Mobil akhirnya tiba di loby utama kediaman keluarga Lim. Yuna turun perlahan dari mobil sambil memandangi mewahnya rumah Benzie. Kemarin Yuna kesini dalam kondisi yang tidak tepat hingga tak sempat baginya untuk mengagumi keelokan desain rumah itu.
Yuna berjalan memasuki rumah Benzie masih dengan penuh rasa kagum, matanya terus memandangi ke segala arah yang menurutnya sangat luar biasa. Benzie memilih jalan duluan dan melewati Yuna begitu saja.
"Dimana nenek ?" tanya Benzie pada Toni yang menyambutnya.
"Nyonya besar berada di taman belakang tuan muda." Jawab Toni.
Benzie langsung melangkah kan kakinya menuju ke pekarangan bagian belakang rumahnya. Yuna masih terus mengikuti langkah Benzie dengan matanya yang masih jelalatan ke mana-mana.
"Nenek sedang apa disini?" Tanya Benzie saat baru mendapati neneknya yang tengah melamun memandangi kolam ikan Koi yang terletak di taman belakang rumahnya.
"Lihatlah siapa yang aku bawa." Ucap Benzie lagi sembari memutarkan kursi roda Maria menghadap Yuna.
"Kau" Ucap Maria yang langsung tersenyum.
"Halo nyonya, selamat siang, senang bertemu dengan anda lagi." Sapa Yuna sambil membungkuk kan badannya memberi hormat pada Maria.
"Oh ya tuhan, akhirnya kau datang, malaikat penolongku sudah datang." Ucap Maria sumringah sambil menjalankan kursi rodanya mendekati Yuna.
"Ah nyonya, jangan begitu. saya sangat senang melihat anda sudah baik-baik saja sekarang." Ucap Yuna ramah sembari berlutut memegang tangan Maria yang duduk di kursi roda.
Benzie yang melihat pemandangan itu sejenak merasa hatinya menghangat, seumur hidup Benzie bersama neneknya, tak pernah melihat ada orang asing yang memperlakukan neneknya dengan begitu tulus. Namun lagi-lagi Benzie langsung menepis tatapan kagumnya dan mengganti ekspresi nya lagi dengan tatapan dingin.
"Sudah cukup basa basi nya, ayo masuk lah! aku sudah lapar." Ucap Benzie sembari mendorong kursi roda nenek nya.
Yuna pun bergegas bangun dan kembali mengikuti langkah Benzie.
"Apa kau sudah menyiapkan semuanya ?" Tanya Benzie lagi pada Toni.
"Semuanya sudah siap tuan muda." Jawab Toni.
Benzie membantu Maria untuk duduk di kursi, di susul dengan Yuna dan Benzie yang duduk berhadapan. Mereka menyantap hidangan makan siang dengan tenang, kecuali Yuna yang sedikit kesulitan saat makan Tenderloin Steak menggunakan pisau dan garpu. Maria yang melihat itu sontak saja tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Ben, kau lihatlah." bisik Maria mengguit tangan Benzie sembari tersenyum geli melihat tingkah polos Yuna.
Benzie yang melihat tingkah konyol Yuna sontak saja terperangah keheranan.
"Hei kau, apa untuk makan steak saja kau juga harus di ajarkan ?" bentak Benzie.
Yuna yang sedari tadi tengah sibuk berperang dengan pisau dan garpu pun terkejut saat mendengar bentakan dari Benzie hingga membuat potongan wortel terpental ke wajah Benzie.
Benzie mematung sejenak saat menerima serangan wortel dari Yuna, lalu menggeram sangat kesal.
"Kauuuuu!!!" Teriak Benzie sembari berdiri dari duduknya.
"Beraninya kau!" Teriak Benzie lagi menggebrak tangan nya ke meja.
Yuna yang sadar dengan kelakuannya sontak saja mematung ternganga lebar saking terkejutnya. Sementara Maria yang berada di tengah mereka memegang tangan Benzie sebagai kode menyuruhnya duduk.
"Ben, tenang dan duduk lah!" Perintah Maria yang terlihat sedang menahan tawa.
Mendengar perintah neneknya, Benzie menghela nafas panjang kemudian duduk kembali dengan mata masih menatap tajam ke arah Yuna.
"Ma.. maaf tuan muda, saya tak sengaja." Ucap Yuna lirih sembari menundukkan kepalanya.
"Kepolosan mu selalu membuatku sial." Ucap Benzie kesal.
"Sudahlah Ben, hanya karena terkena potongan wortel takkan melukai dirimu." Ucap Maria sambil terus menahan tawa nya.
"Lagian aku suka dengan sikap gadis ini yang apa adanya, gadis seperti ini bahkan hampir tak pernah kutemui lagi di jaman sekarang. Jadi tolong kau bersikap lembut lah padanya." Tambah Maria lagi.
Yuna dan Benzie pun hanya terdiam, Yuna kembali melanjutkan makanannya dengan gerakan yang pelan, sementara Benzie masih terus menatap tajam ke arah Yuna.
"Oh ya, aku bahkan belum tau siapa namamu." Ucap Maria sembari meraih gelas yang berisi air mineral disampingnya.
"Nama saya Yuna nyonya." Jawab Yuna tersenyum kikuk.
"Yuna ?" Tanya Maria lagi memastikan.
"Ya, Yuna, Ayuna Clarra" Jawab Yuna yang juga ikut meraih gelas disisi nya.
Makan siang pun selesai, setelah berbincang sedikit, Yuna memilih untuk langsung izin pulang, karena dia harus pergi ke rumah sakit. Kini Maria dan Benzie mengantar Yuna sampai ke depan pintu rumahnya, Supir pribadi Benzie sudah menunggu di samping mobil yang sudah berada di loby.
"Ku harap kau akan sering berkunjung kesini lagi Yuna." Ucap Maria sembari memberikan kotak kecil ke genggaman Yuna.
" Apa ini nyonya ?" Tanya Yuna sembari membuka genggamannya.
"Bukalah saat kau sudah pulang nanti." Ucap Maria mengusap-ngusap tangan Yuna.
"Baiklah nyonya, terima kasih banyak nyonya Maria, terima kasih tuan muda, aku pamit." Ucap Yuna membungkuk kan badannya kemudian langsung memasuki mobil yang akan mengantarnya pulang.
Benzie kembali membawa mendorong kursi roda Maria membawanya masuk ke dalam rumah.
"Sepertinya dia gadis yang baik Ben, aku suka kepolosannya yang tanpa dibuat-buat." Ucap Maria.
"Jangan terlalu cepat menilai baik orang asing nek." Ucap Benzie menegaskan neneknya.
"Tapi kali ini aku yakin dia benar-benar gadis yang baik, sering lah bawa dia kesini Ben." Ucap Maria memegang tangan Benzie.
Benzie yang mendorong Maria kini sudah sampai di kamar Maria, Benzie tak menggubris ucapan Maria, dia memilih membantu Maria berbaring di atas ranjangnya.
"Istirahat lah nek tak usah pikirkan itu dulu untuk saat ini." Ucap Benzie berjongkok sembari mengusap lembut ujung kepala Maria.
"Apa kau tidak ingin melihat ku bahagia Ben ?" tanya Maria yang sudah terbaring lemah.
"Tentu saja aku ingin selalu melihat nenek bahagia."
"Kalau begitu turuti lah pinta ku Ben, bukankah selama ini aku tak pernah meminta apapun padamu." Ucap Maria lirih sambil menggenggam jemari Cucunya itu.
"Apa yang nenek pinta? Aku akan melakukan apa pun demi nenek. nenek satu-satunya orang yang paling berarti dalam hidupku saat ini."
"Segeralah menikah Ben, aku takut usia ku takkan lama, aku ingin melihatmu memiliki pendamping yang akan selalu menemanimu." Ucap Maria meneteskan air mata.
"Apa yang nenek bicarakan? nenek akan hidup bersamaku sampai 1000 tahun lagi. Aku hanya butuh satu wanita dalam hidupku saat ini, yaitu nenek!" tegas Benzie menekan suaranya.
"Aku yakin Yuna bisa memberi dampak baik bagi hidupmu Ben." Ucap Maria lagi meyakinkan cucunya.
"Gadis pekerja dunia malam mana mungkin bisa memberi dampak baik" celetuk Benzie dalam hati.
"Kita bicarakan ini nanti nek, sekarang nenek istirahat lah dulu, aku masih ada pekerjaan yang harus ku urus." Ucap Benzie mengalihkan pembicaraan.
Benzie mengecup lembut ujung kepala Maria kemudian langsung beranjak pergi. Benzie menaiki anak tangga menuju lantai 2, lalu memilih masuk ke ruang kerjanya yang berada tepat disamping kamarnya. Benzie mencampak kan jas nya ke sandaran kursi, Kini pikiran Benzie menjadi kalut karena mengingat permintaan neneknya yang dirasa nya sangat mustahil.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Sri Suwarni
seru ceritanya
2022-07-04
0
Aprilia Amanda
babang benzie kita ketemu lagi🤭
2022-03-05
0
Aprilia Amanda
🤣🤣
2022-03-05
0