Tririring... Tririring..
Suara panggilan ponsel Yuna yang berdering sontak saja membuat Yuna tersentak dari tidur pulasnya, tanpa membuka mata, Yuna meraih ponselnya yang terletak di atas nakas.
"Hallo" Jawab Yuna dengan suara khas bangun tidur.
"Kak, 1 jam lagi ibu akan di operasi kak. Apa kakak bisa datang ?"
"Iya baiklah, kakak akan datang." Jawab Yuna masih dengan keadaan setengah sadar.
"Kak, apakah kakak baru bangun jam segini ?" Tanya Tere yang merasa heran dengan suara kakaknya.
Mendengar pertanyaan Tere, sontak saja Yuna langsung membuka matanya, dengan segera dia melihat ke arah jam yang sudah menunjuk pukul 10 pagi.
"Oh itu, emm iya kakak, kakak mengambil lembur semalam, jadi membuat kakak merasa kelelahan hingga bangun kesiangan seperti ini" Jawab Yuna terbata-bata karena membohongi adiknya.
Tok..Tok..Tok..
Suara ketukan pintu kamar Yuna
"Tere, sudah dulu ya, ada yang datang." Ucap Yuna dan kemudian langsung mematikan panggilannya.
Dengan keadaan baru bangun Yuna langsung membuka pintunya.
"Selamat pagi nona Yuna" sapa pak Choi membungkuk kan badannya.
"Selamat pagi" Ucap Yuna yang sedikit terkejut sambil ikut membungkuk kan badannya.
"Nona, saya diperintahkan tuan muda Benzie untuk menjemput nona." Jelas pak Choi.
"Menjemput? Tapi, tapi menjemput untuk apa pak?" Tanya Yuna terperanjat.
"Tuan muda Benzie meminta anda untuk datang ke rumahnya segera nona." Jelas pak Choi lagi.
Tiba-tiba ponsel pak Choi berbunyi yang menampilkan nama tuan muda Benzie di layarnya, dengan segera pak Choi mengangkatnya.
"Apa kau sudah bersamanya?" Tanya Benzie datar.
"Saat ini saya masih berada di kediaman nona Yuna tuan muda, kelihatannya dia keberatan untuk ikut saya pergi tuan muda." Jelas pak Choi yang sedikit takut-takut.
"Berikan ponselmu padanya!" Perintah Benzie santai.
"Baiklah tuan muda." Pak Choi pun segera memberi ponselnya pada Yuna.
"Tuan muda ingin bicara dengan anda nona." Ucap pak Choi pada Yuna.
Dengan sangat malas Yuna meraih ponsel yang diberikan oleh pak Choi.
"Halo tuan muda." Sapa Yuna dengan tak bersemangat.
"Ikut lah dengan pak Choi ke rumahku sekarang, nenek ingin bertemu dengan mu lagi." Tegas Benzie pada Yuna.
"Tapi, tapi tuan muda saya hari ini ada.."
"Ikutlah atau kau ku pecat dan bisa ku pastikan kau tidak akan di terima bekerja di manapun!" tegas Benzie dan langsung mematikan panggilannya.
Mendengar itu Yuna seketika menganga saking terkejutnya. Kemudian dengan lesu Yuna mengembalikan ponsel milik pak Choi.
"Tunggu lah sebentar pak, saya bersiap dulu." Ucap Yuna lesu sembari masuk ke dalam kosnya.
Yuna langsung mandi dengan gerakan cepat, dia memilih pakaian sederhana seperti biasa, mengikat rambutnya yang tak sempat ia keramas dan memakai sepatu kets.
"Ayo jalan pak!" Ucap Yuna saat memasuki mobil.
Mobil pun kembali melaju meninggalkan daerah kost Yuna yang kumuh. Sepanjang jalan Yuna hanya melamun, dia teringat akan sesuatu yang diberikan oleh Maria. dengan sigap dia membuka tas nya dan meraih sebuah kotak kecil pemberian Maria, dengan perlahan Yuna membuka kotak itu dan menemukan sebuah Cincin.
"Apa maksud nyonya Maria memberiku sebuah cincin?" Tanya Yuna dalam hati sembari mengamati cincin itu.
Yuna kembali menyimpan cincin itu kedalam kotak dan memasukkan dalam tas. Lalu Yuna memilih membuka ponselnya dan mengirim pesan pada adiknya Tere.
"Tere, kakak ada kerjaan mendadak. kau terus lah jaga ibu, kakak akan segera kesana jika semua kerjaan sudah selesai." Ketik Yuna dan langsung mengirimnya pada Tere.
Kediaman keluarga Lim
Yuna kembali masuk ke dalam rumah mewah nan megah itu, dengan disambut oleh Toni dan beberapa pelayan lainnya. Kemudian Toni pun mengantarkan Yuna ke kamar Maria,
"Nyonya." Sapa Yuna membungkuk kan badannya memberi hormat pada Maria yang sedang terduduk lemas di atas ranjang.
"Yuna, kau sudah datang." Maria terlihat sumringah menyambut kehadiran Yuna.
Toni meninggalkan Yuna dan Maria untuk berbincang, Yuna pun memasuki kamar Maria dan mendekat ke arah dimana Maria sedang terduduk.
Kamar Maria
"Nyonya, apa yang terjadi kenapa ini memar dan benjol?" Tanya Yuna saat melihat jidat Maria sembari mengusapnya dengan hati-hati.
"Ya, tadi pagi aku terjatuh dan kepalaku langsung membentur ke lantai saat ingin meraih kursi rodaku." Jawab Maria lirih.
Yuna melirik sebuah obat dan salep yang ada di atas nakas, lalu meraih dan mengamatinya.
"Apakah nyonya sudah minum obatnya?" Tanya Yuna sembari menunjuk kan obat itu ke Maria.
Maria hanya menggeleng pelan. Yuna pun langsung berinisiatif untuk memberinya obat dan mengoleskan salep itu ke jidat Maria. Yuna mengoleskan salep itu dengan sangat hati-hati karena takut Maria merasa kesakitan.
"Yuna, kau gadis yang baik, aku bahkan sangat merasa nyaman berbincang denganmu, padahal aku baru mengenalmu." Ucap Maria saat Yuna mengoleskan salep ke jidatnya.
"Nyonya, jangan terlalu memuji, saya juga senang bisa mengenal anda, anda sangat baik dan ramah, sangat berbeda dengan...." Ucap Yuna yang kemudian merasa ragu dan enggan melanjutkan ucapannya.
"Apakah yang kau maksud adalah Benzie cucuku ?" Tanya Maria tersenyum.
Yuna hanya cengengesan tanpa menjawab, Yuna merasa sangat bodoh saat mengatakan hal itu pada Maria dan mendadak menjadi takut Maria akan marah.
"Maafkan saya nyonya, saya sungguh tak bermaksud.."
"Tak apa, aku suka saat kau berani mengatakan hal yang jujur. Tapi sebenarnya yang perlu sedikit kau tau, cucuku adalah lelaki yang baik, dulu saat usinya baru menginjak 17 tahun, ayah dan ibunya dikabarkan meninggal dalam kecelakaan pesawat, anak se usia dia harusnya masih bisa melakukan hal yang dia sukai, namun tidak dengan Benzie yang sudah dibebani dengan tanggung jawab yang sangat besar untuk menggantikan posisi ayahnya dalam mengelola kerajaan bisnis yang sudah dibangun sejak lama oleh suamiku dulu, mendengar kematian orang tua Benzie, membuat beberapa saham di hotel Blue Light turun drastis, saat itulah Benzie di usia yang masih sangat muda harus bekerja dan berfikir mati-matian untuk menstabilkan kembali saham yang hampir terjun bebas itu. dan semenjak itulah dia berubah menjadi sosok yang sangat serius dan sangat datar, bahkan menjadi dingin sehingga membuatnya terlihat angkuh, dalam hidupnya yang sekarang dia sangat jarang tersenyum apalagi tertawa bahagia." Jelas Maria panjang lebar kepada Yuna.
Yuna sejenak merasa hanyut dalam cerita Maria tentang masa muda Benzie, dia seperti sangat mengerti apa yang Benzie rasakan saat itu, mengingat dia yang juga harus membanting tulang sejak belia demi menghidupi ibu dan adiknya. Namun nasib Benzie sedikit lebih baik karena dibekali banyak harta sementara Yuna hanya berbekal tekat dan semangat dalam mencari uang.
"Yuna, mau kah kau membantu ku?" Tanya Maria sembari meraih jemari Yuna.
"Saya akan selalu membantu anda selama saya bisa nyonya." Jawab Yuna mengusap tangan Maria yang menggenggam tangannya.
"Aku tak tau akan berapa lama lagi usiaku di dunia ini, aku tak akan merasa tenang sebelum melihat cucuku ada yang mendampingi dia dengan tulus. Namun semenjak aku mengenalmu, aku melihat aura kebaikan dalam dirimu yang dapat mengubah cucuku, mau kah kau menjadi cucuku dengan menikah dengan Benzie dan mendampinginya ?" Tanya Maria mengeratkan genggaman tangannya.
Yuna yang mendengar itu sontak saja terperanjat sembari membulatkan matanya. Seketika tubuh Yuna mendadak gemetar, jantungnya seperti mau lepas, bahkan mendadak jadi keringat dingin.
Bersambung...
Halo Readers, mohon dukung author terus ya dengan cara like, coment, dan vote terus agar author lebih semangat berkarya untuk menghibur Readers semua.
Terima kasih :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
hazua
buat kita JD gimn gitu ya baca nya
2022-07-22
0
Di Ujung Senja
mau aja Yuna aq dukung hehehe
2021-08-05
0
Annie
wow😍
2021-06-18
0