Benzie melihat ke arah jam tangan mewahnya yang tengah menunjukkan pukul 03.00 pagi, jalanan semakin lengang dan mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Di perjalanan Benzie memilih menelpon Dokter Hans, Dokter Hans adalah Dokter pribadi keluarga Benzie, Benzie sengaja menelponnya lebih dulu agar dia tidak perlu menunggu lama saat tiba di rumah.
"Halo dokter, ada temanku yang pingsan di rumah, tolong segera datang sekarang juga!" Ucap Benzie dan langsung mematikan sambungan telponnya.
Hanya dalam waktu 10 menit kini mobil mewah Benzie sudah memasuki gerbang rumahnya yang megah, terlihat Dokter Hans yang di telpon oleh Benzie sudah menunggu di loby rumahnya. Benzie langsung menyuruh supirnya untuk mengangkat Yuna dan memerintahkannya untuk membawa Yuna ke kamar tamu yang paling dekat dengan pintu masuk.
"Aku merasa seperti ada yang aneh dengan kondisinya, tolong kau periksa lah!" Perintah Benzie pada Hans saat memasuki kamar tamu.
Hans pun mulai memeriksa kondisi Yuna, Sementara Benzie hanya berdiri dengan tangan di masukan ke dalam saku celananya sembari mengamati Hans yang sedang memeriksa Yuna.
"Maaf tuan muda, apa gadis ini sebelumnya ada meminum obat tidur ?" Tanya Hans saat baru selesai memeriksa Yuna.
"Kurasa tidak, sejak tadi aku bersamanya dan dia hanya minum alkohol bersamaku." Jawab Benzie mengernyitkan dahinya.
"Begini tuan muda, gadis ini sepertinya mengonsumsi obat tidur dengan dosis yang cukup tinggi, di tambah kandungan alkohol yang di minumnya itu semakin jadi pemicu kondisinya menjadi seperti sekarang ini."
"Apa kau yakin?" Tanya Benzie dengan raut wajah bingung.
Hans pun mengangguk penuh keyakinan dengan diagnosa nya.
"Jika di biarkan, maka dia akan tertidur sepanjang hari bahkan bisa sampai berhari-hari, dan itu bisa membahayakan bagi kesehatan lambungnya karena tidak akan mendapat asupan makanan, di tambah lagi ada kandungan alkohol dalam tubuhnya." Jelas dokter panjang lebar.
"Terus tunggu apa lagi? Ayo lakukan sesuatu!" Perintah Benzie yang mulai panik mendengar penjelasan dokter.
"Saya akan menyuntikkan larutan dari cairan klorofil. Larutan Klorofil disini berfungsi sebagai penetral racun pada darahnya, semoga saja bisa bekerja dengan cepat pada tubuh gadis ini." Ucap Hans sambil mempersiapkan jarum suntiknya.
"Baiklah tuan muda, saya sudah memberikan dia penetral, denyut jantungnya juga sudah stabil. Kalau begitu saya permisi dulu. Segera hubungi saya kembali jika ada apa-apa." Kata Hans lagi sembari mengambil tas miliknya yang di letakkannya di atas nakas.
"Baiklah, terima kasih dokter." Jawab Benzie datar.
Benzie masih belum beranjak dari tempatnya berdiri sejak tadi, dia terus menatap lekat wajah cantik Yuna. Benzie tampaknya mulai menyadari wajah Yuna yang cantik meski tanpa polesan make up, Benzie melangkah mendekati Yuna yang terbaring di atas ranjang, dia duduk di tepi ranjang sambil terus mengamati wajah Yuna.
"Bagaimana bisa gadis secantik dan sepolos ini bisa bekerja di club' malam? Bukankah dia bisa bekerja di tempat yang lebih baik? Bahkan dengan wajah seperti ini bukankah dia bisa menjadi artis atau model? Dasar gadis bodoh." Benzie terus bergumam dalam hati sambil terus menatapi wajah Yuna dari jarak dekat.
Tak lama Benzie pun tersentak dan langsung melangkah keluar dari kamar dimana Yuna terbaring, dia pun memanggil kepala pelayan yang ada di rumahnya.
"Toni, kemari lah!" Benzie sedikit berteriak memanggil seorang kepala pelayan.
"Saya tuan." Ucap Toni menghampiri Benzie sambil membungkukkan badannya.
"Tolong pesankan beberapa pakaian wanita di butik langganan keluargaku, tak peduli jam berapa pun ini, paksa mereka untuk mengantarnya sekarang juga!"
"Ba, baik tuan muda." Jawab Toni yang kembali membungkukkan badannya.
"Setelah itu suruh salah satu pelayan wanita untuk menggantikan pakaiannya dan sekalian bersihkan tubuhnya dengan air hangat! Kau paham?"
"Saya paham tuan."
"Bagus. Cepat laksanakan perintahku!" Ucap Benzie yang kemudian berlalu menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya.
Benzie memang sengaja tak membaringkan Yuna di kamar pribadinya, karena menurut Benzie tidak ada siapa pun yang pantas memasuki kamar pribadinya. Bahkan mantan-mantan kekasih Benzie sebelumnya juga tak di izinkannya untuk masuk ke kamar pribadinya, hanya pelayan yang terpilih yang boleh masuk untuk membersihkan kamarnya.
Begitu lah Benzie yang sangat menjaga privasi dan reputasinya. Tidak ada seorang wanita pun yang benar-benar di anggap special oleh Benzie, tidak ada seorang wanita pun yang pernah di bawanya ke hadapan publik sebagai pacarnya, bahkan orang-orang terdekatnya pun tak pernah tau siapa saja wanita yang pernah dekat dengannya.
Pagi hari di kediaman keluarga Lim
Yuna perlahan membuka matanya, dia merasa pandangan nya sedikit buram, badannya terasa sangat lemas dan sendi-sendi nya terasa ngilu, bahkan dia sangat kesulitan untuk mendudukkan tubuhnya yang sedang terbaring.
"Dimana aku ini?" Tanya Yuna meringis sambil memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing.
Dia pun meraih air putih yang terletak di atas nakas yang bersebelahan dengan ranjangnya, dia meminum air putih itu hingga habis. Yuna kembali melihat ke sekeliling nya, dia benar-benar tak tau dia ada dimana. Saking panik dan takutnya, Yuna bergegas memaksakan dirinya untuk bangun dari ranjang, dan berjalan ke arah pintu, namun kepalanya kembali pusing, membuat Yuna menghentikan sejenak langkahnya dan kembali memegangi kepalanya.
*Cklek*
Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar dan menangkap Yuna yang hampir saja terjatuh ke lantai.
"Tu, tuan" Ucap Yuna sebelum akhirnya dia kembali pingsan di pelukan Benzie Lim.
"Hei kau, apa kau pingsan lagi?" Benzie menepuk-nepuk pelan pipi mulus Yuna.
"Berani nya kau merepotkan ku seperti ini." Teriak Benzie sambil mengguncang-guncang tubuh Yuna.
Benzie pun mengangkat dan kembali membaringkan Yuna di ranjang, kemudian ia langsung keluar dari kamar itu dan memanggil pelayan.
"Tolong buatkan bubur dan antar ke kamar tamu, dan pastikan gadis itu memakannya!" Perintah Benzie pada seorang pelayan.
Benzie melirik ke arah jam tangan miliknya, terlihat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, Benzie pun langsung bergegas keluar rumah dan berjalan menuju mobilnya, dia memutuskan untuk pergi ke kantor karena Alex sudah memberitahu bahwa masih ada lanjutan meeting yang harus segera di gelar bersama Mr. Wong dan Mr. Tiong pada jam 11.00 nanti.
Di Kantor Utama Blue Light Group
"Hei Ben, kemana kau semalam? Kenapa tidak mengabariku?" Tanya Alex saat melihat Benzie memasuki ruangannya.
"Apa itu penting?" Tanya Benzie datar sembari mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
"Kemana kau bawa gadis itu? Oh ya, aku sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat Ben." Ucap Alex yang ikut duduk di depan Benzie.
"Dia pelayan yang menumpahkan sup di jas ku." Jawab Benzie santai sembari membalik balikan lembaran kertas laporan perusahaannya.
"Ah iya benar, dia lah orangnya. Apa aku harus menyuruh Nensy memecatnya lagi?"
"Tidak perlu, akan lebih mudah untukku memberinya pelajaran saat dia masih bekerja di club' ku." Jawab Benzie sambil memunculkan senyuman iblisnya yang mematikan.
"Kau memang mengerikan Ben." Ucap Alex sambil tertawa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Benzie dan Alex memang sudah berteman sejak lama, itu sebabnya Alex tak pernah takut saat berhadapan dan berbincang masalah pribadi dengan Benzie yang sangat di takuti dan di hormati banyak orang. Dan hingga saat ini, Alex masih menjadi satu-satunya orang yang paling di percaya oleh Benzie dalam hal pekerjaan maupun urusan pribadinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Widya Tamrin Widya
👍👍👍👍👍lanut
2021-10-16
0
Masraini Siregar
kasihan Yana 😢😢
2021-06-25
0
Sri W Lemah Teles
carikan pkrjaan lain tuan muda lim
2021-06-17
0