Keandra yang berdiri di belakang Reygan.
"Pak Kean?!" ujarnya sedikit memekik.
Keandra berjalan melewati Reygan dan langsung duduk di samping Alletta.
Reygan mengenali Keandra, tentu saja. Bahkan mereka sempat bekerja sama meskipun tidak lama.
"Pak Keandra?" sapa Reygan dengan ramah dan Keandra hanya mengangguk singkat, dia melirik sinis ke arah Alletta yang masih kebingungan.
"Tutup mulut kamu, Alle, hati-hati ada lalat masuk," cibir Keandra dan sontak saja Alletta menutup mulutnya.
"Bapak ngapain di sini?" tanya Alletta.
"Kenapa? Ini tempat umum kalau kamu lupa," balas Keandra.
"M-maksud saya—"
"Mending lanjutkan makan kamu," sela Keandra. Dia membiarkan seorang pelayan meletakkan pesanannya ke atas meja.
Alletta semakin terbelalak melihat Kendra memesan makanan. Apa-apaan ini?! Bahkan Alletta tidak lupa saat Keandra bilang, "Saya tidak sudi makan di tempat seperti itu. Banyak lalat dan tidak higienis!"
Dan sekarang apa? Wajar saja kalau Alletta kaget. Keandra itu pilih-pilih soal makanan, dia bisa sakit perut jika makan makanan sembarangan. Tentu Alletta tau, karena dia sering menemani bosnya itu makan di restoran mewah.
"Kalian saling kenal?" tanya Reygan sedari tadi diam menyimak.
"Iya, saya—"
"Alletta kekasih saya. Apa anda keberatan?"
Ingin rasanya Alletta menendang wajah tampan bosnya itu.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Mngkn kean jail gt krna nyri prhtian aja...gliran gbetannya dkt sm cwok lain,ngmbek.....
2025-02-26
1
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lagi mode senggol tabokkk on ya pak bos 🥳🥳🥳
2025-02-26
1